Plan for Searching - 162

18 6 5
                                    

Baru saja, semalam mereka bercengkrama.

Baru saja, semalam mereka berpelukan.

Baru saja, semalam mereka berjanji akan selalu bersama.

Detik ini berubah total. Pagi ini nyatanya semua sudah tak sama. Bila seseorang terbangun dengan ompolan di pagi hari karena tidur yang nyenyak mungkin bisa diwajarkan, tetapi seseorang yang terbangun di pagi hari dengan buliran keringat dingin yang membasahi pelipis bukan disebabkan mimpi buruk pastilah sungguh tidak wajar. ke Namun itulah kenyataan yang terjadi.

Anna langsung bangkit, celingak-celinguk mencari tubuh adiknya yang seperti lenyap tiba-itba tanpa jejak. Anna terheran. Pergi ke mana Youka sepagi ini? Tidak mungkin, kan, Youka membeli nasi uduk sendirian tanpa mengabarinya. Ini sangat buruk!

Kedua lutut Anna lunglai, jatuh lemas. Merasakan bahwa semua ini hanya mimpi. Mimpi yang tidak ingin dibangunkan siapa pun. Kehadiran Youka selama empat bulan ini, sejak awal pertemuan mereka sampai hari ini begitu banyak momen yang dilalui bersama. Bagaimana bisa, baru saja melakukan perjanjian untuk bersama tetapi Youka mengingkari duluan dengan menghilang di pagi buta tanpa mengabari? Di mana Youka sebenarnya? Pergi ke mana dia?

Ana mengangkat kedua tangan, menengadah hebat. Mendoakan Youka di mana pun bocah mungil itu berada agar dilindungi oleh Yang Maha Kuasa. Sekarang Anna teringat sesuatu, idenya yang semalam. Harus benar-benar Anna lakukan!

Dengan cepat, Anna langsung mandi dan bersiap-siap. Setelahnya, Anna mengoleskan selai pada tiga potong roti yang setelahnya dimasukkan ke dalam kotak bekal dan langsung berangkat sekolah sendirian. Anna tidak sempat untuk sarapan di rumah, sehingga dia lebih memilih untuk menjaga efektivitas waktu dengan langsung berjalan ke sekolah.

Begitu sampai ke pagar batu menjulang tinggi dan kokoh serta tulisan berplang 'SMA Cattleya', Anna langsung berlari menuju pintu kelas. Dada Anna terasa panas terbakar karena berlari tanpa pemanasan, keringat mengucur deras dari pelipis. Anna ditegur oleh netizen 11-A.

"Hari ini nggak ada matpel Olahraga, Neng. Ngapain lari-lari?" sindir Septa yang sudah berdiri di belakang Anna. Disambut pula oleh decakan Indra yang seakan menghina tapi tak mengatakan apa-apa.

"Dua tiga uang gope', masih pagi udah cape," pantun gaje Ridho terngiang di telinga Anna. Anna memilih minggir dan membiarkan ketiga manusia itu lewat duluan ke pintu kelas. Setelah itu, Anna mengikuti langkah mereka masuk kelas.

Anna segera bergerak ke tempat duduknya, baru saja ingin mengatakan pesannya guru Fisika, Bu Dewi sudah masuk kelas. Alhasil Anna jadi gagal menyampaikan keinginannya pada cewek yang duduk di sebelahnya ini. Anna dan teman-teman sekelas mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan Bu Dewi karena tidak berakhir terkena omelan legendarisnya. Anna menunggu jam istirahat tiba, karena dia akan segera mengungkapkan isi hatinya pada Ririn tepat setelah mereka membeli bakso dan siomay di kantin. Anna harus memberitahu sekarang atau semua akan terlambat.

"Rin!" panggil Anna dengan suara yang cukup kencang.

"Kenapa, Na?" tanya Ririn yang baru saja ingin memakan bakso miliknya tapi tertahan karena penasaran dengan apa yang disampaikan Anna. Anna pun memberitahu bahwa Youka, adiknya yang super imut itu tiba-tiba menghilang pagi-pagi membuatnya khawatir kuadrat.

"Apa?" Ririn tampak histeris dengan fakta barusan. Karena setahu Ririn, Youka adalah adik Anna yang paling unyu, apalagi dapat dikatakan bahwa Anna dan Youka sama sekali tidak mirip antara satu sama lain sehingga tidak pantas disebut saudara.

"Gue nggak ngerti, tapi kayaknya dia itu bukan cuma terobsesi untuk ngejodohin gue sama Arul, melainkan kalo itu nggak terjadi dia bakal menghilang dalam 3 hari lagi. Meski gue nggak paham sebenarnya apa yang terjadi."

"Kok gitu? Apa urusannya sampe-sampe harus lo jadian sama Arul?"

Anna menggeleng frustasi. "Gue juga nggak tau, dia nggak berani ngasih tau. Namun selama ini, dia itu 'dalang' dari banyak kejadian yang gue lalui sama Arul, Rin."

"Terus kenapa lo kasih tau gue?"
Anna memandang Ririn nanar lalu beralih pada makanan yang sudah mereka pesan di atas meja kantin. "Nanti gue jelasin, mending kita makan dulu, deh."

Ririn mengangguk. "Oke."

Mereka berdua sama-sama berfokus pada makanannya masing-masing. Kegiatan kuliner itu begitu hening tetapi membuat pikiran mereka saling berkalut. Ririn penasaran dengan apa yang akan dijelaskan Anna, pun Anna tidak tahu bagaimana cara merangkai kata yang baik agar Ririn tidak tersinggung.

------
Bagaimana ch ini? Mari berkomentar :)

Posted : 27 November 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Where stories live. Discover now