#29 menginap (2)

1.5K 57 6
                                    

Resya menutup pintu kamar dengan berat hati, bagaimana tidak pasalnya ia sekarang tengah berada dikamar daffa. Ia sebenarnya sempat membujuk flora agar mau ditemani saat tidur tapi flora menolak mentah-mentah keinginanya itu dan berujung kini resya masuk kekamar daffa.

"Jangan lupa untuk mengunci pintunya." Ujar daffa santai sambil membaca sebuah buku disandaran ranjang.

"Untuk apa?." Tanya resya kini tengah menatap suaminya.

"Jangan melotot matamu bisa keluar nanti."

Resya mendengus sebal ia kemudian menuruti daffa dengan mengunci pintu.

Resya melangkah menuju sofa ia bingung mau tidur dimana ingin sekali tidur seranjang tapi ia takut daffa akan memarahinya.

Kening daffa berkerut saat resya hendak merebahkan diri disofa.

"Siapa yang menyuruhmu untuk tidur disofa itu?." Ucapan daffa mengintrupsi resya buru-buru ia terbangun dan duduk.

"Lalu?aku harus tidur dimana?lantai?yang bener aja."

"Saya tidak menyuruhmu untuk tidur dilantai maupun sofa." Jawabnya santai.

"Lalu?." Resya mulai jengah dengan kelakuan menyebalkan daffa.

"Kasur ini besar ,kamu bisa naik kesini." Ujarnya dengan nada santai sambil membaca kembali buku yang berada digenggamannya.

Resya menelan ludah kasar ia mematung tak percaya dengan ucapan daffa.

"Kenapa diam?."daffa memprotes saat resya tak kunjung mengindahkan ucapannya.

"Saya gak bakal macam-macam."sambil membaca buku kembali.

Ada perasaan senang dilubuk hati daffa saat resya mau memasuki kamarnya. ini yang ia tunggu selama ini, ia ingin resya masuk tanpa paksaannya. Bukankah suami istri harusnya tidur seranjang? begitu pikirnya. Persetan dengan ego yang ia junjung tinggi, saat ini daffa tak peduli akan hal itu.

"Tidurlah dengan tenang." Ucapnya.

Resya kemudian berdiri dan berjalan kearah ranjang, ditatapnya daffa yang masih setia membaca itu. Ia tak habis pikir dengan daffa yang sesantai itu, sekarang pikiran dan hati resya tengah berkecambuk ria ,ingin baper tapi takut akan sakit hati.

"Terimakasih." Ujar resya polos.

Dari daffa berkerut memandangi resya yang tengah duduk disebelahnya. "Untuk?."

"Memperbolehkanku tidur disini."

"Memang sudah seharusnya kan?." Terdengar ambigu dikuping resya.

"Sudah seharusnya?."tanya nya lagi membuat daffa menoleh dengan kesal.

"Tidur lah jangan banyak bicara. Ini sudah malam." Jawabnya tegas.

"Dasar harimau." Sambil cemberut kesal ia pun memunggungi daffa yang tengah menggelengkan kepalanya.

Resya membuka mata perlahan ia meraskan berat dibagian perutnya saat akan bergerak, ia pun menunduk dan melihat tangan kekar daffa tengah berada diatas perutnya.

Resya pun melotot jantungnya berdegup kencang. Dengan gerakan perlahan ia pun memindahkan tangan daffa agar perutnya terbebas dari tangan kekar itu

Astaga jantung gue plis diem.

Saat akan memindahkan tangan daffa, daffa pun membuka matanya merasakan sesuatu mengganggu tidurnya.

"Bisa diem? Ini masih tengah malam." Racau daffa dengan mata yang masih terpejam.

Resya terkejut akan suara daffa ia pun memejamkan mata dalam-dalam mengerutuki dirinya. Sedetik kemudian kembali melotot saat merasakan tangan daffa semakin mengeratkan pelukannya dan membawa resya kedalam pelukkannya.

REAl_Merriage (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang