37. Monster Pelindung

53 18 12
                                    

Irene sudah diperbolehkan pulang ke rumah dan menjalani pemeriksaan intensif secara berkala. Cewek itu tidak seceria biasanya. Yuu membawakan tas berisi perlengkapan perawatannya dirumah nanti. Cowok itu menautkan jemari mereka, membawa Irene ikut melangkah seirama dengan langkah kaki besarnya. Cewek itu menuruti.

Tidak berselang lama taksi yang dipesan Yuu muncul dihadapan mereka. Yuu mengintruksikan agar Irene menunduk saat memasuki mobil. Cewek itu hanya terus mengangguk tanpa ada bantahan ataupun kicauan cerewet seperti yang biasa Yuu dengar.

Yuu duduk di sisinya. Mengapit lagi jemari lentik Irene sambil memainkannya. Tangannya begitu dingin, Irene juga tampak pucat pasi persis seperti mayat yang baru bangkit dari kematiannya.

"Jangan liatin gue."

Yuu tersedak ludahnya sendiri. Cowok itu terbatuk lalu menangkup kedua pipi sang pacar agresif. Dia bertanya, "Lo cuma pura-pura, kan?"

"Gue beneran gak bisa lihat Yuu. Insting gue cuma bilang lo lagi ngeliatin gue tanpa berkedip." Irene menjelaskan. Nadanya tetap berat.

Yuu bertepuk tangan sekali. Cowok itu manggut-manggut sambil menyanjung luar biasa. Merasa tersipu karena telah di kenali oleh sang kekasih sampai se detail ini.

"Jangan mesem-mesem sendiri." Irene terkekeh. Cewek itu meskipun tidak bisa melihat tapi tidak tuli. Cekikikan Yuu jelas terdengar beberapa kali.

Goncangan di dalam mobil terjadi. Yuu buru-buru merangkul Irene saat mobil terus berguncang ke depan dan ke belakang secara bergantian. Cowok itu sudah menduga pasti tidak lama lagi sang sopir akan beralasan, "Mogok, mas. Hehe."

Wajah dingin Yuu semakin memerah. Tangan yang masih menaut mulai berkeringat. Belum sempat Yuu hendak memukul, Irene lebih dulu membuka pintu lalu turun. Dengan begitu Yuu pasti akan mengikuti untuk melarangnya.

"Kita sampai dimana?" Irene bertanya. Cewek itu tidak bisa mengenali lingkungan sekitarnya kalau semuanya gelap gulita. Irene harus mulai terbiasa dengan kehidupannya yang suram sekarang.

"Masih jauh. Kita naik bus aja, ya?" Yuu berdiri di depan Irene. Cowok itu menepuk-nepuk pundak mengisyaratkan sang pacar agar naik. Cowok itu berniat menggendong sang pacar agar tidak kelelahan. Kondisinya masih cukup rawan untuk berjalan jauh. Kelelahan sedikit bisa mengakibatkan Irene drop. Yuu tidak mau dibiarkan sendirian lagi. Oleh karena itu, sekalipun Irene akan terus hidup dengan cara di manja, Yuu selalu bersedia.

"Gue baik-baik aja. Gue bisa jalan sendiri." Irene mulai melangkah, meluruskan tongkat ramping pemberian Yuu.

Yuu mendengus sebal. Cowok itu menyusul cepat, menautkan jemari mereka lagi dan sambil bersiul santai sekalipun tidak mendapat respon dari sang pacar. Cowok itu memposisikan Irene agar berada di lajur yang lebih aman.

Tidak berselang lama mereka sampai di halte. Mereka sampai tepat waktu bersamaan berhentinya bus yang sejalur arah pulang. Setidaknya dengan begitu Irene tidak perlu menunggu terlalu lama. Yuu masuk mempersilahkan Irene masuk terlebih dahulu. Cowok itu membantu Irene naik. Saat berada di dalam bus suasananya luar biasa ramai. Terlalu sesak sampai seolah tidak menyisakan ruang untuk bernafas.

Yuu bersiap-siap. Cowok itu hendak membuat pengumuman tapi lebih dahulu di tahan oleh sang pacar. Cowok itu lagi-lagi hanya mendengus dan mengumpat kesal ke sembarang orang. Yuu tidak bisa menolak apapun yang Irene katakan karena janji yang dia buat saat Irene mengalami koma. Cowok itu berjanji untuk jadi lebih baik lagi. Tidak akan memaksa atau membantah Irene. Yuu berhenti menyakiti dan membuli.

"Tapi lo baru aja sembuh, Ren. Biarin gue usir satu aja salah satu orang yang gak layak diantara mereka."

"Gausah, Yuu. Gue baik-baik aja. Lagipula bentar lagi kita sampai." Irene menjawab lempeng. Cewek itu memakai kacamata hitam.

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now