Angin kesedihan seharusnya berlalu dengan cepat. Setidaknya, jika kita masih belum bisa menerima keadaan. Janganlah kita terlalu larut dalam kesedihan itu.
Sesusah apapun kita untuk berdiri. Seberat apapun kita mengangkat batin untuk kembali bertarung melawan keadaan. Kita harus tetap keluar dari zona kesedihan
Apapun alasannya!
"Siap tuan putri?" tanya seorang remaja laki-laki yang saat ini sedang memegang beberapa balon ditangannya
Disamping laki-laki itu berdiri seorang gadis yang nampak masih ringkih meski beberapa tahun sudah berlalu kejadian memilukan itu
Gadis itu kini memiliki tatapan yang sangat teduh. Seperti kehilangan separuh jiwanya. Dia tidak pernah sama
Gadis itu mengangguk. Ditangannya memegang sebuah kue tart bertuliskan
“Happy Graduation Sahabat ku”
Dengan berbalut baju toga. Mereka berdua berdiri ditepi sebuah tebing. Ya! Tebing yang dua tahun lalu merenggut dua belas orang tersayang dari masing-masing keluarga
Tebing yang menjadi saksi bisu sekelompok anak yang baru saja memenangkan pertandingan dengan riang gembira. Tapi harus berakhir tragis pulang tak bernyawa
Kejadian itu adalah kejadian yang merenggut senyum gadis ringkih di sebelah Dimas.
Dengan sekuat hati Dimas berusaha membangkitkan kembali sahabatnya. Sahabat. Sahabat yang ia cintai diam diam
"Satu.."
"Dua..."
"Tiga!"
Tepat dihitungan ketiga, Dimas melepas balon yang ia pegang. Balon itu terbang keudara bersama dengan berjuta doa dan harapan yang di mimpikan
Dimas segera merapat ketubuh Naya. "Ayo Nay! Tiup lilinnya" perintahnya
Naya memejamkan mata. Gadis itu mengucapkan beberapa harapannya yang pupus. Ia masih berharap maut tidak merebut Rega darinya
Wusss
Tepat setelah membuka matanya. Gadis itu meniup lilin diatas kua itu. "Selamat hari wisuda sahabar terbaikku" gumam Naya
Dimas tersenyum kecil disamping tubuh gadis itu. Hari ini masa SMA nya berakhir. Masa masa dimana dia harus ekstra menahan diri atas cintanya
Masa masa dimana dia harus makan hati. Masa masa berharga dimana dia harus menjadi penanggung jawab atas seorang gadis yang tidak pernah menoleh kearahnya
Tangan Dimas terulur menepuk kepala Naya. "Jangan sedih lagi ya" ucapnya
Naya tidak menjawab. Gadis itu hanya tersenyum. "Makasih" ucapnya lirih
Dimas mengangguk dan tersenyum. "Mau kemana sekarang?" tanya Dimas
"Mau es cream" jawab Naya
Dimas terkekeh. Laki-laki itu kemudian membawa tangan lentik gadis itu untuk ia genggam. Mereka berdua pun berjalan mendekati mobil. Setelah masuk kedalamnya, Dimas mulai melajukan mobil itu meninggalkan tempat bersejarah bagi hidup mereka berdua
Dimas selalu berdoa. Semoga tidak akan ada lagi perpisahan. Perpisahan yang memilukan. Perpisahan yang menguras air mata.
Tidak! Jangan pernah ada lagi
***********
"Nay! Lihat deh! Bagus banget" ucap Nadya sambil menunjuk sebuah kembang api yang meletus dilangit langit malam
Naya mengikuti arah tunjuk Nadya. Ya! Kembang api itu sangat indah. Indah sekali. Naya suka kembang api
Oh ya! Ngomong ngomong soal Nadya. Gadis itu ternyata sudah menikah secara siri dengan Andre. Gadis itu dijodohkan oleh orang tuanya.
Tidak! Mereka tidak kecelakaan. Hanya sebuah perjodohan atas dasar wasiat
"Ini ini, gue baru beli" ucap Dimas sambil menyodorkan kembang api kecil didepan kedua sahabat perempuannya
Kedua wanita itu menerima kembang api pemberian Dimas. Mereka menyalakan api diujungnya dan mulai memutar mutar
Saat ini mereka sedang berkumpul dihalaman rumah Rega. Ibu Rega yang menginginkan mereka merayakan hari kelulusan dihalaman rumahnya
Bermaksud mengenang Rega
Dihalaman rumah itu juga dipajang foto Rega. Foto saat laki-laki itu tersenyum cerah
Ah! Sudah lah. Mengingat hal itu membuat mata panas kembali.
Nadya sedang mengandung sekarang. Usianya kandungan gadis itu tiga bulan. Ya! Nadya menyembunyikan hal itu dari pihak sekolah dengan cukup baik
Alhamdulillah gadis itu tidak sampai putus sekolah
"Naya, Sini nak" panggil ibu Rega yang saat ini sedang duduk bersama suaminya diteras rumah
Naya mengangguk. Gadis itu mendekat. "Ada apa bu?" tanya nya saat mereka sudah berhadapan
"Putraku.. Dia sudah pergi. Kamu sahabatnya. Ini, kenang kenangan dari Rega" Ibu Rega menunjukkan sebuah kalung bertuliskan ReNa
"Dia pernah bilang, saat menikah dengan kamu nanti. Dia ingin memberikan inu saat setelah ijab qabul" ucap Ibu Rega
Mata Naya mulai memanas. "Rega pergi sebelum impian itu terwujud. Ayah harap kamu bisa menyimpan ini nak" sahut Ayah Rega
Naya meraih bandul dari kalung itu. Kaling perak dengan liontin yang dihias indah. Tanpa sadar satu titik air mata jatuh di pipi Naya
"Rega.." cicit Naya
Ibu dan Ayah Rega serempak tersenyum. Kedua orang tua itu.membawa Naya dalam pelukan hangat mereka.
Gadis malang. Hidup sebatang kara. Ayah dan ibu Rega sudah menganggap Naya sebagai putrinya sendiri. Dan untuk saat ini. Mereka selalu berdoa, semoga tidak akan ada lagi kesedihan yang menghampiri gadis ini.
Hidup akan terus berjalan. Meski banyak batu kerikil menghalangi. Semuanya harus tetap berjalan. Skenario tuhan itu lebih indah dari pada skenario kita yang dibuat sendiri
Tuhan maha adil. Dia tidak akan menguji hambanya diluar batas kekuatan hambanya.
Untuk kalian yang sedang di fase terpuruk. Di fase dimana kalian merasa lelah dengan hidup yang selalu di uji.
Bangkit dan semangat lah!
Kalian boleh melihat dunia membencimu. Tapi jangan buat dirimu membenci dirimu sendiri.Semua pasti ada jalan. Satu persatu batu yang menghalangi pasti akan tersingkir jika kalian mau bersabar.
Everything it's gonna be alright
Ekstra part of ReNa
Selesai••••••••••••••••••••••••••••••••••
YOU ARE READING
ReNa [TAMAT]
Teen Fiction[TAMAT] [PART LENGKAP] [JANGAN LUPA FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA] Rank : #1 in persahabatandancinta (03 November 2020) "Antara Aku, Kamu, Dan Janji Persahabatan" Ada sebuah janji yang belum ditepati. Antara dua anak remaja yang memang sudah be...