One Package - 135

19 6 6
                                    

Ingin sekali Anna memaki dirinya yang lagi-lagi seperti biasa tidak bisa tega pada orang lain. Memaklumi orang sakit, wajar kan? Wajar? Wajar saja tapi ... meninggalkannya sendirian bukannya itu cukup tega? Kenapa Anna tidak bisa protes sedikit pun, sih? Anna sama sekali tidak bisa menyampaikan isi hatinya, selalu terkurung dan terpendam lagi dan lagi.

"Iya, gapapa, Ron." Anna mengulas senyum kecil, sangat bertolak dengan hatinya yang entah kenapa sedikit tidak bisa ikhlas. Sharon menghela napas berat.

"Tadi gue mau hubungin lo tapi sinyal di sana jelek banget. Gue bener-bener nggak bisa chat."

"Iya, Ron, emang nggak ada sinyal." Anna menyetujui. Ya, mau bagaimana lagi, kan? Memangnya perasaan Anna itu penting? Sharon sedikit lega karena Anna mau memaafkannya, Sharon seharian ini gigit jari memikirkan Anna yang sama sekali tidak membalas pesannya sedari tadi.

"Gue mau cerita, huhu! Si Teddy Boy!"
Deg! Ada apa ini? Perasaan Anna tidak enak. Apa jangan-jangan Arul mengingat Sharon tapi tidak mengatakannya pada Anna?

"Kenapa dia?" tanya Anna berpura-pura tidak tahu, padahal Teddy Boy adalah musuh bebuyutannya. Apa Sharon harus tahu mengenai fakta ini? Anna menggeleng setelahnya. Tidak boleh! Sharon pasti akan memilih mengubur perasaan kagumnya karena jauh lebih memilih Anna, kan?

"Tadi pas gue n-nawarin foto sambil rangkulan, gue ditolak mentah-mentah!" Lagi-lagi Sharon terisak kecil sambil meraung. Anna jadi tidak tega mendengarnya. Arul memang sudah dikenal kejam pada banyak cewek, tapi kalo melakukannya pada Sharon hati Anna jadi ikutan perih.

"Alasannya? Lo nggak nanya alasannya?" Anna mengepal tangan dalam-dalam. Ingin rasanya meninju Arul, bisa-bisanya dia menolak sang sahabat yang manisnya melebihi gula ini?

"Katanya ... dia takut musuhnya cemburu."

Refleks saja Anna berteriak. "Najis!"

"Eh?" Sharon shock. Anna menutup mulut dengan tangan yang tidak dipakai menelepon. Gawat! Pasti Sharon merasa aneh! Anna mengedarkan pandangan, syukurlah Youka tidak terusik akan jeritannya barusan.

"Nggak, nggak. Maksudnya najis banget tuh si Teddy Boy. Sombong banget gak mau foto bareng lo, Ron. Padahal lo tuh cantik banget tau! Gue kesel!" Anna menyerocos panjang lebar berusaha membuat Sharon memercayainya. Semoga saja berhasil! Meski Sharon termasuk jajaran siswi berprestasi yang kritis, tapi cara Anna mengeles cukup halus, kan?

***

Keesokan harinya, pagi-pagi Anna menutup kepalanya dengan guling. Berusaha tidak mau mempedulikan suara Youka yang sudah berteriak riang memanggil dirinya dengan suara cempreng. Youka memang imut dan lucu, tapi lama-lama Anna jadi eneg! Segala yang berlebihan itu tidak baik.
Masih dengan beralaskan piyama baby pink yang sudah agak berantakan karena dibawa tidur semalaman dan guling miliknya yang memakai bungkus bercorak kotak-kotak coklat, Anna mendesis. "Sumpah, Youka. Nggak bisa liat gue tenang sedikit apa, ya?" keluhnya pelan. Jangan sampai Youka mendengarnya, bisa-bisa dia patah hati dan mengadu pada nii-nya!

"Kak Anna! Kak Anna!"

Anna hanya bisa mengucap istighfar berkali-kali dalam hati. Kapan Youka akan diam seperti layaknya anak kecil yang kalem? Dengan antusias, Youka mendobrak pintu kamar Anna dan berlari menarik guling Anna. Lucunya, Anna tidak pasrah dan balas menarik gulingnya. Berakhirlah adik kakak itu saling tarik-menarik guling bak sedang bermain tarik tambang.

Anna menyerah, dia sedang lapar dan belum mengisi tenaga. Sedangkan Youka seperti sudah memakan dua bungkus nasi uduk. Anna mendengkus lalu menatap Youka tajam. "Kenapa?"

Youka menyengir, tampak tidak terganggu dengan tatapan tajam siletnya Anna. "Di depan ... ada paket! Buat Kak Anna!"

Paket? Untuknya? Sejak kapan? Seingatnya, Anna sudah tidak membeli apa pun belakangan ini. Apakah nyasar?

------
Haihai❤🥰 Hari ini Sabtu lho:v pasangan kalian mana? Ajakin baca RSPC aja, biar ada topik obrolan😎

Posted : 14 November 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang