BAB 32 - Cinta Pertama

Start from the beginning
                                    

Di salah satu foto, terdapat beberapa foto anak perempuan random. Dari beberapa kelas. Beberapa dari mereka tidak asing bagi Vanya. Namun, ada satu yang membuat Vanya cukup terheran. Yakni seorang gadis manis yang terlihat asing. Siapa dia? Vanya tidak pernah melihatnya sebelumnya.

Vanya-pun kembali memeriksa foto-foto itu. Ternyata tidak hanya satu dua foto gadis itu. Namun ada banyak sekali. Hisao memotretnya di mana saja. Di taman, di ruang kelas, di lapangan, di kantin, di lorong. Sepertinya, Hisao telah membuntuti gadis manis itu.

Vanya langsung menyangka kalau Hisao menyukai gadis manis itu. Dia langsung tertawa kecil. Temannya itu kini sudah mulai jatuh hati.

Vanya-pun menyimpan foto-foto gadis itu dan memisahkannya dari yang lain. Suatu-waktu, jika gadis itu menjadi pacar orang lain, maka Vanya akan langsung mengatakan bahwa selama ini Hisao menyukainya dan menunjukkan foto-foto itu supaya gadis itu tahu kalau Hisao menaruh perhatian yang lebih padanya.

~~~

Keesokan harinya, mereka berdua kembali bersekolah seperti biasa.

Vanya langsung duduk di samping Hisao yang tengah membaca buku paket matematika-nya.

"Mirai Kanae---kelas 4-3 'kan?" Vanya meletakkan tasnya ke dalam laci.

"Hah? Apa?" Hisao menatap Vanya sambil memasang ekspresi kebingungan.

"Kau menyukainya. Tunggu." Vanya merogoh saku jaketnya. Dia mengeluarkan beberapa lembar foto yang dia temukan tadi malam.

Tanpa basa-basi, Hisao meraih foto-foto tersebut dari genggaman Vanya. Indra pengelihatannya langsung terfokus pada foto-foto itu tanpa teralihkan sedikit-pun.

"Bukan. Maksudku, aku tak menyukainya." Hisao masih terpaku pada foto tersebut. "Aku nggak yakin sih, hanya saja aku tahu sebuah fakta."

"Apa?" tanya Vanya.

"Dia adalah kakak kandung dari adik angkatku. Kau tahu, aku yakin betul kalau dia anaknya Bibi Rima. Jadi, rencananya aku ingin menunjukkan foto ini pada Mama." Hisao meraih lembaran-lembaran foto itu dari tangan Vanya.

Tidak lama setelah percakapan-percakapan kecil itu, seorang anak laki-laki dengan tubuh tinggi dan tegap masuk ke dalam kelas. Dia mengenakan badge kelas enam. Anak itu terlihat dingin dan pendiam meskipun pada kenyataannya dia hanya ingin bersikap seperti orang dewasa.

Anak laki-laki itu duduk di depan Vanya dan Hisao lalu menatap mereka berdua dengan tajam.

"Ka-kak, Franz? Kau kenapa?" Vanya tersenyum simpul dengan pandangan yang teralihkan pada Franz. Sama seperti biasanya, dia merasa takut pada Franz atau lebih tepatnya dia ingin menghormati Franz seperti apa yang selalu ibunya katakan.

Franz menghela nafas dalam-dalam. "Kau bisa menulis surat cinta?"

"Apa!?" Vanya dan Hisao bertanya secara serentak.

"Kupikir belakangan ini Kenny telah jatuh cinta pada seorang gadis." Franz menyeringai. "Dan dia selalu berambisi untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."

Hisao dan Vanya saling bertatapan.

"Yah, kau benar. Kenny, selalu didoktrin untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dan selalu merasa superior. Kupikir begitu." Hisao mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja.

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now