27. Masih Disini, Tidak Akan Pergi

113 24 6
                                    

Pelan-pelan Yuu mengerjap. Cowok itu merasakan berat seolah menekan kepalanya. Tidak hanya itu, dia juga merasakan atmosfer panas mengukungnya. Hidungnya pun terasa tersumbat.

Cowok itu sakit.

Yuu berdecak. Merutuki demam yang harus menyerangnya tanpa izin begini. Padahal biasanya badan Yuu luar biasa badak tidak peduli dengan perubahan cuaca se-ekstrem apapun. Apa iya dia sudah selemah ini sekarang?

Hendak beringsut Yuu merasakan hangat. Cowok itu menoleh, tersenyum lega saat tahu Irene sudah disisinya tidak sekalipun melepaskan tautan jemari mereka. Irene tertidur. Mungkin lelah karena harus menunggui Yuu.

Tangan cowok itu terulur mengelus lembut rambut sebahu Irene yang dia rasakan tidak sedikitpun berubah. Tidak dengan panjang ataupun warna. Giliran kali ini Yuu sedikit meneleng -berusaha mengintip wajah yang cewek itu sembunyikan dikedua lipatan tangannya. Hidungnya kecil, pipi yang terhimpit itu sedikit tumpah dengan rona merah muda cerah.

Yuu tidak merasakan adanya sedikitpun perubahan dari gadis itu. Bahkan, setelah diamati beberapa kali, lagi. Tinggi badan Irene tidak pernah melewati batas leher cowok itu. Sedikit banyak Yuu mulai khawatir. Apa cewek itu abadi?

Jika benar. Yuu merasa sungguh kasihan melihat Irene yang harus terjebak dalam tubuh manusia yang sama sekali tidak menguntungkan seperti sekarang.

"Aduh." Yuu terperanjat. Mendelik sebal menatap cewek yang sudah memasang tampang cemberut didepannya.

"Apa lo?" Cowok itu tidak terima. Baru bangun dari pingsannya dia sudah mendapatkan geplakan di kepalanya. Untuk urusan begini Irene luar biasa tidak romantis.

Dalam hati Yuu terus berdecih.

"Lo yang apa-apaan? Gue pikir lo tadi mati." Irene tidak membual. Cewek itu memang kelewat panik beberapa waktu lalu. Pasalnya sangat jarang cowok itu jatuh pingsan.

"Gue kenapa?" Yuu menyibak selimut yang menutupi setengah tubuhnya. Mereka saat ini berada di UKS kampus. Berjalan pelan sambil mencari sandaran.

"Lo anemia." Cowok itu mengangguk-angguk mengerti.

Yuu berhenti tepat didepan cermin. Tetap bergeming sambil mematut dirinya sendiri. Mencermati pantulan dirinya dari atas hingga bawah. Kulitnya serupa mayat hidup, pucat pasi. Cowok itu berjalan semakin mendekat ke cermin. Tangannya terulur meraba bagian bawah matanya pada benda bidang itu. Ada lingkaran hitam yang terlihat cukup jelas.

Apa dia tidur cukup akhir-akhir ini?

"Yuu?" Suara Irene mengalihkan atensi cowok itu. Yuu berbalik. Wajahnya jauh lebih rileks daripada beberapa jam yang lalu. Yuu yang sekarang lebih penurut dan lebih mudah dikenali. Meski begitu Irene merasa harus tetap berhati-hati setiap kali mereka berinteraksi.

Tidak ada yang tahu bagaimana sesungguhnya suasana hati makhluk ber gender laki-laki yang kini mengulas senyuman tenang.

Tidak satupun yang bisa menebak sekacau atau setenang apa isi kepala cowok itu.

Yuu benar-benar orang yang tidak mampu Irene prediksi dan atasi.

Dia menjadi sosok yang ingin cewek itu lindungi senyumannya dan Irene coba singkirkan kegelapan hatinya.

Brukk!!!

Apa?

Siapa?

"Yuu, gue seneng banget lo baik-baik aja?"

Terkesiap. Yuu nyaris membanting sosok yang mendekapnya dari belakang. Sedetik setelah cowok itu melihat visualnya dari balik cermin, Yuu berubah pikiran. Cowok itu mendorong jauh cewek berambut ikal panjang sampai punggungnya menabrak pembatas dinding.

My Beloved Monster (TAMAT)Where stories live. Discover now