18. Cinta & Hujan

171 35 4
                                    

Cowok itu terkikik kecil. Dia meraih kotak rokok diatas nakas samping kasurnya kemudian mengambil sebatang. Mengapit rokok itu diantara bibirnya, merogoh korek disaku jaketnya.

Sedetik sebelum rokok itu tersulut api, Yuu mematikan pematiknya. Dia teringat Irene yang memiliki gangguan pernapasan, alias sakit asma. Seketika itu juga nafsu merokoknya langsung lenyap.

Yuu memasukkan kembali sebatang rokok kedalam wadah.

Terjebak dalam keheningan seperti ini, dia sudah terbiasa.

Kehadiran cewek dia yang melengkapinya, kini setiap malam tidak akan bisa dirasakan lagi.

Yuu meringis. Rasanya hampa. Dia merasa ada kekosongan yang amat kentara disudut hati terdalamnya. Sesuatu yang dia inginkan dilarang untuk dirinya miliki. Sesorang yang sangat ingin dirinya rengkuh, tidak diperbolehkan lagi terlalu sering menempelinya.

Egois.

Baik Grizz maupun Papanya terlalu egois.

Mereka tidak pernah berubah dan selalu menjadikan Yuu sebagai objek permainan mereka. Dia tidak pernah sekalipun dibiarkan bahagia. Tidak terima jika salah satu keluarga yang tidak dianggap ini hidup bebas tanpa belenggu masa lalu.

Yuu mengeluarkan benda pipih dari saku jaketnya. Cowok itu men-scroll timeline Instakram, Facedook, dan akun sosmed lain miliknya. Karena tidak menemukan sesuatu yang menarik hatinya, dia memilih mematikan ponselnya.

Yuu kali ini tampak sedikit berpikir. Dia kembali menghidupkan ponsel lalu beralih membuka galeri. Disana ada setidaknya 500 lebih buah foto Irene yang sudah berhasil dia ambil dari segala sisi. Tanpa sadar senyuman kecil mengembang.

Cewek itu selalu bisa menghiburnya. Padahal hanya dengan melihat visual Irene yang tidak bergerak, Yuu sudah terangsang untuk terus mengusilinya. Menoyor, menggelitik, bahkan dia sangat suka membuat cewek itu menangis karenanya.

Semua kata-kata pedas yang keluar dari mulut kecilnya begitu terasa menusuk namun Yuu sukai.

Lalu, bagaimana mungkin jika mereka bersama, Yuu akan mengabaikan Irene begitu saja. No way!

Sebaliknya, itu adalah kesempatannya agar terus bisa menarik atensi cewek itu.

Yuu ingin membuat Irene terus melihatnya dengan mata berbinar antusias seolah ingin ngajak tawuran. Dia ingin Irene selalu sibuk dengan dirinya dan melupakan ada hal lain selain tentang mereka.

Cukup dia yang dilihatnya.

Cukup Yuu saja yang dipantulkan kedua manik cokelat terang itu.

"Lama-lama disini gue bisa beneran jadi sinting." Yuu bergumam. Cowok itu berdiri.

Malam begini, seharusnya Grizz sudah terlelap. Untungnya juga kepulangan sang Papa yang sudah dijadwalkan hari ini diundur karena kendala pesawat yang mendadak memerlukan perbaikan. Setidaknya beliau memerlukan waktu paling sedikit tiga hari sebelum sampai.

Benar-benar beruntung.

Yuu berjalan tergesa keluar rumah. Benar saja tidak ada satupun penjaga yang tampak seliweran seperti pada malam-malam biasanya. Dia tidak memedulikan, yang ada bagus malahan.

Tapi,

Yuu mendesah frustasi. Hujannya deras sekali. Petir terdengar menyambar beberapa kali, guntur pun demikian. Singkat kata poin keberuntungannya merosot hingga 70% jika harus diakumulasikan dengan bagaimana cuaca pada pukul 22.15 WIB, saat ini.

Bisa dibilang ini apes tingkat kuadrat padahal baru saja dia akan memulai rencananya untuk minggat.

"Ah, bodoamat."

My Beloved Monster (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang