56. Extra : Langkah Yang Tak Sampai

36 11 0
                                    

Pukul 00.00 dini hari. Jalanan lengang menyapa langkah kaki berat seorang wanita paruh baya. Dengan dua kantong kresek besar yang menghiasi tangan, Adelia dengan mata sembabnya berjalan tergesa. Deru napas memburu semakin menyesakkan untuk didengar.

Hari ini seharusnya dia hadir di rumah sakit, menjadi orang nomor satu yang tidak sedikitpun pergi meninggalkan putrinya. Tapi apa mau dikata, panggilan dari atasan justru memaksanya masuk. Adelia tidak menyalahkan, dia masih bisa menyusul walau sudah selarut ini.

Kalau menurut pesan yang Yuu kirimkan padanya, proses operasinya sedikit mengalami kendala. Donor yang seharusnya sudah diterima ternyata mengalami masalah dengan beberapa saraf matanya. Seharusnya Adelia masih sempat. Walau sudah enam jam berlalu, dia harus tetap datang, masih harus berada di sana secepatnya karena Adelia adalah orang yang seharusnya memberikan ketenangan pada putrinya disaat seperti ini.

Adelia berhenti di tepi jalan. Wanita itu merogoh ponsel, mengetikkan pesan secara cepat untuk kembali memastikan.

Gimana? Donornya udah dapet?
Adelia

All is safe, Ma! You don't have to worry.
Calon Menantu

Jangan sok inggris lo! Lo kan yang nyolong salah satu bh anak gue bulan lalu?
Adelia

Telah dibaca...

Tidak ada balasan. Adelia terkikik sendirian di jalanan sepi malam itu. Meski tidak yakin omongan Yuu barusan bukan tidak berarti hanya agar Adelia tidak khawatir.

Padahal Adelia hapal betul kesan pertama yang ditinggalkan Yuu padanya terkesan kasar dan tidak sopan. Tapi, sejauh ini melihat senyuman yang merekah dari dua sudut bibir putrinya, Adelia sedikit banyak mulai menyimpulkan bahwa dirinya telah salah menilai.

Yuu anak yang baik. Dia orang yang selalu bertanggung jawab atas perbuatannya, sekalipun sering merepotkan orang lain, asal hal itu berhubungan dengan orang yang dicintainya. Anak itu -Yuu selalu berani mengambil resiko untuk melindunginya. Menjaga setiap keamanan putrinya.

Adelia tidak lagi khawatir meninggalkan Irene sendirian dirumah saat dirinya sibuk bekerja diluar.

Yuu akan menjadi penggantinya -tidak! Cowok itu sudah menjadi sosok baru yang akan meredakan kesunyian akibat dari hubungan renggang yang Adelia tidak sengaja ciptakan.

Adelia menghela napas berat. Kepalanya menengadah sampai batas pangkal lehernya. Wanita itu menatap -meratap langit berbintang terang malam itu. Malam ini dia berjalan sendirian. Adelia berniat meminta bantuan boss nya untuk mengantarkan pulang, namun gagal dirinya lakukan mengingat sosok wanita lain yang berdiri angkuh tepat disisi laki-laki itu sore tadi.

Beruntunglah rumah sakitnya hanya memakan waktu 15 menit. Adelia bisa bersantai dan datang dengan membawakan Yuu banyak camilan.

Adelia yakin 1 milyar persen.

Yuu pasti tidak sedetikpun mengistirahatkan diri. Anak itu pasti berjaga seharian dan membiarkan perutnya terus berteriak karena kelaparan.

Sementara itu jauh dibelakang, dua orang terus mengawasi. Salah satu orang yang saat ini duduk di kursi kemudi menggerakkan giginya. Tampak tersulut emosi sendiri akibat provokasi intrik yang telah lama dirinya geluti. Sosok lain disisinya mulai menyulut rokok yang dia apit dengan dua jarinya. Tampak tidak terlalu peduli walau sosok di sisinya mulai menyeringai jahat.

"Lo harus pikirin apa konsekuensi dari perbuatan lo nanti." Alex memberi saran. Menyerahkan sebotol minuman keras yang mulai diteguk rakus oleh sang sahabat.

"Farel bukan orang yang cuma bisa gertak doang. Gak ada yang bisa lari dari teror yang gue ciptain." Cowok yang menyatakan diri sebagai Farel tampak semakin antusias. Semerbak nikotin mulai memenuhi kabin mobil yang dikendarainya.

Selama ini semua rencananya berjalan rapi. Nyaris tidak ada lubang di proposisi yang dia siapkan selama ini. Begitu pula dengan rencananya kali ini. Tidak akan Farel biarkan Yuu hidup dengan euforia yang berhasil cowok itu raih berkat buah kesabarannya.

Farel mulai memajukan mobilnya. Mengendarai dengan kecepatan sedang sampai pada jarak 100 meter, Farel mulai menambah gigi pada kecepatan kendaraan besinya.

Adelia yang merasa antusias mulai melangkahkan kaki kembali setelah cukup lama beristirahat. Adelia kian merasa tubuh rentan yang dimilikinya tidak seharusnya berjalan sejauh ini. Ini melelahkan, hanya saja demi putrinya, Adelia pasti datang.

Dia akan berada disana sesuai janji pada dirinya sendiri.

Adelia sudah tidak sabar saat melihat air mata bahagia Irene.

Setelah semua ini Adelia akan meminta maaf.

Dia sudah berjanji akan mengakhiri semua kebodohannya selama ini.

Adelia tidak akan terlibat dengan perselingkuhan lagi. Dia juga akan lebih sering meluangkan waktu sebagai ganti rugi atas banyak momentum yang telah terlewat selama ini.

Dia akan hidup normal sebagai ibu. Melihat putri tunggalnya lulus sekolah, mewujudkan mimpi, dan menjadi wali yang akan mendampingi Irene bahagia menuju pelaminannya.

Adelia semakin bersemangat. Wanita itu menambah ritme langkahnya sebelum sebuah mobil justru menumbangkannya.

Adelia terlempar lima meter ke depan. Sebelum itu benturan keras menghancurkan kaca depan mobil yang telah menghantamnya. Adelia merasakan rongga paru-parunya yang kian menyempit. Tenggorokan yang tidak lagi mampu mengucapkan sepatah katapun.

Sakit. Luar biasa sakit.

Seluruh tubuhnya mati rasa.

Samar-samar Adelia bisa melihat dua orang mulai keluar dari dalam mobil. Dengan keringat dingin yang deras mengaliri pelipis mereka, Adelia meraih buku catatan kecil yang selalu dirinya bawa.

Diantara deru napas putus-putusnya Adelia bangkit. Memaksakan kedua pinggulnya menopang tubuh bagian atasnya. Pandangannya semakin mengabur, pening yang terus menghantam kepalanya membuat Adelia kian mengantuk. Adelia bahkan tidak diberi waktu untuk mengutuk orang-orang berengsek yang telah mencelakainya. Dia tidak memiliki waktu untuk semua itu.

Adelia sadar waktunya tidak akan lama lagi dan dia belum melakukan satu pun hal yang benar untuk putrinya. Adelia tidak mau pergi meninggalkan kenangan buruk yang hanya akan semakin melukai Irene. Adelia tidak ingin putrinya hidup dibawah bayang-bayang pengalaman buruk yang telah Adelia berikan.

Adelia akan pergi dengan memberi hadiah. Wasiat terakhir yang akan membawa sosok tercinta menuju kehidupan bahagianya. Adelia akan memberikan sesuatu yang sangat diharapkan Irene.

"I ...bu sayang ka ...mu, Nak!"

"Ma ...afin I ...bu!"

Adelia merasa tidak lagi memiliki penyesalan. Setelah ini, Tuhan akan mengambil alih tugasnya lagi. Mengurusnya sendiri atau bahkan mengumpankan kembali pada orang lain yang akan bertanggung jawab atas hidup putrinya kini.

***

Akhirnya chap extra yg saya janjikan muncul juga

Bangga bisa rampungin 1 story hahaha walau banyak story lain yg terbengkalai.

Jangan lupa support buat dukung saya yah. Follow buat update cerita lainnya juga

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now