Hari telah berganti, kesibukan mereka semakin bertambah, terutama Rega yang mengikuti dua ekstra sekaligus, hal ini membuat Naya, terpaksa harus sering berjauhan dengan Rega
Meski diawal Naya sempat merengek dan meminta Rega agar berhenti dari salah satu ekstranya, tapi lama kelamaan Naya sadar, dua ekstra yang diikuti oleh Rega adalah olah raga favoritnya, jadi tidak berhak juga Naya melarang Rega untuk mengikuti apa yang dia mau
"gue hari ini ada ekstra, lo pulang sama Dimas ya? " tanya Rega sembari memasukkan buku bukunya kedalam tas
"kok ekstra lagi sih! " jawab Naya sembari menghentakkan kakinya pada lantai kelas
"kan ekstra bulu tangkis emang hari ini sama besok, Nay" jawab Rega
"kebanyakan ekstra sih! " cembik Naya
Rega terkekeh, tangannya terulur mengusak rambut Naya, "kangen pulang bareng gue nggak? " tanya Rega
Naya mengangguk, "Naya lebih sering pulang bareng Dimas" ucap Naya dengan menunduk
"Dimas juga, apa bedanya sama gue? " tanya Rega
"beda, satu" Naya menunjukkan satu jarinya didepan Rega, "nama kalian beda, dua" selanjutnya Naya menunjukkan dua jarinya, "wajah kalian juga beda, yang ketiga" kali ini Naya menunjukkan tiga jarinya, "nggak tau kenapa, Naya lebih suka di bonceng sama Rega" ucap Naya lirih
Rega kembali terkekeh, "lo suka gue, Nay?" ucap Rega
Naya melotot, "hih! Halu" ucapnya, kemudian gadis itu melangkah keluar dari bangku, ia berjalan menghampiri Dimas yang sudah menunggunya didepan kelas
Rega mengikuti alah langkah Naya, kini mereka bertiga telah berada didepan kelas, Rega berpamitan pada Dimas dan Naya, kemudian ia melangkah menuju tempat latihan ekstranya
Sedangkan Naya dan Dimas kini berjalan beriringan menuju tempat parkir, tidak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka, Naya memilih diam, sedangkan Dimas, ia bingung ingin memulai bicara dari mana
Suasana canggung menyelimuti, entah kenapa tiba tiba saja gugup melanda, "Nay" panggil Dimas
Naya menoleh kemudian berdahem
"ikut gue ke toko buku dulu, mau nggak? " tanya Dimas dengan ragu
"oke, Naya juga mau beli buku" ucap Naya tanpa memandang Dimas
"serius? Suka buku apa? " tanya Dimas
"Naya suka novel, kebetulan novel dari penulis favorit Naya udah terbit, yauda sekalian beli" ucap Naya
Mereka tiba di tempat parkir sekolah, Dimas memakaikan helm pada Naya, pandangan mereka bertemu, Dimas sempat mematung sejenak, begitu juga dengan Naya, namun beberapa saat kemudian Dimas tersadar dan menepuk puncak kepala Naya
Dimas memasang helm miliknya sendiri, kemudian naik keatas motor miliknya, setelah semuanya siap, Dimas melajukan motornya dengan kecepatan sedang
Naya menyandarkan kepalanya dipundak Dimas, mereka sama sama diam, Naya yang sibuk melamun dan hanyut dalam fikirannya, sedangkan Dimas juga fokus pada jalanan
"menurut Dimas, kalo lagi suka sama seseorang itu gimana sih? " tanya Naya tiba tiba
Dimas melihat pantulan wajah Naya melalui kaca spion, "lo suka seseorang? " tanya Dimas
"nggak tau" jawab Naya lirih, "kalo Naya deket dia, Naya nyaman, kalo nggak ada dia, Naya kesepian" ucap Naya lagi
Dimas langsung tau, yang dibahas disini pasti Rega, "tentang Rega ya? " Dimas berusaha menebak
Naya mengangguk
Mendapat jawaban yang seperti itu, hati Dimas terasa dicubit, jadi benar apa dugaannya, bahwa Naya menyukai Rega
"lo suka sama dia" ucap Dimas sembari tersenyum kecil
"maksudnya? " tanya Naya
Gadis itu kini meletakkan dagunya pada pundak Dimas
"lo itu suka sama dia, lo baru sadar sekarang? " tanya Dimas sembari tekekeh
Tidak, Dimas tidak menertawakan Naya yang baru saja sadar tentang perasaanya, tapi Dimas menertawakan dirinya sendiri
"gitu ya? " ucap Naya, "emang gitu ya? Tandanya orang yang lagi jatuh cinta? " tanya Naya
"setau gue gitu" ucap Dimas
Laki laki itu membelokkan motornya untuk memutar balik, Naya mengeryit bingung, "kok arah pulang?,katanya mau ke toko buku" tanya Naya
"ke toko bukunya besok aja ya? Nggak tau kenapa, perut gue mendadak sakit" ucap Dimas
"Dimas kenapa?" tanya Naya yang khawatir pada Dimas
Dimas mengangguk
Naya kembali menyandarkan kepalanya pada punggung Dimas, tangannya ia lingkarkan pada perut Dimas, kemudian berkata, "jangan sakitin Dimas ya, kasian Dimasnya" Ucap Naya
Dimas terkekeh, dalam hatinya ia berkata, "bukan perut gue yang sakit Nay, hati gue yang sakit, lo nggak kasian sama hati gue? " batinnya
Tanpa Dimas sadar, satu tetes air mata keluar dari matanya, katakan saja Dimas banci karena menangis sebab wanita, tapi tidak ada yang tau bahwa Dimas sangat menyukai Naya, bahkan disetiap doanya Dimas selaly menyebut nama Naya, tapi tuhan mungkin tidak menghendaki apa mau hatinya, dan menyuruh Dimas untuk lebih bersabar
~~~o0o~~~
Aku kasian sama Dimas😩
Tapi mau gimana lagi? Takdir berkata lain untuk hati Dimas
.
.
Dimas itu bucin Naya banget, tapi Naya nggak sadar, Naya selalu anggap Dimas itu bercanda, karena emang Dimasnya suka bercanda
.
.
Jangan lupa vote and comment29 oktober 2020
YOU ARE READING
ReNa [TAMAT]
Teen Fiction[TAMAT] [PART LENGKAP] [JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA] Rank : #1 in persahabatandancinta (03 November 2020) "Antara Aku, Kamu, Dan Janji Persahabatan" Ada sebuah janji yang belum ditepati. Antara dua anak remaja yang memang sudah be...