13. Bersama Terluka, Berpisah Binasa

199 39 0
                                    


Yuu melihat pemandangan disekelilingnya. Mobil sedan warna hitam mengkilap melaju tidak terlalu cepat. Cowok itu duduk anteng didalam jok mobil belakang. Dua earphone dia sumpalkan ke telinga sisi kiri dan kanan.

Yuu menghela napas berat. Pada akhirnya dia terpaksa kembali ke rumahnya, tempat dimana dia dibesarkan. Tidak banyak kenangan yang bisa cowok itu ingat. Satu-satunya kenangan yang selalu terbayang bahkan tidak sekalipun menghilang adalah tentang kematian sosok sang Mama.

Yuu kehilangan figur terpenting dalam hidupnya sejak usia belia. Sepeninggal sosok sang Mama, Yuu menjadi anak yang tidak bisa diatur. Semakin hari perilakunya seolah kehilangan sopan santun. Dia kecewa. Dia marah. Dan dia bingung harus berbuat apa agar Papanya bisa sedikit menyadari keberadaannya. Pada akhirnya Yuu hanya terus mengacau. Tidak berhenti berbuat onar terkadang sampai melewati batas wajar. Yuu kecil berharap, setidaknya saat dia berbuat suatu kenakalan, sang Papa akan datang sendiri dan memarahinya.

Nyatanya, tidak.

Anak itu tetap dibiarkan sampai kebiasaan itu jadi tak terkendali, mendarah daging sampai Yuu sebesar sekarang. Dia tetap menjadi sosok yang sukar dikendalikan. Yuu tumbuh menjadi dewasa yang menyebalkan.

Tapi ada satu orang yang sangat peduli kepadanya sekarang. Cowok itu memiliki sedikit harapan baru untuk hidupnya. Yuu yang sekarang bisa melihat temaram cahaya masa depan mulai menyambutnya.

Cowok itu menoleh ke jendela. Melihat pohon-pohon berjejeran disepanjang jalan. Tanpa sadar lengkungan tipis tersungging apik di wajahnya. Dia beberapa kali nyaris cekikikan setiap mengingat wajah kikuk Irene. Yah, sosok yang akhir-akhir tidak pernah bisa lepas dari angannya. Bahkan Yuu tidak mau melupakan cewek maniak belajar itu barang semenit pun. Dia enggan walau kehilangan bayangan cantik yang selalu berteriak dan melotot horror setiap mereka bertatap muka.

"Sayangnya khusus buat satu ini lo gak bisa ikut." Yuu bergumam. Cowok itu lagi-lagi hanya menarik napas panjang, lalu menghembuskannya berat. "gue gak boleh libatin lo lebih jauh lagi."

Kalau dipikir-pikir. Irene itu tipe tsundere. Cewek itu selalu malu-malu kucing setiap berdekatan dengan Yuu. Padahal, tidak sekali dua kali Yuu memergoki Irene yang diam-diam mengintip serupa menguntit. Misalkan, saat Yuu pergi tanpa pamitan. Irene selalu sembunyi-sembunyi mengikuti Yuu. Jika ditanya alasannya, cewek itu hanya akan bilang "gue gak mau sampe lo bonyok lagi."

Selanjutnya, pernah saat Yuu di interogasi oleh Pak Subroto perihal alasan kenapa cowok itu selalu mengulang merusak inventaris kampus. Irene selalu memunggunginya dari kejauhan sambil sesekali terlihat cemas. Tapi saat didatangi, cewek itu selalu melakukan hal yang sama. Irene selalu membanting dan menamparkan buku yang digenggamnya saat Yuu bertanya "ada apa?"

Yuu lagi-lagi hanya tertawa kecil. Tingkah manis cewek itu yang sekali lagi bisa menjeratnya. Tapi anehnya, sejak saat kokuhaku Yuu setelah menghajar beberapa senior yang menyebalkan kala itu, Irene semakin gencar memusuhinya. Terkadang, saat cewek itu sangat murka, dia tidak segan misuh tepat didepan Yuu.

Memangnya, apa yang salah dengan menyatakan cinta?

Yuu masih tidak habis pikir.

"Sudah sampai, tuan." Yuu menoleh. Cowok itu bergegas turun saat diperintan oleh orang yang mengantarnya. Pria paruh baya dengan kumis tebal itu pasti suruhan Grizz, saudaranya. Yuu sudah bisa menebak.

Cowok itu menatap malas bangunan megah yang tepat berada kurang dari 20 meter didepannya. Obsidian phonix milik Yuu menatap tidak minat. Merasa jengah karena setiap ingin kabur, pada akhirnya dia dibawa kembali ketitik awal. Dia merasa semua usahanya sia-sia.

My Beloved Monster (TAMAT)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora