49. Deklarasi Permusuhan

39 13 1
                                    

Tidak berselang lama Yuu keluar dari toko Bakery. Membawa sekantung penuh tas berisikan kardus dengan banyak varian rasa donat favorit sang istri, eh pacar. Yuu sampai lupa dengan statusnya sendiri. Dia sempatkan antri sejak pagi karena tahu toko ini menjadi salah satu toko paling banyak diminati.

Sekalipun berpeluh tapi Yuu bersyukur. Setidaknya dengan donat-donat ini, dia bisa mengejutkan Irene dengan banyak perasaan berbunga yang akan membuat pacarnya bahagia.

Yuu berjalan santai. Mengabaikan setiap sapaan yang para cewek di sekelilingnya lontarkan. Yuu tidak berminat menanggapi. Sedaritadi yang terbayang dalam angan benaknya adalah fantasi Irene saat telanjang di kamar mandi.

Yuu menggeleng beberapa kali. Menampar pelan pipinya sendiri. Bahkan berimajinasi dapat dengan mudah membuatnya merinding.

Hari ini hari minggu. Hari liburan dimana jalanan padat diisi oleh banyak kendaraan untuk keperluan liburan. Yuu membawa motornya sendiri. Cowok itu berniat mampir ke perpustakaan lebih dulu. Minggu lalu dia memergoki Irene sedang mendengarkan podcast perihal novel yang baru-baru ini akan segera di launching. Yuu berpikir akan mencari info lebih banyak tentang buku itu. Sadar jika dirinya buta wawasan terbaru, Yuu memilih bertanya langsung pada ahlinya.

Semakin lama Yuu merasa semakin peduli pada Irene. Kehendak untuk membuat cewek itu menangis seperti yang sudah-sudah kini seolah hilang berlalu. Yuu tidak tahu apa yang menjadi pematik hingga dirinya berubah sebegini drastisnya. Padahal Yuu sendiri sadar dia orang yang egois. Merubah diri sendiri, apalagi demi orang lain, Yuu rasa itu tidak mungkin.

Tapi apa mau dikata. Yuu sudah melaluinya. Menjadi sosok hangat lainnya ketika berada dekat dengan sosok yang sangat dicintainya.

Tidak berselang lama Yuu sampai di rumah. Yuu memilih agar lebih dulu memberikan bingkisannya untuk sang pacar.

Irene beringsut berdiri. Cewek itu sadar saat mesin motor Yuu memasuki pekarangannya. Irene sudah menunggu disana sejak awal kepergian Yuu tadi pagi. Yuu tersenyum saat Irene berjalan tertatih mendekat padanya. Kelereng hitamnya bergerak awas. Lagi-lagi Yuu merasa sedang diawasi. Insting buasnya yang memberitahu Yuu terlebih dahulu.

Yuu menyisir sekitar. Cowok itu maju beberapa langkah, merangkul agresif pundak sang pacar lalu memasang wajah dingin. Untuk sesaat kelereng hitamnya berkilat merah, Yuu menggertakkan rahang membuat beberapa mata-mata yang sejak tadi membuntutinya cepat-cepat memalingkan muka.

"Mulai sekarang lo ngelakuin apapun harus bilang sama gue. Jangan pernah coba pergi sendirian." Yuu mendekap Irene. Mengelus surainya penuh perhatian, dia melanjutkan, "Gue benci tiap ada mata yang natap lo dengan sorot berbeda. Intinya gak ada tempat yang lebih aman buat lo selain disisi gue."

Tidak ada yang lebih aman selain berada dekat dengan Yuzuru.

Irene menyentuh dadanya sendiri. Masih dalam posisi berpelukan cewek itu dibuat mati-matian menyembunyikan senyumannya. Kalimat yang sederhana tapi memiliki sejuta efek bermakna bagi Irene. Yuu bisa saja mengucapkannya tanpa unsur kesengajaan, tapi Irene merasa amat bahagia seolah sedang dalam masa pubertasnya yang baru pertama kali merasakan api asmara.

Padahal Irene tahu, sejak awal sudah menjadi sifat alami Yuu berbicara tanpa berpikir dahulu. Dan Irene yang selalu menjadi sasarannya.

Yuu mendongak menatap langit kelabu yang seolah layar proyektor raksasa mengambang tepat di atas kepalanya. Gerimis sudah berhenti menetes sejak satu jam yang lalu.

"Keluar lo semua!"

Kepekaannya benar-benar seperti binatang.

Tiga orang cewek keluar lebih dulu diikuti dengan empat cowok lainnya yang sejak sebelum Yuu datang sudah mengintip Irene dari balik pagar rumah tetangga. Terlalu takut menampakkan diri karena kepribadian tertutup Irene yang mungkin akan merasa canggung jika dikunjungi beramai-ramai seperti ini.

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now