#34 sebenarnya

1.1K 54 4
                                    


Daffa memakirkan mobil tepat dibassement apartemennya. Ia menghela nafas mengingat dira selalu menganggunya, seperti sekarang pesan perempuan absurd itu terus masuk kedalam ponselnya.

Daffa melihat notif pesan tersebut kemudian menghapusnya tanpa enggan membuka atau membalas.

Jika saja yang mengirimi pesan itu adalah sang istri resya, maka dengan senang hati ia akan membalas dan menggodanya.

Daffa melangkah keluar mobil dan menuju apartnya sambil menenteng tas kerjanya.

Ceklek

Pintu terbuka, perhatian pertama daffa adalah istrinya yang kini tengah menyiapkan sebuah hidangan yang telah siap dimeja makan. Sudut bibir daffa terangkat rasanya begitu damai.

Daffa berjalan kearah resya, wanita itu belum menyadari kehadiran suaminya. Biasanya resya selalu mendengar saat pintu terbuka tapi kali ini tidak, sepertinya ia terlalu fokus.

Grep. Daffa memeluk wanita itu dari belakang, resya sedikit tersentak kemudian ia melanjutkan kegiatannya saat tau daffa yang memeluknya.

Daffa menyembunyikan wajahnya tepat ditengkuk resya menghirup aroma tubuh wanita itu.

"Mandilah. Lalu makan bersama." Seru resya dengan nada dingin.

Daffa berkerut tak suka dengan nada bicara resya.

"Ada apa?." Tanya daffa lembut.

"Mandilah." Resya kembali menyuruh tanpa menjawab pertanyaan itu.

Wanita itu melepaskan pelukan sang suami dan memilih berlalu kearah dapur. Daffa yang melihat itu bertanya-tanya apa ada yang salah dengan dirinya?.

"Re?." Panggil daffa

"Hem."

"Re?."

"Heem."

Cukup! daffa kesal sekarang, ada apa sebenarnya ini?.

"Resya!?"

"Apa?." Resya menjawab dengan tak suka ia menoleh kearah daffa yang masih belum bergeming disana.

"Kamu kenapa sayang?." Tanya nya dengan nada terendah tak ingin resya semakin marah.

"Aku gapapa."

Daffa mendesah kasar. Ia kemudian memilih berlalu untuk membersihkan diri.

Resya menoleh ke arah suaminya yang sudah menghilang disana. Ia juga tak tau dengan dirinya sendiri, mengapa sangat sakit saat daffa belum juga menyatakan cintanya.

Resya kini merasa tengah digantung oleh suaminya sendiri, ia benar-benar badmood saat berhadapan dengan daffa.

                              ####

Suara dentingan sendok didalam ruangan itu terasa menyeramkan bagi daffa, bagaimana tidak sejak pulang kantor resya hanya mendiaminya tanpa menuturkan apa yang salah darinya.

Daffa terdiam memandang resya yang tengah melahap makananya dengan anteng.

Resya yang merasa diperhatikan itu segera mengangkat wajahnya. Pandangan mereka bertemu. Daffa berdeham mencairkan suasana.

"Kamu kenapa?." Sekali lagi pertanyaan itu lolos dari mulut daffa. Ia resah jika didiamkan begini.

"Aku udah bilang aku gapapa."

"Tapi aku merasa aneh."

"Itu cuma perasaan kamu."

Daffa memilih diam tak menjawab. Pandangannya kembali menatap makanan yang berada dipiringnya dan kemudian melahap hingga tandas.

"Aku tunggu dikamar. Aku masih minta penjelasan." Tuturnya dengan nada dingin kemudian berlalu meninggalkan resya yang menatapnya menjauh.

Resya pun kembali tertunduk menatap piringnya dengan enggan. Matanya mulai berair buru-buru ia menyeka nya dan membersihkan meja.

####

Daffa menghembuskan nafas pelan, sudah ke tiga kalinya ia menanyakan hal yang sama "Kamu kenapa?."

Resya yang semula membaca buku kesayangannya kini beralih menatap daffa.

"Aku gapapa." Jawabnya singkat jelas dan padat.

Daffa mengusap wajahnya gusar. Ia kemudian berdiri dari sofa dan berjalan kearah ranjang.

Ia duduk disebelah resya yang masih setia membaca seperti menghindar dari daffa.

Pria itu meraih dagu resya mengangkat wajah cantik istrinya dengan lembut.

"Aku ada salah?."tanyanya dengan wajah datar.

"Engga." Resya kembali menatap buku digenggamannya.

Cukup! Tak bisa diacuhkan seperti ini, ia kemudian beralih menatap buku resya kemudian meraih dan membuangnya asal.

Wanita itu cukup terkejut dengan yang dilakukan daffa, ia menatap daffa dengan wajah juteknya tapi sial tatapan daffa tak kalah ganasnya.

"Kalo ngga kenapa-kenapa, kenapa kamu berubah?."

"Bukankah seharusnya sepertini ini dari awal?kita berjarak."

Daffa mengerutkan kening.

"Maksut kamu?."

"Lupakan. Aku ngantuk, mau tidur." Resya merebahkan tubuhnya dan berbalik memunggungi daffa.

Daffa menghela napas kasar dan ia merebahkan tubuhnya dngan terlentang.

                                ####

"Lu jelek kalo cemberut." Ejek dira sambil menyeruput vanilla lattenya.

" gue jelek banget ya?." Menatap dira dengan mata berkaca-kaca.

Dira terkejut bukan main pasalnya ia hanya bercanda tapi resya menanggapinya dengan serius. Tak biasanya, biasanya wanita itu akan mengejek balik bukan baper seperti ini.

"Huwaaaa. diraa guee jelekkk." Resya mulai terisak mengeluar kan air matanya.

Dira buru-buru mendekatkann kursi nya kearah samping. Wanita itu secara otomatis mengelus tangan sahabatnya itu.

"Gue becanda. Lo cantik pakek banget, jangan nangis lagi ahh."

Resya menyeka air matanya kasar.

"Gue mau cerita." Ujarnya sambil sekali terisak.

"Diemin dulu tuh air mata, astaga."

"Gue udah diem." Sambil mnyeka kembali air matanya yang masih lolos.

Dira mendengus kecil. Lalu ia menopang dagu dengan kedua tangannya.

"Jadi?." Tanya dira.

Resya menghela napas pendek. Ia terlihat tengah berpikir, mungkin ini saatnya mengatakan smuanya kepada dira. Resya tak ingin menipu sahabtnya itu terus menerus. Apapun bentuk kemarahan dira nanti ia siap.

"Gue..... udah nikah." Ujar resya dengan lugas.

Dira membeku tatapannya melebar bahkan sampai menganga dibuatnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ku biarkan dira mangap sampek tuh mulut kering haha😂.

See you next part semuaa.

Luv yu
An nyung💜💜

REAl_Merriage (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang