°•50

338 15 5
                                    

"Ck! Ga usah dibahas!" Sewot Ecrin sembari membekap mulut Jihan yang begitu menyebalkan dalam hal membocorkan rahasia.

"Hih! Gue yang makcom—mphh!" Jihan berusaha melepaskan bekapan tangan Ecrin. Begitu lolos, ia berbicara lagi, "Dan mereka kissing lalu pacaran."

PLAK!

"Maunya gue yang ceritain nanti. Tapi ya udahlah." Ecrin mengangkat bahu lalu ekor matanya mengalihkan perhatian Rita sebagai yang dimaksud, "Eh ya, ada yang manggil elo di belakang kita..."

Seluruh penghuni baik yang lewat ataupun yang sedang singgah untuk mencari lift terkejut dengan kedatangan Farel. Bukan masalah ketampanannya yang membuat seorang wanita pingsan karena melihat cowok itu, tetapi tangan dan lehernya yang mengucurkan darah segar sedari tadi. Tampaknya luka itu berasal dari bekas infus.

"Farel! Lo ngapain ke sini?" Ecrin mendekat mengulurkan tangannya yang membawa tisu bermaksud mengelap darah itu. Sebelum itu terjadi, Farel buru-buru maju lima langkah ke arah Rita. Ecrin diam di tempat—tidak menyangka dengan kelakuan Farel.

"Gue rindu sama lo." Seenaknya cowok itu meraup bibir Rita seolah ia menghisap lollipop.

Bugh! Plak!

"Hina banget lo!" Rita melontarkan kalimatnya disertai tatapan membunuhnya hingga siapapun yang melihatnya—tentunya kecuali Farel sedang ketakutan setengah mati.

Jihan segera menepuk pundak kakaknya, "Ayo pergi, kita cari udara segar di luar," lalu menoleh ke arah Farel, "Lo jangan ikut-ikut."

Ting!

Jihan memaksakan langkah kaki kakaknya bertepatan dengan lift yang terbuka lebar. Setelah mereka berdua pergi, terdapat Ecrin yang entah kenapa merasakan dadanya nyeri, Amerio yang ingin meninju Farel sampai mampus, Piko yang membuang napasnya kuat-kuat, Farel yang terdiam seribu bahasa. Sedangkan Bo menyilangkan tangannya di depan dada sambil geleng-geleng kepala.

"Daripada jadi bahan tontonan, mending sekarang kita pergi ke mall terdekat. Tadi gue udah pesen dua taksi." Bo berucap lalu menarik Ecrin yang masih diam saja diikuti Amerio, lalu Piko yang merangkul Farel untuk ikut bersama.

°•°•°•°•°

"Setidaknya Farel lebih milih lo daripada Ecrin. Seharusnya lo seneng kan?" Jihan menggoyangkan gelas kaca berisi darah segar manusia hasil colongan dari PMI lalu menghabiskannya. Ya, rasa darah yang langsung digigit dari leher sangat berbeda dari yang sudah pernah terkontaminasi oleh obat-obatan anti beku darah.

"Gak usah sok tahu lo!" Balas kakaknya tanpa menoleh ke arahnya dan menuai tawa rendah Jihan. Ia semakin yakin bahwa kakaknya telah mencintai Farel begitu lama. Ia meraih kantung darah kelima dan kali ini golongan darah B. Ia menuangkan cairan pekat itu hingga memenuhi dua gelas.

"Ini yang terakhir..."

Ting!

"Bersulang untuk kemenangan kita..."

Rita menatap sinis dan adiknya hanya tersenyum cantik.

"Jadi, lo bakal bunuh dia habis ini?"

Rita meneguk minumannya hingga menyisakan setetes saja lalu melempar gelasnya hingga belingnya pecah tak beraturan ke mana-mana. "Lo terlalu berisik untuk tahu urusan gue."

"Ini juga urusanku karena aku mantan teman sekamarnya."

Rita memamerkan taringnya yang tiba-tiba memanjang diikuti manik matanya yang memerah. Tangannya meraih leher Jihan lalu membantingnya ke pohon terdekat. Dadanya naik turun membuat Jihan mengambil kesimpulan bahwa relung hati kakaknya sedang meminta pertolongan. Ini memang aneh, tetapi Jihan mengenal kakaknya lebih dari apapun.

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now