12. Sisi Rapuh Yuu

223 41 0
                                    

Malam hari. Ruangan yang tidak terlalu besar semakin temaram. Bising suara kipas angin menemani Yuu yang mulai sulit memejamkan mata.

Malam ini dia sendirian. Irene menolak keras bahkan tidak membiarkan Yuu masuk rumah cewek itu. Irene terlihat sangat murka untuk alasan yang tidak Yuu pahami. Cowok itu bisa saja masuk secara paksa kedalam rumah Irene, tapi sepertinya itu bukanlah ide bagus yang berakhir hanya akan membuat Irene semakin menggelapkan mata tentang dirinya.

Yuu menarik napas dalam lalu menghembuskannya berat. Karena sendirian dan dengan suhu ruangan yang teramat panas, dia berbaring dengan bertelanjang dada. Iris gelapnya tidak berhenti berkeliaran mengekori cahaya bulan yang malu-malu menyusup -masuk kedalam jendela.

Sepi. Saking sunyinya Yuu merasa bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

Bahkan suara berisik kipas tidak bisa mematikan kesendiriannya.

Sejak kapan dia seperti ini?

Seharusnya Yuu terbiasa karena selalu sendirian.

Cowok itu menghadap kiri. Tangannya menepuk-nepuk sisi yang biasanya diisi Irene. Kosong. Cewek itu benar-benar tidak berada disisinya saat ini. Tapi entah kenapa Yuu masih bisa merasakan kehadirannya.

Wangi.

Yuu mulai mengendus seprei dan selimut. Menghirupnya kuat untuk merasakan aroma yang ditinggalkan cewek itu. Kalau saja Irene ada disini, pasti dia hanya akan semakin memandang rendahan Yuu yang seperti ini. Yah, bisa dibilang Yuu yang seperti sekarang sepintas mirip maniak mesum yang sering melakukan pencabulan secara acak.

Mengerikan.

Tapi sepertinya sedikit banyak cowok itu memang memiliki aura mengerikan serupa.

Yuu tertawa hambar. Cowok itu mulai merasa tidak waras. Dia mengingat-ingat saat pertama kali bertemu dengan Irene. Kalau dipikir lagi, mereka memang dipertemukan dengan cara yang tidak wajar. Dan sejak saat itu Yuu terus menjadikannya alasan untuk mengancam dan tidak membiarkan Irene pergi.

Dia itu, miliknya.

Keputusan mutlak yang diambil Yuu secara sepihak jelas membenani Irene. Tapi Yuu tidak peduli. Cowok itu tidak akan memberi kesempatan Irene untuk lari. Yuu akan menyingkirkan semua hal yang berpotensi untuk memisahkannya dengan Irene.

Bahkan, jika pendidikan membuat Irene menomor duakannya, Yuu tidak akan segan membuat cewek itu di DO.

Yuu akan melakukan segala cara agar Irene-nya selamanya tunduk padanya. Setidaknya dia akan terus bersikap demikian sampai benih-benih cinta juga tumbuh di hati Irene. Meskipun cara yang dia lakukan dianggap tidak benar.

Yuu hanya ingin melindungi Irene, selamanya.

Dia ingin dibiarkan hidup bersama dengan orang yang dia cintai.

Yuu hanya ingin dibiarkan bahagia, walau sekali saja.

Tut... Tut... Tut...

Dering ponsel membuyarkan lamunan Yuu. Cowok itu malas-malasan meraih benda pipih yang sejak tadi berada tepat dibawah -dia tindih dengan kepala. Kening cowok itu berkerut saat melihat nomor yang tidak dia kenal. Siapa?

"Halo. Disini agen pembunuhan massal dengan saya bernama Yuzuru." Yuu menjawab tidak minat. Tapi cowok itu tidak bisa tidur, jadi, tidak ada salahnya bukan kalau sedikit mencari kesibukan lain.

"Yuu. Ini gue." cowok itu dengan cepat mengakhiri panggilan. Dia tahu benar siapa pemilik suara berat yang tidak kalah berat dengan suaranya.

"Berengsek." Yuu melemparkan ponsel ke sofa.

My Beloved Monster (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang