#18 metime

1.2K 45 3
                                    

"Kita makan siang terlebih dahulu." Ucap daffa sambil mengarahkan pandangannya kearah jalanan.

setelah mengahabiskan waktu berjam jam untuk melihat dekor pernikahan mereka. resya seakan tak kehabisan tenaga setelah dari butik mereka harus mengurus undangan dan membeli cincin lalu melihat dekor ,itu semua mereka lakukan sendiri tanpa bantuan siapapun, daffa sudah menawarkan tadi agar sekertarisnya saja yang mengurus semuanya tapi resya menolak mentah mentah ia ingin membeli semua sendiri bahkan ia dan daffa harus cekcok dijalan yang akhirnya perdebatan mereka pun dimenangkan oleh resya terbukti dengan daffa menurut apa yang wanita itu katakan.

"Aku tidak lapar." Sahut resya tak acuh sambil melirik sekilas kearah daffa.

"Lalu?."

"Lalu?."cicit resya sambil menoleh keara daffa yang tetap setia dengan tatapan lurusnya

"Kau mau apa?."

"Kekantor." Jaawabnya sinis.

Hening tak ada ucapan atau perdebatan setelahnya, sampai pertanyaan daffa membuat resya terpaku.

"Apa kau senang ,dengan pernikahan ini.?" Tanyanya tanpa menatap resya.

"Tidak ." Dengan sekenaknya.

"Kau mempersiapkan semua ini sendiri seakan kita menikah atas dasar cinta." Pernyataan yang langsung menohok perasaan resya. Resya pun membuang pandanganyanya menghadap kearah jalanan yang terlihat sedikit macet.

"Aku memang tidak menginginkan pernikahan ini sama sekali, bahkan jika bisa memilih aku akan kabur dan menolak tapi sayang aku tidak bisa. Aku melakukan ini semua demi papa dan mama tidak lebih."

"Kau mencintaiku?." Pertanyaan yang lolos dari mulut daffa seketika membuat resya melotot dan menolehkan kembali wajahnya untuk melihat reaksi daffa tapi sayang daffa tetep dengan wajah lempengnya.

"Omong kosong. Mencintai kanebo kering sepertimu tidak termasuk dalam daftar ku."

"Baguslah ."

Cih.

"Apa kamu punya pacar?." Tanya resya entah setan apa yang merasuki dirinya sehingga bertanya seperti itu kepada daffa.

"Gatau." Hanya sekilas melirik resya kemudian kembali menatap lurus.

"Kenapa tiba tiba baik?." Pertanyaan itu seketika membuat daffa mengerutkan dahi, lalu kembali menatap resya

"Saya memang baik."

"Kasar ,pemarah kok dibilang baik."sindir resya tapi sepertinya tak berpengaruh untuknya terlihat daffa santai bahkan tak menanggapi resya lebih lanjut.

"Jangan terlalu banyak mengundang teman. Akan lebih bagus lagi jika tidak mengundang." Daffa sedikit bergumam tapi sayangnya resya adalah pendengar yang baik.

"Apa?.kenapa?." Tanya resya secara beruntun.

"Hanya kolega ,kerabat dan keluarga yang akan datang." Masih setia dengan tatapan lurusnya.

Mereka pun telah sampai dikantor resya tapi wanita itu enggan untuk beranjak dari kursi jok mobil daffa, ia masih tercenung dengan apa yang dilontarkan pria disampingnya itu.

"Kenapa?." Dengan wajah sendu

"Bukankah kita menikah bukan atas dasar cinta?,kenapa kau terlihat sedih?."

"Aku bukan sedih jika tak mengundang teman temanku tapi ,bagaimana gaun seharga 1m ku?, untuk apa kita membeli itu."

"Jawabannya simpel .agar kau terlihat bahagia. Agar orang orang tidak berpikir buruk tentang saya." Jawabnya santai yang sukses membuat resya menganga.

REAl_Merriage (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang