29. Kebahagiaan Yang Direnggut

118 21 6
                                    

Jeng Jeng Jeng!!!

Yuu melebarkan tangan -mempersembahkan sungai dengan airnya yang tenang -membuat Irene yang memeluk peralatan mancing melongo.

Kencan romantis yang Yuu maksudkan, acara mancing ini?

Cowok itu pasti hanya mencari-cari alasan agar Irene mau menemani menghabiskan waktu kegabutan-nya.

Irene menggeleng-geleng sebelum akhirnya menjatuhkan semua yang semula dipeluknya. Kedua kaki pendeknya menghentak tanah sebal. Yuu tidak peduli. Cowok itu malahan lebih asik bermain dengan cacing, memilih, sebelum akhirnya dia tarik menjadi dua bagian untuk dikaitkan -dijadikan umpan.

Irene yang merasa diduakan dengan cacing memilin perutnya. Mual menyerang.

"Lo kenapa mual-mual gitu?" Yuu bertanya lempeng, masih dengan satu tangannya yang memegang cacing menggeliat.

Irene tidak menjawab. Sebaliknya cewek itu berlari menuju pohon terdekat. Dia memuntahkan semua sarapannya pagi ini dengan pohon pinus sebagai sandarannya.

Yuu itu... Jorok sekali.

"Ck. Belum juga gue masukin, baru gue grepe grepe doang masa udah hamil." Cowok itu tidak terlihat terlalu ambil pusing.

Irene kembali. Tubuhnya terhuyung kesana kemari. Mukanya berubah pucat pasi. Dia masih tidak menyangka, kencan pertamanya akan sekacau ini. Kacau. Kacau. Kacau.

"Yuu!"

"Apa sayang?" Cowok itu menyahut, menoleh, lalu mengumbar senyuman manis. Benar-benar manis sampai membuat Irene sekali lagi menyadari pesona cowok itu. Gigi taring dikedua sisi yang lebih kentara dibanding dengan kebanyakan orang lainnya membuat cowok itu semakin mempesona dengan caranya sendiri. Rambut hitam legam yang melambai pelan ditiup angin, sesekali menutupi sampai matanya, menjadikannya coganable yang sangat pantas disandingkan dengan sebutan jajaran kaum-kaum gudluking.

Irene terngaga nyaris terpana.

"Irene?" Yuu memanggil sekali lagi. Irene mendongak. Cowok itu tersenyum semakin lebar. Merasa sangsi, Irene menunduk karena merasakan sensasi bergerak dengan intensitas yang tidak karuan di telapak tangannya.

Irene memekik. Berteriak parau meneriakkan tanpa sengaja beberapa nama binatang yang tiba-tiba terbesit begitu saja.

"Yuu bego! Bego! Bego!" Irene menangis sesenggukan. Mengusapkan kasar kedua telapak tangannya kepada si pelaku.

Cacing-cacing yang semula Yuu letakkan di tangan Irene kini bertebaran dimana-mana. Beberapa jatuh ke air membuat Yuu memberengut. Padahal dia tadi harus bersusah payang mencari-cari hewan penggeliat itu.

"Lo cengeng banget, sih!"

Irene tidak menyahut. Cewek itu masih sesenggukan.

"Gue mau pulang."

Seharusnya dia tidak berharap. Yuu jelas aneh sejak awal. Dia makhluk paling absurd yang pernah Irene jumpai selama 20 tahun kehidupannya. Seharusnya dia sudah tau akan jadi bagaimana kencan mereka. Tapi... Mancing???

Yang benar saja?

"Gue pulang sekarang."

"Eits. Kita kan mau mancing buaya. Gak mau pulang sebelum dapet." Tepat sebelum cewek itu hengkang, Yuu lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

"Lo bego, yah?" Irene salah bertanya. Dia tahu betul kalau cowok itu luar biasa goblok.

"Seenggaknya kita harus dapet aligator. Kalo crocodile tak kudapat, seenggaknya anakannya."

My Beloved Monster (TAMAT)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu