31. I Love You

72 20 27
                                    

Cinta adalah hal paling luar biasa anugerah Tuhan. Tidak ada siapapun yang sedang mengalaminya tidak dibuat gila. Tidak ada cinta yang waras. Tentu saja Irene menyangkalnya. Pemikiran logis serta analisis yang dia lakukan selama ini tidak pernah membawanya pada kegilaan tersebut, tidak sebelum Yuu hadir dalam setiap harinya.

Kehadiran cowok itu membawa bumbu keceriaan serta kengerian disetiap detiknya. Setiap kata yang terucap dari bibirnya selalu membekas di dalam sudut ingatan Irene. Setiap perlakuan serta ancaman yang Yuu tidak sengaja berikan selalu membawa mimpi tersendiri bagi cewek itu.

Hidup tenang Irene seketika dibuat ambyar. Hari tenangnya dihancurkan oleh si pembuat onar. Tapi, Irene tidak pernah menyangka akan dibuat sangat bergantung pada cowok itu. Perasaan berbunga setiap kali kedua kelereng mereka tanpa sengaja menumbuk membawa dirinya seolah terbang menuju angkasa. Irene dipaksa merasakan kebahagian yang dia tidak harapkan sama sekali. Sampai akhirnya kekhawatiran yang kerap muncul pada mimpinya benar-benar terjadi.

"YUU!" Irene tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk sesaat cewek itu menyesali takdirnya yang harus dilahirkan sebagai seorang perempuan lemah. Terlahir dengan tubuh kecil, jemari lentik juga kulit halus. Dia merasa sangat tidak berguna.

Yuu masih tidak bergeming dari tempatnya. Cairan merah tidak hentinya merembes keluar dari lengan kiri. Irene dibuat panik dan bingung di satu waktu yang sama. Tidak ada siapapun lagi di tempat dirinya dikurung saat ini. Semua penjaga yang sebelumnya tampak hilir mudik di depan gerbang utama mendadak lenyap entah kemana. Begitu pula Grizz yang tidak lagi meninggalkan jejak. Hanya ada mereka berdua disini.

"Grizz bodoh. Sialan. Kakak berengsek." Irene masih tidak berhenti mencoba menyeret cowok itu keluar. Kalau tidak cepat-cepat Yuu bisa kehilangan lebih banyak darah.

Kondisinya semakin kritis. Deru napasnya mulai memelan. Irene terus berusaha meski beberapa kali terjatuh sampai akhirnya dia berhasil membopong tubuh Yuu sampai ke tepi jalan. Cewek itu berdiri ditengah jalan sambil merentangkan tangan. Air mata tidak hentinya menetes mengaliri pipi gembil di kanan dan kiri. Beberapa kali dia berlari lagi ketepian menghampiri Yuu yang tidak sadarkan diri bersandar di batang pohon tumbang.

Mereka berada di tengah hutan. Meski berada ditepi jalan utama tapi hanya sekitar 5% orang yang akan melewati kawasan terisolasi seperti ini. Irene mengingat hari apa ini? Selasa! Kalau tidak salah, seingatnya hari selasa adalah hari dimana para pekerja pencari kayu memasuki hutan untuk mengambil dahan-dahan pohon. Irene beruntung itu adalah hari ini. Tapi dia tidak tahu harus berapa lama lagi disuruh menunggu sambil terus menghitung detik-detik hilangnya harapan Yuu untuk hidup.

Cowok itu sekarat.

Bodoh kalau Irene hanya terus berdiri di tempat yang sama dengan air mata.

Irene berlari menghampiri Yuu. Tangan berkeringat terulur menyentuh lengan besar Yuu. Dadanya mendadak merasakan ngilu, Irene merasa pilu. Darah masih belum berhenti keluar. Lukanya sangat parah. Irene tidak mampu membayangkan luka yang lebih parah selain yang saat ini Yuu alami. Cewek itu terkesiap, buru-buru dia menyobek bagian bawah bajunya lalu melilitkan dengan kuat di lengan Yuu. Untuk sementara yang perlu dia lakukan adalah menghentikan pendarahannya.

Irene berdiri lagi.

"Lo harus bertahan Yuu. Gue janji gak akan biarin lo mati disini. Gue bakal bawa lo ke rumah sakit." Irene memeluk erat cowok itu sambil terus membisikkan kata-kata motivasi yang terlintas.

Irene berhasil. Langkah tertatihnya tidak berhenti membawa Yuu terus melangkah maju. Matahari siang ini sedang terik-teriknya. Beruntung rindang dedaunan pohon di kanan dan kiri menyamarkan panasnya. Keringat membanjiri tubuh cewek itu. Dia masih tidak menemukan tanda-tanda sadarnya Yuu. Irene semakin memberengut sambil menggembungkan pipinya. Dia mencoba untuk tidak menangis lagi dan terus berjalan.

My Beloved Monster (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang