43. Rencana Masa Depan

52 22 3
                                    

Irene mengerjap. Tangannya gusar meraba tepat disisinya. Kosong. Irene buru-buru menegakkan pundaknya. Pandangannya tidak juga menampilkan objek berwarna tapi dia sudah cukup waras untuk sadar bahwa Yuu kini menghilang lagi.

Cowok itu akhir-akhir ini selalu keluyuran sendiri.

Bajingan.

Irene mulai panik sendiri. Dia hendak mencari tapi sadar diri jika keluar dari rumah, dia hanya akan tersesat dan yang paling parah digondol oleh bapak-bapak kurang belaian yang kebetulan lewat di depan kompleks gang.

"Gue pulang. Aduh!" Baru kembali muka Yuu sudah kena sasaran timpuk bantal.

Padahal ini malam yang cerah tapi kenapa dirinya selalu apes. Yuu mulai curiga sifat sadistiknya bertukar dengan sang pacar.

"Baru pulang bukannya disambut malah disambit." Yuu mendekat. Cowok itu menempelkan dahinya dengan dahi Irene, mengecek apakah suhu Irene sudah turun.

Tadi selepas pulang dari kampus, suhu Irene mendadak naik. Yuu tau hanya dengan menyentuh tangannya saja, sebaliknya karena mereka selalu bergandeng tangan, Yuu sadar bahwa Irene sedang tidak baik-baik saja.

"Dari mana lo?" Mulutnya tidak berhenti mencerca meski tubuhnya diam seperti karang tenang di tengah samudera.

"Nyari referensi pacar baru di luar."

"Aww. Sakit." Yuu lagi-lagi mengaduh. Baru saja dia mulai bercanda, kedua pipinya sudah kembali merah. Respon Irene benar-benar lucu -kentara bahwa setiap Yuu bergurau tentang mencari pacar baru, Irene selalu dibuat cemburu.

"Tenang sayang. Gue gak minat perkosa cewek selain lo."

Plak!

Dia ditampar lagi.

"Sakit goblok." Yuu mulai meradang.

"Makanya stop bercanda porno."

Yuu tidak lagi menjawab. Cowok itu mengambil sendok lalu mengaduk semua bagian bubur ayam hingga menjadi satu. Setiap kali Irene bertanya kenapa harus diaduk, jawaban Yuu selalu mengada-ada dan terdengar tidak serius. Katanya; kalau dimakan satu persatu kurang berasa, kalau dimakan buburnya dulu rasanya hambar juga, emang paling enak dicampur meski jijik lihatnya tapi nikmat rasanya. Ahay!

Irene membuka mulut setiap kali Yuu berkata aaaa.

Setiap satu suap berhasil Irene cerna, Yuu mengambil sesuap lain untuk dirinya. Lalu selanjutnya milik Irene lagi dan begitu sampai habis.

"Kalau dilihat-lihat lo mirip adek gue lama-lama. Makin lama makin manja."

Irene mendengarkan. Cewek itu menjawab di sela-sela makannya, "Gue gak mau jadi adik lo."

"Kenapa?"

Irene menggeleng lagi. Dia masih tidak sadar Yuu sudah menaruh tiga suap pada mulut cowok itu sementara Irene masih mengunyah. Porsi buburnya berkurang drastis.

"Gue mau jadi pacar lo aja."

Yuu mengangguk-angguk tanpa melepaskan sendok yang masih dia gigit.

"Tenang aja. Jadi adek gue pun tetep gue perkosa kalau itu lo."

Plak. Plak.

Semuanya kena telak.

Yuu menyentuh kedua pipinya secara bergantian. Irene tidak pernah menahan tenaga. Kalau begini terus, status Yuu yang akan menjadi korban KDRT.

"Yuu gue serius. Gue bener-bener pengen tinggal bareng lo seumur hidup. Gue mau kita selalu barengan sampai punya anak, cucu, cicit nanti." Irene memainkan jarinya sendiri. Dia mulai malu. "Lo mau, kan?"

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now