#22 pergi

1.6K 60 2
                                    


Selama perjalanan daffa maupun resya sama sama bungkam .bahkan sejak resya keluar kamar mandi ia mengacuhkan daffa sebaliknya daffa terlihat dingin pagi ini.

Daffa menyetir dengan kecepatan tinggi. Pikirannya sedikit kalut ,pagi ini ia mendapat kabar dari sekertarisnya jika ia harus ikut andil terlibat dalam rapat penting di paris ,pasalnya model yang akan mempromosikan brand baju milik perusahaan daffa itu ingin boss besar perusahaan yang turun tangan jika tidak ia akan membatalkan rencana kerja mereka. Daffa marah pada sang sekertaris pasalnya ia ingin pekerjaan apapun tetap dihandlenya selama seminggu kedepan tapi sayang asistennya itu pun angkat tangan saat sang model yang mengancamnya. Daffa sempat ingin flora yang menjadi model tapi sayang sang adik telah mendapat kontrak kerja selama 2tahun kedepan.

Resya merasa was was pada daffa yang menyalip setiap mobil yang berada didepannya. Ia ingin meminta maaf tapi gengsi, ia sekilas melirik daffa menerka nerka apa yang tengah dipikirkan pria itu tapi naas mimik wajah daffa sulit diartikan.

"Bisa pelan sedikit?kamu mau aku mati?." Ujar resya melihat daffa tajam ,lupakan permintaan maaf ia ingin melempar daffa keluar mobil sekarang.

"Diam atau saya turunin kamu disini."

Resya melongo pasalnya suaminya ini sangat ugal mengingat ini pagi dan jalanan terlihat macet. Resya memilih diam ia komat kamit dalam hati supaya tetap hidup.

Sekitar 15 menit mereka telah sampai diarea apartemen mewah. Daffa langsung turun memutari mobil menuju bagasi dan menurunkan koper miliknya dan juga istrinya itu. Ia kemudian mengajak resya masuk kedalam gedung. Resya yang tampak bingung memilih diam sampai didalam lift ia baru berani menanyai daffa.

"Ini apartemen kamu?." Tanya resya dengan hati hati takut menyulut emosi daffa.

"Ya."jawab nya singkat masih setia dengan ponselnya.

"Kenapa ngga tinggal dirumah daddy cris? Flora pasti sendirian." Mulai cemberut karna daffa lebih setia memandang ponsel hitamnya dari pada wajah ayunya.

"Saya lebih leluasa diapart."

"Tapi daddy pasti kesepian."

"Kalau mau tinggal sama daddy silahkan pergi kerumahnya."ujarnya sangat sewot dengan memajukan koper milik resya.

Resya dibuat dongkol setengah mati. Ia pun meraih kopernya dengan kasar dari tangan daffa.

"Aku kan nanya nya baik-baik. Gausah ngegas kali."

Daffa memilih diam ia berlalu saat pintu lift terbuka. Ia mengabaikan resya yang tertinggal dibelakang. Saat sampai dipintu apartemennya ia mulai menulis sebuah sandi resya celingukan siapa tau ia bisa mengetahui sandi pintu itu tapi nihil tubuh tegap daffa menghalangi pandangannya.

Saat sampai didalam apartemen milik suaminya itu resya dibuat melongo .ini terlihat mewah bukan hanya sekedar apartemen biasa ini sangat luar biasa ornamen dinding apart milik daffa terlihat klasik tapi tak membosankan nuansa hitam sangat mencolok tapi sangat menyejukkan mata saat memandang.

"Disini ada dua kamar tidur dan 1 ruang kerja." Ujar daffa yang kini tengah duduk santai diatas sofa panjangnya.

"Aku bisa pilih kamar dong?." Kata resya dengan semangat.

Daffa sejenak mengerutkan dahi."siapa suruh?."

"Lah ada dua kamar. Kamu satu aku satu."

"Terserah."ketusnya seraya meninggalkan sofa dan memilih memasuki salah satu ruangan yang bisa ditebak resya itu adalah kamar milih daffa.

"Gitu aja marah. Dasar serigala."gerutu resya.

Resya pun memilih memasuki kamar yang bertepatan disebelah kamar daffa. Kamar yang cukup luas dengan kasur ukuran queensize, ornamen nya juga menyejukkan hati resya . Ia mulai menata baju-bajunya kelemari menaruh setiap tataan baju serapih mungkin agar terlihat bagus. Setelah puas dengan menata pakaian ia pun berlalu meninggalkan kamar ,ingin melihat apa yang tengah dilakukan daffa.

REAl_Merriage (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang