°•66

108 6 1
                                    

Pukul 3 pagi di Hutan Rezz.

Buagh!!

"GUE MASIH NGANTUK, BANGSAT!" Farel berteriak sangat kencang lantaran menerima bogem dari seseorang tanpa tau apa salahnya. Jam 3 pagi adalah rekor pertama kali ia bangun setelah sebelumnya ia diperlakukan seperti pangeran oleh Melvin dan Dea walaupun mereka sudah cerai. Melvin memakai pembantu yang siap menunjang kebutuhan putra satu-satunya, dan Dea dengan segenap kasih sayangnya bahkan meminta Farel untuk setengah hari di Amerika, setengah hari di Cline sehingga adil. Hah, hal tergila yang langsung ditolaknya mentah-mentah. Apa-apaan, Amerika-Cline saja memakan waktu sekitar 15 jam sekali perjalanan. Ah, 5 jam dengan pesawat turbo jet milik Melvin. Tetapi tidak, ia tidak suka dengan usul itu.

Buagh!

"Kau harus terbiasa berbicara sopan dan menjaga perilakumu ketika hendak menjadi pangeran. Kau masih manusia, setelah ini berabad-abad pun kau tidak akan pernah tidur kecuali kau setengah tewas." Ucap seorang laki-laki berotot, berambut ikal dan sangat tinggi. Kira-kira dua meter pas.

"Semua bilang gue jadi pangeran, kaya gue nikah sama Riska aja!" Farel menggerutu, bedanya ia tidak mendapat bogem lagi, justru tarikan napas panjang.

"Raja Cornelius memiliki saudara tertua, beliau adalah Raja Christopher, ia memilih tidak menjadi raja karena ingin mendalami manusia, sehingga Raja Cornelius yang menggantikannya. Riska memang benar seorang Putri dan Ascher adalah pangerannya, tetapi peraturannya ketika Rita berhasil menemukan pasangan hidup lebih dulu, otomatis Putri Rita akan diangkat menjadi Ratu ketika Raja Cornelius memang menginginkan dirinya undur diri dari takhta. Dan status putra-putrinya akan tetap menjadi pangeran dan putri sampai mereka menemukan pasangan hidup, mereka boleh membentuk kerajaan di bawah Rezz atau membantu dalam pemerintahan di bidang yang memang merupakan keahlian masing-masing pribadi."

"Siapa nama Lo?" Farel menatap langit yang masih bertaburkan bintang, rasanya lebih cantik daripada bintang yang dilihatnya ketika di dunia manusia.

"Diaz."

"Nama yang keren. Oke oke, gue belajar untuk berubah sedikit demi sedikit. Dimulai dari apa yang bisa gue ubah?" Farel mengusap pipi dan lengannya yang terkena bogem tadi. Persentase ngantuk ya kira-kira masih 40 persenan. Dan ia berusaha untuk fokus, demi mengejar cintanya yang mungkin sedang menonton dirinya saat ini. Dia tidak ingin menjadi bahan tertawaan.

"Baiklah, dimulai dari bahasa formal, Pangeran. Jangan menggunakan Lo-gue kembali, bahasa itu tidak dikenal dalam etika kerajaan. Kedua, apapun yang terjadi, bentuk dasar etika ketika seseorang bertemu dengan siapapun itu, adalah meletakkan tangan di bagian ulu hati kemudian menundukkan badan sekitar tiga puluh derajat dan mengucapkan salam dengan sopan sekaligus tidak langsung menatap lawan bicara."

Farel langsung mempraktekkan nya, "Baik, terima kasih Diaz. Saya bersedia untuk dibantu sampai bisa ke depannya."

Diaz balas melakukan hal yang sama, "Dengan senang hati, Pangeran." 

"Baiklah, apa yang harus saya perbuat untuk melewati masa ujian ini?"

"Anda akan bertemu Putri Rita untuk melewati satu ujian ini dari saya. Kedua, anda akan saya ajari untuk bela diri kerajaan, termasuk fisik dan latihan pedang ringan, ketiga di hari terakhir anda akan melakukan pengenalan dunia vampir seperti etika dan budaya, yang akan diberikan oleh seorang pendidik kelas satu di Rezz."

"Baiklah, dimulai kapan?"

"Sekarang."

"Farel!"

Farel menoleh ke atas dan mendapati Rita yang menindih tubuhnya—tanpa sepengetahuan lelaki itu bahwa Rita ternyata berada di atasnya dari tadi menguping pembicaraan.

"Kau sudah siap untuk ujian?" Rita dengan pakaian armor nya yang begitu elegan dan cantik, semua serba warna hitam. Tertutup semua, tetapi terlihat begitu menggoda karena pakaian itu ketat memeluk tubuhnya yang sexy.

"Su-sudah!" Farel langsung bangun ketika Rita sudah berdiri lebih dulu. Uh, punggungnya nyeri sekali.

"Baiklah, saya izin pergi dulu." Diaz meninggalkan mereka berdua. Sunyi, senyap dan sangat dingin apalagi Farel hanya menggunakan kaus oblong dan celana panjang yang digunakannya ketika tidur, kebiasannya.

"Jangan lengah, musuh ada di sekitarmu, bahkan yang terdekat sekalipun!"

Farel spontan menghindar ke samping ketika mendapati seorang vampir perempuan hendak menerkamnya. Cantik, semua vampir betina rata-rata cantik sekali, tetapi tetap saja tidak bisa mengalahkan kecantikan Rita. Farel menghindar berkali-kali saat tahu bahwa incaran wanita itu adalah lehernya. Rita yang saat ini entah di mana, seperti menghilang atau ia tengah melawan vampir lainnya. Tanpa berpikir bahwa perempuan tidak boleh dipukul, Farel melawan perempuan itu dengan sekuat tenaganya. Pertarungan memakan waktu sekitar dua puluh menitan hingga ia berhasil menginjak leher perempuan tadi dan memelintir tangannya. Kemampuan bela diri taekwondo yang dipelajarinya berguna untuk saat ini.

"Farel, tinggalin dia dan cepetan, Lo masih punya dua misi lagi buat ketemu sama paman!"

Farel mencari arah suara itu, ternyata Rita tengah menunggu jauh sekali, ia baru menyadari bahwa calon istrinya hanya menontonnya, tidak diperkenankan membantu. Farel berlari mengejar Rita, melawan satu vampir wanita tadi berhasil menguras energinya. Dalam perjalanan menuju misi berikutnya, Farel tidak dibiarkan semulus itu untuk melewati ujian. Ia melawan sekitar dua vampir wanita lagi dan satu vampir laki-laki yang perawakannya cukup besar. Ia datang ke depan sebuah gerbang dengan langkah gontai dan luka di mana-mana. Rita menguatkannya dengan cara memberikan senyuman. Matahari pun sudah mulai menampakkan sinarnya. Penjaga gerbang membukakan pintu, Farel membuang sandalnya ketika ia menginjak keramik. Sandalnya penuh tanah dan satunya hampir putus.

"Aku pergi dulu." Rita pamit dan pergi tanpa mendengarkan pendapat Farel terlebih dahulu. Tepat setelah kepergian Rita, datang seorang pelayan menggunakan pakaian serba hitam membawakan gelas bening berisi darah.

"Anda harus mengisi tenaga." Ucapnya ketika Farel langsung pucat pasi ketika memaksakan diri untuk mengambil gelas tersebut. Ia membayangkan wajah Rita ketika meminumnya.

"Baik, terima kasih." Ucapnya menunduk sesuai ajaran Diaz subuh tadi kemudian memberikan gelas kosong. Rasa aneh di lidahnya membuat perutnya tergelak.

"Mari ikuti saya, anda akan dibimbing oleh Diaz."

Farel mengikutinya dari belakang. Lorong menuju ruangan pertandingan ternyata cukup jauh dan perlu memakan waktu hingga 10 menitan. Ia melihat sebuah cahaya di depan mata, yang merupakan matahari pagi yang masuk dari celah balkon. Tidak terlalu terik, bahkan udara dingin masih terasa jelas walaupun ada terik matahari. Lembap, itu juga penilaian tempat ini.

"Silahkan masuk." Pelayan menundukkan badan lalu pergi.

"Selamat datang di ruang pelatihan kerajaan. Saya Diaz akan membantu anda sampai selesai." Diaz memberikan bungkukan badan beberapa detik dan dibalas oleh Farel secara sekilas.

"Terima kasih." Farel didekati oleh dua maid khusus yang langsung memakaikan ia baju perang yang lumayan tebal dan berat. Ia didandani layaknya orang hendak bertarung.

"Peraturan di sini bagi pemula adalah yang pertama, anda tidak boleh membantah. Kedua, tidak boleh meringis, merintih dan mengeluh. Ketiga, lawan bermain pedangmu sebelum pindah ke kelas budaya adalah aku sendiri."

"Baik." Farel sedikit terganggu oleh pakaian yang ia gunakan karena terlalu tebal sekaligus terganggu oleh berat pakaian tersebut.

"Pedang sudah di tangan yang mulia pangeran."

"Baik."

"Kita mulai sekarang!"

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now