#25 makasih

1.2K 55 4
                                    

Dengan langkah gontai resya memasuki lift .ia merasa sedih mengingat ia masih tinggal sendiri diapartemen daffa, kadang terbesit dipikirannya untuk menanyakan kabar daffa ,tapi niat itu terurung tatkala ia merasa hubungan ini hanya sekedar main-main saja.

Pernikahan yang tak punya unsur cinta didalamnya yang membuat ia harus menerima ini semua dengan  lapang dada.

Pintu lift terbuka membuat resya sekali lagi menghembuskan nafas kasar melangkah menuju pintu apartnya dengan malas.

Memasukkan kata sandi dan membuka pintu dengan pelan .resya mengerutkan kening saat mendapati televisi diruangan itu menyala pasalnya waktu ia berangkat ia tak menyalakan benda berbentuk persegi panjang itu.

"Masak ada hantu disini?." Ia merasakan bulu kuduknya berdiri resya mengusap belakang lehernya.

Resya melangkah mendekati benda itu hendak mematikan tapi sesuatu mengintrupsinya.

"Baru pulang?." Bugkk remote tv terlepas dari genggaman resya

Resya menoleh kearah sumber suara.

"Daffa?."

"Kok udah pulang?." Tanya nya heran tapi yang ditanya malah memperlihatkan mimik wajah garang.

"kenapa? gaboleh?." Dengan nda dinginnya.

"Yaa kan cuma tanya." Sedikit emosi.

"Dari mana?." Tanya daffa.

"Rumah temen." Jawab resya santai dengan duduk disofa .

Daffa pun berjalan menghampiri istrinya itu ,lalu duduk dengan jarak yang dibuatnya membuat resya memalingkan wajah kearah tv agar pandangan mereka tak bertemu.

"Selarut ini?." Masih setia dengan nada dinginnya.

"Tadi ngobrol sampai lupa waktu."

"Lupa ngabarin saya juga termasuk?."

Resya menoleh tak percaya dengan ucapan pria berkaos polos disebelahnya ini. Hatinya berdesir saat ia mendengar kata-kata daffa. ada secuil perasaan senang dihatinya.

"Lupaa ngabarin atau emang gamau?." Lajut daffa dengan tangan dilipat didepan dada.

"Lupa."jawab resya singkat kemudian memalingkan wajah, ia merasakan debaran dihatinya tak kunjung mereda saat bertatap muka dengan daffa.

Daffa tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala sebelum meraih laptop didepannya. Ia sebenarnya ingin meluapkan emosi didepan wanita ini tapi entah mengapa ia tak tega setelah melihat wajah ayu resya.

"Tidurlah .pasti kamu lelah sehabis bertemu pacarmu itu." Katanya dengan mata yang masih setia menatap laptopnya.

"Pacar siapa?jangan ngadi-ngadi kalo ngomong ." Resya mulai tersulut dengan ucapan pedas daffa.

"Ralat calon pacar."

"Terserah." Ucap nya kemudian berlalu meninggalkan daffa sendirian dan memasuki kamarnya.

Didalam kamar resya masih mengerutuki perkataan daffa barusan sambil mengganti pakaiannya menjadi kaos oblong kebesaran berwarna pink dengan celana pendek berwarna hitam miliknya.

"Calon pacar, calon pacar. Sembarangan kalo ngomong." Gerutu resya sambil menyepol rambutnya.

"Gue sukanya elu gimana dong ?mau gak kalo lu aja yang jadi pacar gue?." Tanya nya pada pantulan bayangannya dicermin.

"Ehh tapi kan udah jadi suami." Cengirnya.

Ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang sebenarnnya ia masih ingin melihat wajah daffa tapi enggan untuk keluar kamar. Sedetik kemudian ia terlelap kedalam mimpi melupakan keinginannya untuk menemui daffa kembali.

REAl_Merriage (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang