45. Pengagum Rahasia Lainnya

51 18 0
                                    

Duduk mematung di depan teras, Yuu dibingungkan dengan pertanyaan kapankah kiranya sang kekasih bisa segera mendapatkan donor?

Yuu dibuat amat tersiksa setiap hari melihat senyuman Irene yang kian pudar digantikan merana. Yuu ingin melihat Irene bisa tertawa lepas lagi. Menatap binar matanya yang bulat dan besar setiap melihat sesuatu yang menarik. Yuu ingin kembali melakukan banyak masalah agar Irene marah padanya.

Sekarang, setiap Yuu berbuat masalah. Irene hanya akan diam jika tidak menerima kabar dari temannya.

Menyebalkan.

Yuu ingin kembali dimusuhi juga dicintai oleh kekasihnya.

"Mau pergi keluar?" Yuu menawarkan. Terus berada di dalam ruangan membuatnya semakin suntuk. Yuu juga tahu Irene merasakan hal serupa.

Irene mengangguk. Cewek itu meraih tas selempang yang sejak tadi berada di sisi nakas. Dia pakai lalu dia ulurkan tangan untuk digandeng Yuu.

"Ulululu manjanya sayangku."

"Alay."

Mereka tertawa bersama setelahnya berjalan berisisan sambil terus bergandengan tangan.

Pukul 10 siang. Yuu juga sudah mengecek tidak ada lagi mata kuliah setelah ini. Seluruh temannya sudah berhamburan keluar sejak setengah jam lalu. Di ruang kelas hanya menyisakan segelintir mahasiswa yang malas pulang dengan berbagai alasan.

Yuu menggenggam erat tangan Irene. Sekali-kali cowok itu mengayunkan pelan tangan mereka, khas seperti anak kecil yang bahagia saat mendapat teman barunya.

"Kita mau makan apa?" Yuu bertanya.

"Hm. Gado-gado aja, deh." Yuu tersenyum lebar. Irene tidak pernah menjawab terserah. Cewek itu selalu berterus terang tidak seperti kebanyakan cewek yang pernah Yuu temui.

Kualitas Irene memang luar biasa mahalnya. Tidak bisa begitu saja disamakan dengan banyak cewek disekitarnya. Irene tidak mudah hancur sekalipun Yuu bahkan keadaan terus menekannya kebawah. Cewek itu selalu memiliki cara baru untuk melawan semua tekanannya.

Irene memang calon istri yang pas untuk Yuu.

Dihancurkan berapa kalipun Irene tidak sedikitpun memiliki retak. Dibentak dan juga dicaci maki, Irene hanya bersikap acuh lalu pergi. Yuu tidak sabar melihat Irene kembali mendapatkan pengelihatannya kembali. Cowok itu ingin sekali menyiksa dan membuat menangis sang pacar seperti dahulu lagi.

Jangan dikira karena Yuu teramat mencatainya sekarang, Yuu akan berbuat baik selamanya. Mainstream. Yuu adalah pribadi orang yang unik dan berbeda sejak awal (dibaca; sarap).

"Lo tunggu disini bentar." Yuu mengarahkan Irene pada bangku paling depan, tepat disisi jendela. Dahulu jika ingin makan diluar bersama, Irene selalu meminta ingin dekat dengan jendela. Katanya dia ingin melihat banyak kendaraan berlalu-lalang di luar.

Yuu selalu ingat setiap hal kecil yang Irene suka. Tapi seringkali mengabaikannya.

Yuu kembali dengan satu nampan membawa dua piring gado-gado dan dua jus jambu favorit mereka. Cowok itu menyerahkannya satu pada Irene lalu menyantap rakus satu lainnya.

Tidak seperti Yuu yang sudah lahap memasukkan rumput disirami saus kacang, Irene masih diam mematung dengan pandangan lurus ke depan.

"Kenapa? Gak suka gado-gado?"

Irene menggeleng tanpa bersuara.

"Mau disuapin?"

Irene menggeleng lagi.

"Nyuapinnya pake mulut?"

"Sarap!"

Yuu tergelak. Akhirnya cewek itu bersuara juga.

Yuu masih mengamati. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal pikiran sang pacar. Irene tidak se-berisik biasanya. Cewek itu bahkan tidak menggerakkan kepalanya ke kanan-kiri saat makan. Yuu semakin cemas dibuatnya.

"Gue penasaran aja."

Yuu meletakkan sendok dan garpunya. Cowok itu menyesap dalam-dalam sedotan tapi justru mengumpat sebal, "segawon minumannya diisi es doang."

"Kenapa lo bisa suka sama gue?"

Yuu terbatuk. Nyaris tersedak bongkahan es kecil yang sejak tadi dia masukkan ke mulut. Cowok itu menoleh ke kanan-kiri, lagi.

"Kenapa lo bisa suka sama cewek miskin, buta kayak gue?"

"Tiap lihat lo menderita gue jadi terangsang. Tiap lihat lo nangis bawaannya pengen gue perkosa aja."

"Gak waras!" Irene menepuk jidat. Cewek itu merasa menyesal bertanya.

"Sebenernya gue juga kangen nyiksa lo lagi. Tapi majikan yang baik hati ini gak tega lihat anjing pudelnya menderita. Jadi sementara lo gue rawat normal aja."

Yuu bahkan mengakui dirinya tidak normal sebelumnya.

Apa-apaan itu menyamakan kedudukan pacar dengan anjing dalam tangga yang sama. Irene jadi berpikir ulang kenapa bisa dirinya dibuat jatuh cinta dengan cowok sakit jiwa di depannya.

Yuu melanjutkan lagi aktivitas menyuapnya yang tertunda. Cowok itu bahkan tetap mencomot beberapa potongan kentang dari piring sang pacar tanpa sepengetahuannya. Yuu merasa masih lapar tapi enggan untuk memesan ulang.

Kali ini Yuu menatap lurus ke depan. Manik hitamnya kian menggelap. Yuu menggebrak meja mencuri atensi seluruh orang di dalam ruangan. Pelayan yang mengantarkan makanan pun dibuat tidak sengaja menjatuhkan pesanan.

"Yuu. Apa-apaan lo?" Belum sempat menerima jawaban, Yuu lebih dahulu melangkah tergesa. Kedua tangannya terkepal kuat dengan rahang yang menggertak menahan amarah.

Irene hendak menyusul tapi tidak tahu kemana arah Yuu pergi.

"Apa maksud lo lihatin pacar gue, huh?"

Yuu tidak pernah berubah. Posesif berlebihan dan asal menuduh membuat setiap orang yang berada didekatnya geram. Yuu menarik kerah baju cowok lain yang tingginya nyaris sejajar dengannya. Cowok itu tidak terlihat gemetar walau dengan aura intimidasi yang biasanya bisa membekukan atmosfer.

"Lo bisu atau tuli? Huh?" Yuu benar-benar sudah kelewatan. Kalau seperti ini bahkan jika Irene yang memintanya berhenti, Yuu tidak akan menurut. Lagi-lagi Yuu bertindak dikendalikan oleh insting binatangnya. "JAWAB!"

"Cewek lo cantik. Gue suka."

BUGH.

Suara dentuman keras terdengar memekakan telinga. Puluhan pasang mata dibuat terpana dan takut dalam satu waktu yang sama. Yuu terlempar dua meter kebelakang. Kagetnya semua orang karena masih tidak menyangka justru pentolan kampus yang akan dibuat tumbang oleh sang lawan.

Ini momentum yang langka.

Banyak dari mereka mengeluarkan ponsel, merekam juga menonton kekacauan yang akan ditimbulkan oleh dua cowok yang namanya tidak asing sepertinya.

"Berengsek." Yuu berdiri lagi. Cowok itu melempar jaketnya menyisakan kaos tipis warna hitam senada dengan celananya.

"Lo seharusnya bersyukur banyak yang suka sama cewek lo. Itu artinya dia bener-bener berkualitas. Bangga dikit napa." Cowok yang sepersekian detik lalu menumbangkan Yuu kembali duduk. Menyilangkan kaki angkuh lalu kembali menyalakan kamera. Mengambil beberapa gambar yang sempat gagal dia dapatkan.

Tangan Yuu terkepal semakin kuat. Deru napas putus-putus Yuu terdengar sarat akan kemurkaan.

Bagaimana mungkin dia bisa bangga saat orang yang dicintainya justru dicintai banyak orang pula. Yuu tidak menginginkan sosok pacar populer. Dia hanya ingin dirinya menjadi satu-satunya di hati Irene.

"Lo pikir gue bakal diem aja biarin lo ambil banyak foto cewek gue?" Yuu kembali mendekat. Cowok itu menendang meja kaca sampai terbanting dan pecah.

"Kalian cuma pacaran. Hilal jodoh Irene belum ditentukan, jadi gak usah terlalu berharap karena kita gak pernah tahu apa yang bakal terjadi di masa depan." Cowok itu berdiri lagi. Mengikis jarak diantara dirinya juga Yuu. "Gue Farel Abraham Ciel bakal rebut dia dari lo."

"BERENGSEK!!!"

***

Jangan lupa tinggalkan feedback.

Happy reading.

My Beloved Monster (TAMAT)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin