BAB 39 - Si Bedigasan

Start from the beginning
                                    

"Lalu siapa?" Eliza berbisik perlahan. Meski begitu, Julia masih bisa mendengarnya.

"Aku nggak tahu namanya." Julia mengalihkan pandangannya. "Tapi, dia sering ke rumah dengan bau semerbak."

"Bau semerbak? Maksudmu melati?"

Julia menggeleng. "Aku tidak tahu."

"Kau ingat bagaimana wajahnya? Seperti apa dia?"

Julia terdiam tanpa mengucap apa-pun. Mereka kembali melihat ketakutan di mata Julia.

"Tenanglah, Julia. Kami ingin menangkapnya, kau tahu?" Andre mengelus rambut Julia.

"Benarkah?" Julia berbisik perlahan.

Mereka semua mengangguk serentak.

"Dia berkulit putih dan tinggi." Julia mengingat sejenak. "Dia suka memakai masker menyeramkan dan memakai baju hitam. Dia membawa pisau besar dan pistol."

Mereka langsung bertatapan. Siapa pria ini? Membawa pisau besar? Pasti yang dimaksud oleh Julia adalah golok. Sama seperti benda yang menggorok Anastasya. Ya! Pasti dia orangnya. Lalu pistol yang dimaksud gadis kecil ini pastilah SKS yang digunakan untuk menembak Alta.

"Apa dia memakai sarung tangan?" Eliza bertanya karena dia tahu bahwa tidak ada sidik jari yang ditemukan di mana-pun. Kemungkinan besar, dia memakai sarung tangan.

Julia mengangguk. "Sarung tangan putih. Dia sering memakainya."

"Be-berapa kali kau bertemu dengannya?" tanya Dean.

"Sejak aku bersama ibu, dia sudah ada."

"Kau pernah melihat wajahnya?"

Julia mengangguk.

Mereka semua terdiam mencerna fakta-fakta yang didapatkan. Orang inu pasti orang yang sama dengan yang dimaksud Bang Yudya. Seorang yang bedigasan---artinya dia terlalu banyak tingkah polah. Tapi, anehnya dia tidak berbicara? Mengapa?

Andre kembali menunjukkan foto yang masih ada di genggamannya. "Selain Franz, kau mengenal mereka berdua?"

Andre menunjuk wajah Hisao dan pemuda misterius yang ada di foto itu yang dia yakini sebagai Vanya. Namun, Julia menggeleng.

"Ya, tentu aja dia nggak kenal Kak Hisao. Kak Hisao tinggal di ibu kota dan kemungkinan si pemuda misterius ini juga berada di luar kota atau di mana-pun yang tidak kita ketahui." Eliza menatap Dean dengan serius.

"Jadi, si pemuda berkaca-mata ini bukan dia? Bukan yang ingin membunuhmu, Jul?" Dean memastikan sekali lagi.

Julia menggeleng. Itu artinya, yang ingin membunuh Julia bukan Pak Franz, bukan Kenny, bukan si pemuda berkaca-mata misterius dan juga bukan Hisao tentunya. Namun, nama Vanya sudah terlanjur melekat di benak Dean.

Selama beberapa waktu, Dean menjadi stalker Vanya Faizal Khair. Satu-satunya orang bernama Vanya yang dia ketahui. Dia adalah seorang dosen di ibu kota. Dean menyimpan fotonya dari media sosial. Dean-pun menunjukkan foto itu pada Julia. "Bagaimana dengan dia?"

Julia menggeleng. "Aku tidak kenal."

Dean langsung paham apabila si pelaku bukan Vanya yang ini. Namun, kembali ke perasaan dan instingnya. Dean pernah bertemu seseorang bernama Vanya dari Nicholas---teman masa lalunya.

Dia ingat dengan jelas bahwa Vanya adalah pemuda yang bengis. Tapi, sangat sulit sekali menemukannya. Sebenarnya, Vanya yang pernah dia temui itu Vanya yang mana? Sepertinya ada banyak sekali orang bernama Vanya di dunia ini.

***

Dean kecil tengah bersembunyi di balik semak-semak bersama teman-teman sekelasnya. Dia menatap seorang anak laki-laki dari kejauhan. Anak itu tengah duduk menghadap sungai sembari membawa selembar foto berlaminasi di genggamannya.

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now