32. Malam Bersama

81 19 9
                                    

Dingin.

Udara dingin menyusup manja, menyebar cepat menjelajahi setiap epidermis kulit yang tak tertutup kain.

Pemandangan seorang cewek yang sedang tidur miring sedikit meringkuk sedikit mengganggu manusia lain diruang yang sama. Dengkuran halus yang diiringi deru napas teratur menjadi melodi pengiring mimpi indahnya.

Sosok itu masih ditempat yang sama. Lima meter jauhnya dari sang empu yang sedang nyenyak bermain dengan para peri mimpi. Tangannya masih sibuk membalut lengan besar yang menampakkan luka dengan darah segar.

Yuu menoleh. Cowok itu tertegun sebentar kala mendengar suara ngelindur kekasihnya. Pelan-pelan lengkungan timbul dari dua sudut bibir. Yuu mendekat.

Cowok itu menurunkan selimut lalu memutuskan untuk bergabung -bergulung disatu ranjang yang sama dengan sang pacar. Manik hitam legamnya menatap lekat wajah tentram Irene. Mulut yang setengah terbuka dengan bibir warna pink pucat itu kembali membuatnya tertarik. Yuu mendekatkan wajahnya. Begitu dekat nyaris tanpa jarak. Dia pandang lekat-lekat setiap garis halus bibir kenyal milik Irene.

Yuu tidak bisa berkata-kata.

Nyatanya biasa saja.

Cowok itu memundurkan wajahnya. Dia berpikir sejenak lalu menggeleng pelan. Kali ini fokus teralihkan oleh rambut tak beraturan sang pacar. Yuu usil memainkan beberapa rambut depan Irene yang menghalau mata. Cowok itu kembali mengamati. Dia pilin pelan setiap helai, dia ambil sebagian yang lain, lalu dia satukan. Dia ulang sampai beberapa kali.

Aktivitasnya terhenti. Yuu melepaskan rambut Irene.

Teksturnya kasar dan kering dengan bau yang sedikit menyengat.

Yuu menjauhkan wajahnya lagi. Dia menggeleng lagi dan lagi. Masih tidak habis pikir. Dalam benaknya terus terbesit pertanyaan "berapa lama lo dikurung sampai jadi udik?"

Kali ini Yuu tertarik dengan lemak berlebih di bagian pipi kanan dan kiri. Yuu menyentuhnya, menoel bergantian dengan ritme yang sangat pelan. Kenyal. Cowok itu sejenak memiliki niat untuk menggigit tapi urung dia lakukan mengingat kondisi cewek itu yang masih kelelahan. Yuu tidak sejahat itu kepada pacar sendiri.

Yuu memundurkan wajahnya lagi. Cowok itu beringsut bangkit dari kasur. Di langkah pertama Yuu menoleh kepada Irene, memastikan apakah cewek itu bangun atau masih teridur. Aman. Irene masih mendengkur.

Yuu melanjutkan langkah. Di langkah ketiga cowok itu kembali menoleh, takut jika langkah kaki besarnya menginterupsi sang pacar. Masih aman. Irene tampak tidak terganggu.

Yuu semakin memantapkan hati. Irene kalau tidur nyaris tidak ada bedanya dengan orang mati. Cowok itu semakin yakin. Merasa tenang Yuu kembali berjalan. Di langkah ke tujuh...

"SERAAAAAANG!!!"

"YUU GOBLOK! MANUSIA GAK PUNYA OTAK! UDANG REBUS!"

Irene terperanjat. Dalam mimpinya dia sedang bermain dengan para domba, tapi baru berniat menangkap salah satunya, seekor serigala berlari kencang dan menggigitnya. Setelah sadar dia tahu bahwa hal itu memang nyata.

"Biarin gue gigit pipi lo!" Yuu memohon, kedua tangan nya mengapit wajah berantakan Irene.

"Gak mau!" Irene menolak. Cewek itu berusaha mundur sambil terus melepaskan cengkeraman jari besar Yuu yang masih tidak membiarkannya menjauh.

"Satu kali gigit setara dengan satu kopiko." Yuu tidak menyerah.

"Bodoamat." Irene semakin geram. Kenapa dia bisa jatuh cinta dengan manusia se-absurd Yuu?

"Jangan nolak atau gue paksa." Yuu ikut tersulut.

"Lo udah lakuin." Irene berusaha menendang perut sang pacar, tapi Yuu berkali-kali berhasil menghindar.

My Beloved Monster (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang