°•33

325 16 0
                                    

Pukul setengah tiga, Meri tahu mereka harus segera kembali, tetapi yang ada ia masih saja memaksa Rita untuk tetap menunggu kepiting-kepiting itu. Meri terus menghibur Rita dengan berbagai cara yang belum pernah Rita tahu sebelumnya. Contohnya saja rumput laut merah yang terasa manis di lidahnya, juga beberapa helai tumbuhan yang disusun lalu terasa nyaman sewaktu digunakan, dan yang terakhir baru-baru ini, Meri memperlihatkan kekuatan khususnya yang dapat membuat tornado air, menghentikan gelombang dan menciptakan buih-buih besar yang dapat menyerang musuh. Rita tertarik sekali, tapi ia masih parno dengan kelakukan ratu serigala itu. Tidak masalah jika ia yang dalam masalah, kalau Meri?

"Jadi, berapa lama lagi kita harus menunggu? Kita harus balik, Meri!" Rita malah mondar-mandir sembari menekan-nekan gemas tumbuhan laut yang disusun Meri tadi, dan kegiatannya berakhir ketika manusia setengah ikan itu memegang pundaknya dan menunjuk ke samping—mendapati seekor paus besar berada tepat di hadapan mereka.

Rita memang terkejut.  Sangat. Tetapi berusaha mengendalikan rasa berlebihan itu. Meri tersenyum manis sedangkan Rita menyeringai dengan kikuk. Gadis itu kehabisan kata-kata. Perlahan-lahan disodorkannya tangan kanan sebagai tanda kenalan. Rita sedikit mendelik ketika paus itu mengelus telapak tangannya dengan sirip depannya.

"Namaku Rita ... Kamu Aleena kan?" Tanyanya pelan-pelan tanpa melonggarkan cekalan tangannya pada Meri.

"Iya, namaku Aleena. Kamu ... Bisa melihatku?" Tanya Paus itu dengan suara yang cukup lembut. Rita sedikit relaks sekarang.

"Bisa! Tentu saja, bisa! Dia sudah kuberi mutiara kerang raksasa jenis insang biru!" Teriak Meri yang dibalas kepakan dua sayap dari paus itu tanda ia terkekeh.

"Baiklah, jadi kalian kenapa mencariku?" Tanya Aleena menatap hangat dua makhluk berbeda itu.

"Jadi, aku—" omongan Rita terputus ketika Meri menghubungkan pikiran mereka.

"Bilang aja kamu mau berteman dan mau minta tolong sesuatu yang penting banget. Bujuk dia supaya mau menuju ke dekat kerajaan, Rit!"

"Kamu... Ada keperluan apa?" Aleena bertanya sekali lagi. Ia malah merasa ada yang tidak beres dengan dua orang di hadapannya.

"Jadi, apa aku perlu memperkenalkan diri?" Rita malah balik bertanya. Aleena menggerakkan salah satu siripnya yang Rita anggap itu sebagai persetujuan.

"Aku anak kakak dari raja Rezz yang sekarang. Namanya papaku Chrsitopher, kamu mengenalnya?"

Aleena melotot sedikit terkejut, "kalau tidak salah nama ibumu aku yakin Cathline," Paus betina itu berujar ragu-ragu.

Rita menggeleng, "Dia bibiku, nama ibuku Carolina." Aleena tampak berpikir.

"Berarti kalian yang waktu itu di tolong sama kakakku Aleerta?" Aleena bertanya dengan hati-hati sedangkan dua lawan bicaranya bingung.

"Entahlah ...," Meri menggaruk sisi telinganya, "Aku tidak tahu."

"Aku punya satu pertanyaan, satu permintaan dan satu peringatan," Rita berujar membuat paus itu mengalihkan tatapannya.

"Apa itu semuanya?"

"Apa kau akan mati ketika aku meminta inti jantungmu? Aku ingin meminta tolong bahwa kamu harus mengikuti kami keluar dari wilayah ini menuju ke dekat kerajaan, dan yang terakhir aku ingin memberi tahu padamu bahwa hewan laut kecil temanmu sebenarnya adalah ikan yang licik." Rita menjelaskan semuanya dan Aleena tiba-tiba balik badan dan bersiap mengayunkan ekornya. Sebelum itu terjadi, Meri lebih dulu menarik Rita menjauh.

"Aleena! Dengarkan kami, ini bukan seperti yang kamu pikirkan!" Teriak Meri sebelum hewan buas itu lagi-lagi mengibaskan ekornya.

Rita merasakan ada energi lain yang bercampur dengan perasaan sedih hewan itu. Di saat seperti ini, bukan saat yang tepat kalau harus memaksa mamalia itu untuk mendengarkan. Meri masih belum menyerah. Ketika hendak berlari ke arah paus besar itu, cepat-cepat Rita menahannya lalu mengajak berenang menuju ke atas. Bisa dibilang mereka memiliki waktu yang lumayan singkat untuk bertemu daratan.

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now