46. It's Only Me

52 14 4
                                    

Irene berdiri. Yuu mengikuti.

Irene duduk lagi. Yuu kali ini tetap berdiri.

Irene hendak pergi, mulai melangkah tapi gesit Yuu menyambar pergelangan lengan sang pacar.

"Mau kemana?" Sinis Yuu bertanya.

"Mau pipis."

"Gue ikut."

"Yaudah ayo. Lo tungguin diluar pintu." Irene menghembuskan napas. Sadar setiap perintah yang keluar dari mulut Yuu mutlak adanya. Setiap katanya tidak terbantahkan.

"Lo mau dikata cabul sama orang satu kampus?"

Irene lupa julukan tersebut sudah melekat, seolah terpahat jelas diatas dahi Yuu bertuliskan 'gue cabul".

Yuu tidak lagi berkomentar. Cowok itu menggenggam erat jemari lentik milik Irene. Perlahan Yuu membawa Irene ke tempat yang cewek itu ingin datangi. Disepanjang jalan yang mereka lalui, mata Yuu selalu awas. Seolah sadar akan bahaya yang mengancam setiap saat.

Farel.

Itukah nama orang yang berani menantang Yuu secara langsung?

Yuu merasa baru pertama kali mendengar namanya. Cowok itu juga merasa asing dengan visual tegas tidak gentarnya. Tapi Yuu merasa hawa keberadaan Farel berada di sekitarnya.

Apa dia juga salah satu mahasiswa kampus ini?

Entahlah. Yuu tidak ingin ketenangannya terlalu diusik apalagi dicampuri. Tapi seandainya Farel benar-benar datang untuk membawa cahaya kehidupannya. Yuu tidak akan segan menyingkirkannya.

Farel memilih lawan yang salah. Sosok saiko yang sudah dia tantang secara langsung di depan umum tidak akan menunjukkan rasa iba barang secuil untuk lawannya.

"Lo gak perlu khawatir. Gue gak minat selingkuh apalagi main-main sama cowok lain."

Seolah tahu apa yang Yuu pikirkan, Irene mulai bersuara. Pasti merepotkan jika posesif Yuu semakin menjadi, apalagi untuk kondisinya saat ini. Irene pasti kesulitan bahkan untuk membela diri sendiri.

Yuu tersenyum. Cowok itu menghadang Irene, membuat langkah cewek itu terhenti dan berakhir menubruk dada bidang Yuu. Irene mengaduh saat kakinya justru tersandung dan nyaris terjengkang ke belakang.

"Yuu!" Lengkingan suara Irene membuat Yuu menutup telinganya rapat.

"Ikut gue."

Tangan Irene ditarik Yuu. Kaki lemasnya dipaksakan untuk berlari mengikuti langkah kaki sang monster yang akan membawanya entah kemana.

Irene mengerem sendiri, menghentikan laju langkah kaki yang membuat Yuu ikut berhenti. Cowok itu tampak tidak senang. Yuu bermuka masam lebih memilih menggendong sang pacar.

"Yuu lepasin. Kita mau kemana?"

Irene tidak bisa merasakan malu. Semua pasang mata yang biasanya kedua manik cokelat itu tangkap seolah menggunjingkannya, kini tidak lagi tampak. Irene tidak lagi menjumpai sorot yang menghujam, menyalahkan dirinya atas segala kekacauan yang Yuu lakukan.

Satu hal positif saat seseorang kehilangan pengelihatannya. Dia tidak lagi harus takut pada kegelapan dan keheningan. Karena mereka sudah lama berada di dalamnya, dipaksa terbiasa dengan segala kengeriannya.

"Yuu kita mau kemana? Turunin gue." Irene mengulang perkataannya. Tidak malu bukan berarti dia mau diperlakukan seenaknya oleh Yuu.

Irene sadar diri dirinya tidak berdaya. Tapi, dibuat selalu patuh dengan permintaan Yuu, cewek itu merasa seolah tidak berguna.

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now