11. Pernyataan Cinta

214 38 0
                                    

Sore hari. Semburat kemerahan semakin lenyap digantikan kegelapan. Langit berawan yang beberapa waktu lalu masih terlihat biru, kini berangsur menjadi orange. Keramaiam kampus menjadi sepi menyisakan segelintir orang.

Irene menghembuskan napas berat. Cewek itu melepaskan cardi tebalnya, kini dia hanya memakai singlet tipis dengan rok pendek selutut bergaris. Melihat dari balkon lantai teratas.

Dibawahnya ada klub luar ruangan yang tampak antusias mengumpan serta melempar bola. Tawa mereka terdengar begitu keras juga riang. Irene menatap datar. Dia sesekali ingin mencoba melakukan olahraga seperti yang lainnya, tapi karena suatu alasan dia tidak bisa.

Irene tidak sesehat seperti kebanyakan orang. Melompat dan berlari dengan bebas. Cewek itu sejak kecil memiliki asma. Terlalu banyak menforsis tenaga, Irene akan kesulitan bernapas.

Irene menggelosor duduk. Merogoh sesuatu dari dalam tasnya lalu menyesapnya kuat-kuat. Lagi, napasnya memburu.

Cewek itu menunduk dalam. Tidak ada yang tahu soal ini kecuali orang tuanya. Irene juga tidak berminat untuk menunjukkan sisi lemah dan seolah ingin dikasihani.

Fuu*

Irene terjingkat. Roknya nyaris terangkat. Setiap Yuu datang, Irene merasa cukup berolahraga. Spot jantung salah satunya. Cowok itu tiba-tiba saja muncul entah darimana dan langsung meniup pelan telinga Irene.

Eksitensinya itu sudah tidak ada bedanya dengan hantu.

"Ngapain lo disini?" Yuu ikut berjongkok.

"Bukan urusan lo." Irene menjawab ketus. Cewek itu tidak berniat untuk menatap wajah bahkan sampai bertemu pandang dengan iris segelap jelaga. Dia selalu nyaris gila setiap mengingat insiden memalukan yang terjadi di kantin dua hari lalu.

Insiden suap.

Membayangkan saja Irene sudah merinding duluan.

"Apa ini?" Yuu merebut sesuatu yang Irene coba sembunyikan dibalik punggung.

"Yuu. Balikin buruan!" cewek itu sedikit merangkak saat Yuu mundur menjauh. Tangannya belingsatan mencoba meraih yang seharusnya jadi miliknya. "lo makin lama makin ngeselin."

Yuu tidak peduli. Cowok itu justru melemparkannya hingga jatuh kebawah.

Dia itu, iblis.

"YUU!" Irene mendelik tidak terima. Napasnya terengah-engah. Dadanya mendadak sakit.

"Apa masalah lo, hah? Kenapa lo terus gangguin gue? Sejak awal kita gak saling kenal dan sekarang seharusnya tetap gitu. Mulai sekarang jangan pernah gangguin gue lagi. Bego!" Irene berlari menuju tangga. Cewek itu melupakan tas, hp bahkan membiarkan bahu yang bisa membuat cowok manapun menatapnya lapar, tetap dia biarkan terbuka.

Baru kali ini Irene sampai semurka ini. Padahal biasanya, dihina, ditoyor, diinjak, ditendang dan banyak di di di lainnya, dia tidak sampai pergi seperti tadi. Harus jadi semasokis apalagi dia hingga betah bertahan dengan cowok sadistik semacam Yuu, yang kalau melenceng sedikit saja bisa merubahnya menjadi psikopat.

Tapi yang barusan memang keterlaluan.

"Cewek bego. Lo mau pergi dengan penampilan begitu? Cari mati, emang" Yuu menyusul dengan membawa barang tertinggal Irene. Tanpa perlu berlari, cowok itu pasti bisa menyusul Irene. Maklum saja langkah kaki panjangnya seolah mampu membelah angin.

Irene masih berlarian sambil terus memegangi dadanya yang sesak. Luar biasa sesak seolah dia akan mati saat itu juga. Semakin lama bersama Yuu, semakin sadar Irene bahwa cowok itu tidak pernah berubah. Sikapnya brutal, perlakuannya kasar, bahkan Yuu seolah tidak pernah menghargai Irene sebagai lawan jenis.

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now