7. Kau Adalah Hiburan Bagiku

339 44 2
                                    


Irene merasakan darahnya mengalir semakin panas. Wajahnya memerah padam. Jantungnya tidak kunjung berdetak normal.

"Kau adalah milikku. Darahmu, jantungmu, tubuhmu, jiwamu, segalanya." Irene menelan ludah susah payah. Yuu berada tepat diatasnya. Hembusan napas berat bisa dia rasakan menyapu wajah kusut -lelahnya."jangan melawanku. Jangan memikirkan orang lain selain diriku."

Situasi awkward macam apa ini?

"CUT?!"

Yuu bangkit berdiri. Tangannya terulur membantu Irene agar melakukan hal demikian. Sudah satu jam mereka melakukan percobaan tapi selalu gagal karena wajah tegang Irene yang tidak bisa dirilekskan.

"Ah, lo payah. Harus sampe berapa kali kita ngulang?" Yuu mengeluh. Menurutnya, Irene benar-benar payah hanya karena terlalu dekat dengannya. Padahal, cewek itu sering melakukan kedekatan lebih dari ini. Tidur bareng misalnya. Hanya tidur.

"M ...mana bisa gue setenang itu. Lagipula kenapa gue harus ikut project club drama. Ditambah plotnya terlalu berlebihan. Unsur mature-nya terlalu berlebihan. Dan lo ngapain disini?" Irene menyanggah. Tubuhnya masih gemetar.

"Mana ada yang begini dibilang over mature. Adegan kita yang biasanya lebih hot." pupil mata Irene melebar saat cowok itu dengan entengnya mengatakan hal memalukan yang jelas tidak pernah Irene lakukan.

"Apa maksudnya adegan hot kita?" Irene bersungut-sungut.

"Entahlah."

Orang disekitar mereka terkejut, beberapa terpana. Saling berbisik dan mulai menggosipkan hal-hal enteng yang akan mereka sebar secara berlebihan. Irene sudah bisa menduga. Cewek itu menghela napas berat.

Tadi pagi saat baru sampai dikampus, Irene dimintai hadir ke ruang club drama. Mereka berniat meminta saran membangun kepada cewek itu. Tapi karena suatu alasan, mereka justru kesulitan menemukan pemain inti yang pas. Tidak ada satupun kriteria memenuhi yang mereka dapatkan dari para anggotanya.

Irene mengiyakan. Tidak menyangka kalau hal tersebut justru memaksanya melakukan hal memalukan seperti sekarang, dan yang lebih parah dia digandengkan dengan orang yang paling merepotkan.

Hanya karena melihat keakraban Irene dan Yuu, mereka akhirnya dicalonkan.

"Woi lo mau kemana?" Yuu berusaha menyusul Irene yang tanpa dia sadari sudah jauh berada didepannya.

"Pulang. Lagian hari ini kita kosong." Irene menjawab tanpa menoleh. Dia tau Yuu pasti bisa dengan cepat mengejarnya, oleh karena itu dia harus sampai di halte bus terlebih dahulu.

Mereka sampai. Irene memilih duduk dan membaca note kecilnya sementara Yuu yang duduk disampingnya dengan menjadikan pundak Irene sebagai sandaran. Irene tidak mengeluh. Dia lebih memilih diam daripada harus beradu mulut ditempat terbuka.

Bus tiba. Irene berdiri refleks membuat kepala Yuu terantuk bangku. Cowok itu hanya mengaduh lalu menyerapah yang sama sekali tidak dihiraukan. Saat ada seorang cowok lain yang menyalipnya kedalam bus, Yuu menarik kerah cowok itu, lalu melemparkannya kesamping.

Cowok itu mendelik tidak terima.

"Jangan nempel-nempel sama bini gue." Yuu memperingatkan.

Orang yang menjadi korban nyaris membentak tapi dia urungkan saat melihat sosok yang ada didepannya mirip berandalan dengan otot-otot tangan yang nampak ketat dari balik kemeja pendeknya. Dia tertunduk dan memilih mundur.

Irene bisa mendengar dengan jelas ancaman Yuu tapi memilih mengabaikan. Siang ini penumpang bus ramai sekali. Tidak ada tempat duduk sama sekali. Yuu melihat dari punggung belakang Irene. Dia maju lalu melemparkan tasnya kepada mahasiswa lain yang duduk tepat didepannya. "minggat lo." Setelahnya Yuu menarik lengan Irene -menyuruhnya agar duduk dibangku hasil rampasannya.

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now