°•55

126 11 0
                                    

Breaking News!

"2 kilometer di udara dari tempat kejadian, kira-kira ratusan pesawat tempur, yang terdiri dari tiga ratus dari IOVD sisanya pesawat dari Yong-Yi airlines, merek pesawat nomor satu di dunia yang bandara miliknya telah berceceran darah atas tewasnya ratusan orang penting. Diduga karena kawanan vampir yang meneror kota! Kami di sini meliput agar setiap orang yang belum terkena bahaya untuk segera berkemas dan mendapatkan tumpangan bis nasional menuju bandara untuk mengungsi di negara XXX!"

Amerio tersenyum sekilas sembari memakan pop-corn kesukannya di depan televisi. Ia puas dengan keadaan saat ini. Sudah lama ia tidak suka menjadi orang miskin. Untuk apa ia bersusah payah mencari tabungan dengan nominal banyak kalau bisa dengan cara seperti ini. Yah, ia menyebutnya dengan keberuntungan terbesar. IOVD bahkan membayarnya 1 triliun untuk penangkapan raja vampir itu. Mereka telah lama menginginkan pemimpin penghisap darah tersebut, karena dengan melenyapkannya, akan mudah untuk melawan manusia-manusia yang telah diubahnya itu. Sejatinya, manusia-manusia itu tanpa diubah dan tanpa dipimpin hanyalah salah satu terlemah di muka bumi ini.

Prang!!

Kaca jendela hotel ekslusifnya pecah begitu saja karena satu orang berambut kece badai, bibir tipis, sangat mirip dengan temannya, saat ini sedang tersenyum sangat tampan. Bayangkan jika laki-laki saja bisa terpesona akan paduan gen dan kromosom orang tuanya, apalagi perempuan. Bisa pingsan dibuatnya kepayang. Tapi itu hanya sebentar, sebelum ia menyadari bahwa itu adalah saudara kembaran Ecrin yang sempat ditemuinya sebelum ia kabur dengan pesawat Boeing menuju negara sebelah. Wajahnya pucat pasi mengetahui mata cowok itu berwarna kuning kemerahan dan kukunya yang sangat panjang.

"Si-si-Siapa kau?!" Amerio tebata-bata sembari mundur ketakutan. Ellios tidak mengejarnya, melainkan terdiam sejenak untuk berevolusi menjadi manusia.

"Jangan takut, justru ayahku akan berterima kasih padamu karena telah memberi bantuan untuk membalaskan dendamnya. Kau akan melihat semua teman-temanmu mati sebentar lagi," ia tersenyum tampan, namun ketika ditelisik seseorang yang melihatnya bisa pingsan karena senyum itu adalah sengatan mengerikan.

"Ayah?" Amerio tidak paham.

Cklek!

Pintu kayu jati itu terbuka tiba-tiba menampilkan wajah cantik seorang wanita yang tersenyum begitu bahagia. Namun, raut wajahnya berubah ketika melihat Ellios. Saat hendak keluar berteriak meminta tolong pada satpam, Ellios 0,1 detik lebih cepat membekapnya kemudian menyeretnya mendekat untuk bersama putra kesayangannya.

"Ssst! Aku memang suka mendengar orang menjerit, tapi aku benci teriakan seorang pengadu!" Ucapannya seperti bisikan bagaikan semut rangrang yang menggigit seketika perut dan kaki Amira.

"Apa maumu?" Amira menatap Ellios setengah penuh selidik walaupun lebih dikuasai rasa takut yang begitu besar. Tentu saja ia tidak ingin mati sebelum menikmati kehidupan dengan uang-uang itu. Itu adalah lelucon tergila.

"Aku mau kalian membantuku."

°•°•°•°•°

"Gue muak dikejar-kejar! Menurut kalian aman gak biarin ayah di tengah-tegang pertempuran itu? Gue perlu cari bocah bangsat yang harus dibunuh itu!" Riska berjalan dengan kecepatan tidak terlalu tinggi. Ia santai sekali tidak memikirkan pesawat ini karena nyatanya mahkluk halus yang diutus adiknya bekerja dengan sangat baik. Ketika menyadari Ascher memang tidak bernyawa, Srintil sempat kecewa. Namun, karena ia terlanjur sayang pada adik Riska itu, ya sudah ia akan membantu apapun yang diinginkan oleh Ascher. Sebagai gantinya Ascher harus mencarikan darah murni untuknya saja. Itu perkara yang begitu mudah.

"Ya, kita harus mencari Amerio." Rita berkata setuju diikuti Jihan yang sudah sangat-sangat ingin mematahkan leher temannya itu.

"Tapi di mana, tidak mungkin kita berkeliling dunia hanya untuk mencarinya, tidak mungkin mengirim detektif manusia karena kita sedang bermusuhan!" Riska banyak mengeluh. Ascher menjetikkan jari.

"Jangan takut, jangan gusar dan jangan banyak bacot. Neng Srintil hadir dengan seribu keajaiban dunia ghoib. Jangan khawatir, ia akan menyelesaikan semuanya." Ascher berucap seperti Lupin.

Plak!

Jihan, Riska dan Rita memukul lengan Ascher tidak begitu keras secara bersamaan. "Bisa aja Lo monyet kesayangan kita!"

°•°•°•°•°•°

"Jangan tembaki rumah sakit!" Teriak dua pemimpin beda dunia itu dalam satu pesawat jet coaster kepada bawahannya.

"Baik kapten!"

"Kita harus mengangkut Christopher dan Carolina dulu!" Ucap Cornelius pada awak kabin kapalnya.

"Baik."

°•°•°•°•°

"Ecrin?" Farel tersenyum ketika temannya sudah siuman. Mata sayunya tergelinang cairan bening asin. Farel ikutan sedih karena aura gadis itu.

"Mama, papa, jangan cerai. Ellios, tadi kamu Dateng kan?" Tangisnya bertambah pilu. Gadis itu tidak bersuara saat menangis, hanya saja Farel tahu itu adalah tangisan hati terdalam. Ia pernah belajar alam bawah sadar dari buku psikologi dulu.

Farel kemudian menyentuh jemari Ecrin, ia menggegamna erat-erat. "Ecrin? Lihat ke sini, bangun pelan-pelan. Ada yang pengen aku lakukan untuk kamu." Farel dalam hati meminta maaf pada Rita untuk waktunya sedikit saja ke Ecrin.

Bola mata cokelat muda gadis itu mengarah pada Farel yang tengah tersenyum untuknya. Iris laki-laki itu dan tarikan bibir adam itu begitu memukau. Ecrin diam membisu masih mengeluarkan air matanya sendu. Farel membantunya untuk duduk kemudian memeluknya dengan erat.

"Ecrin, aku tahu kamu sangat bersedih, kamu memiliki luka sangat dalam yang tidak akan pernah kamu lupakan, kamu adalah gadis kuat, gadis baik dan gadis yang tidak kenal menyerah. Kamu bahkan menggunakan kemampuanmu dengan sangat baik sehingga di usiamu yang belia ini kamu menjadi gadis petarung nasib yang handal. Jadilah perempuan yang tetap sama, menangislah, keluarkan semua keresahan dan tenangkan dirimu..." Farel memeluk tidak terlalu erat, ia menyingkirkan selang infus dan oksigen ke belakang agar tidak menghalangi pelukannya.

"Farel..." Masih menangis, Ecrin berusaha bernapas karena ingusnya. Farel melepas selang itu kemudian membersihkannya dan mengelap hidung Ecrin lalu memasang regulator itu lagi.

"Ada apa?"

"Aku lapar..."

"Iya-iya, aku akan memberimu makan. Sekarang kau boleh terdiam dulu. Minum airnya ya.."

°•°•°•°•°

"Aku rasanya tidak ingin bertempur, tidakkah kau begitu?" Cathline mengelus tangan suaminya. Cornelius menunduk lesu. Ia berpikiran hal yang sama sesungguhnya. Ia tidak ingin membinasakan manusia dan sebenernya juga tidak ingin menjadi seperti ini.

"Awalnya aku ingin berdamai, tapi kita selalu tahu bahwa manusia tidak pernah bisa dipercaya. Mereka suka terlena dengan duniawi, mereka semena-mena dan selalu merasa benar atas ego mereka sendiri-sendiri. Saat ini salah satu dari mereka saja tengah mengadu domba kita."

"Yah, aku sedih sekali. Rasanya aku hanya ingin memusnahkan penelitian IOVD itu!"

"Jangan, Cornelius. Aku adalah salah satu pekerjanya, sebenernya IOVD tidak selalu membasmi vampir namun mereka hanya ingin menguak kematian-kematian tidak wajar dari segala jenis klan vampir. Mereka sedih sejenis kita telah merusak keluarga mereka. Padahal bukan klan kita, namun bisa saja klan vampir-vampir yang ingin hidup bebas tidak ingin terikat kerajaan, membuat mereka bertindak kejam terhadap manusia. Tidak semuanya salah manusia, mereka seperti ini karena kaum kita telah merusak kepercayaan mereka. Kita tidak perlu bertempur sangat hebat, kita hanya perlu mencari dua orang, Curious dan Patricia, dia pemilik IOVD yang sangat dendam pada vampir karena telah membunuh seluruh keluarganya."

"Baiklah, aku akan mengikuti pengalamanmu, adikku."

"Dan Curious ingin membunuh kita karena kau pernah merebut Cathline dari ayahnya."

Cornelius menatap kosong Christopher.

Bersambung..

°•°•°•°•°•°

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now