1. Monster Itu Bernama Yuu

1.3K 75 7
                                    


Kehidupan seorang remaja seharusnya menyenangkan dan dipenuhi kenangan. Tapi tidak bagi seorang Irene Arlandria. Semenjak ayahnya meninggal, ibunya jadi lebih pemarah. Mereka hanya tinggal berdua. Kehidupan yang semakin susah lambat laun terus menghampiri. Hutang menumpuk sana-sini. Semenjak itu, Adelia -ibu Irene memutuskan untuk sepenuhnya bekerja.

Menjadi warga berpenghasilan satu milyar per tahun adalah mimpi dari Irene. Untuk itu, cewek itu tidak henti-hentinya belajar. Menjadi kutu buku serta egois. Dia tidak memiliki teman dan tidak berniat untuk menjalin hubungan semacamnya. Baginya -manusia itu merepotkan. Jika sendirian dia akan baik-baik saja, maka sudah sewajarnya dia tidak membutuhkan orang lain. Bermain dan mengobrol bersama itu terlalu membuang-buang waktu.

Saat ini cewek yang dijuluki dry ice itu menjadi salah satu mahasiswa di kampus swasta ternama di Indonesia. Tentu saja karena nilai-nilainya selalu sempurna. Dia dibenci karena sikap tidak pedulinya. Dia digunjingkan karena mulut pedasnya. Bahkan dia dijauhi karena dianggap tidak lagi memiliki simpati. Tidak masalah. Sejak awal memang begini caranya menjalani hidup. Sampai-

"Bapak minta tolong karena gak ada lagi yang berani. Meski bukan bagian dari BEM kampus, tapi kamu jadi salah satu orang berpengaruh di kampus ini. Jadi-"

"Saya menolak."

"Ah. To... Tolong jangan terlalu cepat memutuskan. Lagipula kalau dia tidak segera masuk, maka namanya akan fix dihapus dari daftar mahasiswa kampus ini."

"Itu bukan urusan saya. Lagipula kalau benar bapak bagian konseling yang baik, seharusnya bapak yang pergi." cewek itu berdiri tegap. Menatap horor sekalipun sedang berbicara dengan dosennya. "pantas saja kampus ini sering menerima predikat buruk dari pengunjung ditiap festival yang diadakan. Para akademisinya saja tidak bertanggung jawab."

"Mulutmu benar-benar kejam seperti biasanya." Dosen yang diketahui bernama Subroto itu menghela napas panjang. "padahal kalau mau, bapak akan mendaftarkanmu dalam perlombangan matematika tingkat nasional."

"Akan saya antarkan setelah mata kuliah hari ini berakhir."

Cepatnya.

Untuk sesaat ekspresi wajah Dosen itu campur aduk lalu berangsur lega. Sebenarnya ada alasan tertentu kenapa bukan dirinya sendiri yang mengantarkan Surat Peringatan (SP), kepada salah satu mahasiswanya. Tentu saja itu semua karena rumor yang beredar.

Pulang kuliah Irene menepati janjinya. Berhenti disalah satu gang terpencil, disudut kota. Dari seberang jalan Irene mengamati. Rumah susun yang berada didepannya. Lantai tujuh dengan nomor delapan belas menjadi tujuannya.

Kenapa harus sampai sejauh ini?

Irene sampai. Dia mematung didepan pintu, mengumpulkan keberanian lalu mengetuk pintu itu lama. Tidak ada jawaban. Cewek itu memutuskan untuk membuka sendiri.

"Permisi."

Bugh.

Terkesiap. Apa yang baru saja terjadi? Takut-takut dia menoleh kebelakang. Disana sudah ada satu orang yang terlempar. Punggungnya menghantam pembatas balkon saat terlempar tadi. Sudut bibirnya berdarah, parah.

Irene berbalik lagi. Tubuhnya gemetar. Didalam sana jauh lebih parah. Dia melihat dengan mata kepalanya orang-orang saling berkelahi. Memukul dan menendang tanpa ampun. Darah berceceran mengotori lantai. Satu-satunya orang yang masih berdiri menoleh. Cowok. Dia berjalan mendekat.

"Lo,"

"S... Saya gak liat apapun. Saya disini cuma mau nganterin SP dari Bagian Akademisi. Ka... Katanya, kalo terus bolos bakal dikeluarin." Irene tergagap. Keringat dingin mendadak membasahi punggungnya. Cewek itu takut luar biasa. "ini, saya juga bawain daftar portofolio sama makalah yang harus kamu kerjain. Permisi."

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now