6. Manunggaling Aku dan Kamu

319 47 2
                                    


Gerah. Irene menyibak selimut yang menutupi hingga pangkal dagunya tapi selimut kembali dipakaikan lagi. Untuk entah yang keberapa kali, cewek itu menendang selimut tapi usahanya selalu nihil. Selimut kembali bertengger anteng mengukung tubuhnya. Cewek itu setengah sadar, tengah berada diantara dunia nyata dan mimpi. Dia berbalik menghadap kiri namun tidak lama di telentangkan kembali. Kali ini ada tangan besar yang menahannya.

Irene tidak tahan. Kali ini matanya benar-benar terbuka. Cewek itu 100% sadar. Ada satu guling sebagai pembatas diletakkan ditengah. Tapi tetap saja, dia terbiasa tidur sendirian dengan bebas dan lepas. Cewek itu melirik disisi kanan. Wajah berantakan Yuu tampak begitu dekat. Jantungnya terus berdegub tidak normal. Ini benar-benar gawat untuk kesehatan.

Irene tetap sesekali melirik. Dia tidak bisa tidur sepenuhnuya seperti yang cowok itu lakukan sekarang. Yuu tidur mengenakan kaos lengan panjang dan juga celana trainingnya. Rambut depannya sesekali menjuntai menutupi sebagian matanya. Irene bisa dengan jelas mendengar dengkuran halus yang keluar dari mulut setengah terbuka cowok itu.

Situasi awkward semacam ini benar-benar yang pertama kali bagi Irene. Mereka dua orang asing yang beberapa minggu ini telah bersama. Keluar kemanapun selalu bersama. Bahkan, saat ini mereka tidur disatu ranjang yang sama. Kalau dipikir-pikir Yuu telah melakukan pelecehan tingkat kuadrat. Dan setelah dipikir lagi, meski terkesan memonopoli Irene untuk dirinya sendiri, Yuu tidak pernah melakukan hal macam-macam tanpa seizin cewek itu.

"Gue gak tahan lagi disini." Irene pelan-pelan menjauhkan tangan Yuu yang menahan perutnya. Cowok itu sepertinya sudah terlelap jadi tidak masalah jika Irene pergi saat ini.

"Jangan pergi." Irene berjingkat. Tepat sebelum kedua kakinya menapak lantai, tangan Yuu lebih dulu menahan perut Irene, lalu menariknya membuat cewek itu limbung kembali ke kasur.

Sialan.

"Jangan pergi atau gue iket tangan sama kaki lo." cowok itu membuka matanya. Mengerjap lama lalu mengucapkan sesuatu yang begitu mengerikan dengan santainya.

Dia benar-benar seorang monster.

"Gue mau pulang." Irene memohon.

"Hm." cowok itu tidak mempedulikan. Tangannya tetap merengkuh tubuh Irene. Membawanya agar semakin mendekat.

"Gue pengen pulang, Yuu." suara Irene nyaris berbisik tapi cowok itu bisa mendengarnya jelas.

Kali ini Yuu tidak menjawab.

"YUU! Pulangin gue." Irene membentak. Terlalu kesal dengan perilaku semena-mena Yuu. Untuk ukuran orang asing yang baru mengenalnya beberapa minggu ini, Yuu bertindak berlebihan. Cowok itu melebihi batas kurang ajar.

"Sorry tapi gue pulang aja." Irene menyesal telah berkunjung. Cewek itu beringsut tepat setelah cowok itu melonggarkan dekapannya.

Irene memakai kaos kakinya.

"Jadi lo mau pulang dan ninggalin gue yang lagi sakit sendirian."

Tidak ada jawaban. Irene tetap fokus pada sepatunya.

"Lo bakal pergi?"

Hening.

Irene berdiri. Tapi belum sempat melangkah tangannya ditarik lagi. Cewek itu terbanting kebelakang. Tangannya dicekal kuat oleh Yuu. Hendak meronta tapi cengkeraman kuat di pergelangan tangannya semakin tidak berperasaan. Irene meringis menahan ngilu.

Sejak awal dia sudah sangat membenci cowok didepannya. Dan tidak akan berubah sampai kapanpun juga.

Biadab.

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now