57. Extra : Akhir Bahagia

68 9 1
                                    

"Nih!" Yuu menyerahkan sepotong roti. Cowok itu melingkarkan tangannya di leher sang pacar.

"Makasih."

"Masama, Pacar." Irene terkikik. Tidak menyangka setelah banyak masalah yang menimpanya, Yuu masih ada disisinya. Selain itu sikapnya juga lebih hangat dan romantis.

"Sejak kapan lo jadi romantis gini?"

"Jadi lo lebih suka gue kasarin. Lo beneran masokis? Gue seneng sih yaudah ayo kita ke kamar sekarang juga."

Bugh.

Yuu mengaduh.

Candaan vulgarnya tidak pernah berubah.

Yuu mencomot donat di dalam kardus. Dia berdecih, merasa kesal karena permintaannya selalu ditertawakan dan dianggap sebagai candaan. Padahal Yuu selalu bersungguh-sungguh.

"Lo yakin kita gak perlu nikah aja? Kalo nikah gue bisa 1000% lindungin lo. Gue bisa buatin sarapan, makan siang dan makan malam tiap hari. Kalo nikah juga kita bisa mesra-mesraan tiap jam." Yuu berjongkok. Menggenggam dua telapak tangan dingin milik sang kekasih.

Irene tersenyum hangat. Senyuman tulus yang selalu Yuu sukai. Yuu bersyukur Irene telah kembali pada sifat cerianya jika bersamanya. Dia memang sosok suram dan hitam saat pertama kali mereka kenal, tapi sejauh ini bersama. Yuu tahu Irene murung hanya karena kurang perhatian. Terlalu banyak tuntutan yang ditangguhkan di dua pundak kecilnya. Memaksanya berjalan maju sekalipun batinnya menjerit ingin berhenti.

Dia tidak diizinkan istirahat. Bahkan saat kondisi terlemahnya. Dia terus dipaksa bertahan walau retakan kian menyebar pada fondasi hatinya.

"Terus apa bedanya sama sekarang? Kita selalu romantis tiap hari. Lo juga selalu jadi pacar rumah tangga yang baik. Gak ada bedanya kan?" Irene menyangkal.

"ADA!" Yuu beringsut bangkit. Raut tenangnya mengeras sesaat. "Gue gak bisa ngapa-ngapain lo."

Irene terkekeh lagi. Yuu selalu seperti ini. Sifat jujurnya membuat Irene kian mencintainya. Dia orang baik. Dia monster pelindungnya.

"Sabar, Yuu. Kita harus selesain skripsi dulu. Lo juga harus cari kerja biar bisa ngidupin anak-anak kita kelak." Irene ikut berdiri. Kedua tangan kecilnya menangkup dua pipi Yuu yang tampak memerah.

"Gue cukup kaya. Gue percaya diri bisa ngidupin kalian dengan layak." Yuu membuang muka. Dia kesal karena Irene yang selalu menolak ajakan menikahnya.

"Gue gak mau cuma jadi beban buat lo. Selama ini lo udah cukup menderita karena belain gue. Gue gak mau jadi semakin gak guna kalo kita buru-buru." Irene berjalan menjauh. Mendekat pada pagar. Di depannya berjajar bunga krisan warna putih dan kuning yang dulu sangat di sayangi Adelia.

Yuu mengikuti hal serupa. Sorot matanya tertunduk, menatap bunga-bunga indah yang baru mekar pagi ini. Cowok itu menarik lagi tangan Irene. Membawanya pada dadanya sendiri.

"Bagi gue lo gak pernah jadi beban. Justru gue yang harus minta maaf. Karena gue lo ngalamin banyak hal buruk. Lo-" genggamannya bergetar. "Gak seharusnya kenal gue. Maaf karena selalu jadi masalah di hidup lo."

"Awalnya gue pasti langsung ngutuk lo. Tapi sekarang gue ngerti kenapa Tuhan kirim lo. Makasih karena udah ngancurin hidup gue."

Mereka tertawa bersama.

Yuu merasa ini bukanlah sebuah akhir. Dia belum cukup merasa bahagia hanya dengan statusnya saat ini. Masih banyak hal yang harus Yuu lakukan.

Di seberang jalan ada sekumpulan anak-anak yang asik berlari mulai berhenti. Mereka mendekat pada Irene dan Yuu, men-cie-cie-kan mereka membuat Irene kian bersemu. Sementara Yuu berbeda. Cowok itu membusungkan dada, merasa senang karena berhasil menarik perhatian publik dengan kemesraannya.

Yuu menarik kepala Irene, berniat untuk menciumnya singkat. Sayangnya si empu justru menarik kepalanya mundur sambil memegang kepala Yuu dan mendorongnya menjauh. Di mata anak-anak yang mulai hening, mereka menganggap ini tidak ada bedanya dengan pertengkaran mereka setiap hari.

"Biarin gue cium lo biar kita kelihatan kayak true love." Yuu meminta. Cowok itu bahkan sudah mengapit kepala Irene.

"Gue gak mau kelihatan buruk di depan anak-anak." Irene tercekik. Cewek itu memukuli perut Yuu berkali-kali.

"Kalian berantem?" Salah satu anak dengan kepalanya yang botak ikut terlibat. Mendekat untuk melerai pertikaian orang dewasa.

Kaki Yuu terulur. Menjauhkan juga menghadang anak lainnya agar tidak ikut-ikutan.

"Jangan berantem, Om." Anak dengan kuncir kuda mulai berteriak parau.

Suasana semakin riuh.

"Kenapa kalian berantem padahal tadi kelihatan deket."

Kedua manik beda warna saling menumbuk. Yuu tersenyum lebar, sementara Irene menggeleng tidak habis pikir. Dan di detik selanjutnya mereka menjawab serentak.

"Ini namanya- cinta."

THE END
20 Maret 2022

***
BACA JUGA HER SWEET DEVIL YANG NYERITAIN KEHIDUPAN FAREL SETELAH KEJAHATAN YANG UDAH DIA PERBUAT. CERITANYA TENTU AJA GAK AKAN KALAH SERU.

Makasih buat yang selalu sabar nungguin cerita ini.

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI BIAR BANYAK YANG TAHU.

Salam kecup dari penulis 😘

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now