°•42

215 12 0
                                    

"Pengkhianat banget sih-akh!" Gadis itu langsung tak sadarkan diri dan terjatuh di atas rengkuhan Bo.

"Maaf! Aku buat pingsan temanmu! Ia akan siuman tak lama lagi. Sekarang pergi dan selamatkan nyawa kalian! Jangan pernah ke hutan terlarang ini lagi!" Christopher berujar penuh peringatan, dan tak lupa membuat suaranya seolah-olah begitu berbeda. Ya, bapak-bapak itu sadar siapa yang sedang ia hadapi.

Tanpa menjawab apapun, insting ketiganya sudah berjalan. Tidak ada nama Farel lagi di dalam benak mereka, yang menjadi prioritas kali ini adalah nyawa mereka masing-masing. Keempatnya masih mau hidup-menikmati indahnya Pertiwi sebelum mati. Bo dengan Ecrin juga Amerio dan Piko yang menyusul di belakang. Christopher membukakan jalan dan dalam beberapa menit mereka sudah keluar dari gerbang dan berada di mobil trek tadi.

"Bawa mobilnya, Lo!" Perintah Bo pada Amerio sedangkan Piko sibuk memastikan tak ada bahaya yang mengintai di sekitarnya. Bo meletakkan kepala Ecrin perlahan di atas paha Piko sedangkan Bo sibuk menopang kaki panjang gadis itu. Amerio segera tancap gas kekuatan penuh. Ia bersyukur jalanan di hutan ini tidak terlalu parah rintangannya alias memiliki jalan utama yang tidak terlalu menyusahkan terkecuali berliku-liku. Hal itu wajar.

Piko terus mengawasi dari belakang hingga ia mendapati seekor serigala mengejar dan semakin dekat. Bo yang menyadari hal itu segera menepuk pundak Amerio untuk lebih mempercepat mobil treknya.

"Kita cari tempat persembunyian saja sekarang! Tidak ada waktu untuk balik ke hotel." Titah Bo sebagai pemimpin.

"Okey!"

°°°°°

"Jihannn!!" Yang lain hanya bisa berteriak berbarengan tanpa berani mendekat Aleena yang mengamuk brutal. Ya, seluruh orang kini khawatir sebab Jihan tetap bersikeras untuk mengalahkan hewan buas itu. Satu-satunya yang membuat Jihan masih hidup tanpa terluka sedikitpun adalah rantai biru yang melekat di sekujur tubuh paus tersebut.

Meri kacau, tidak ada hal yang bisa ia pikirkan selain berharap-harap seekor megalodon lewat dekat-dekat sini. Entah apa rencananya, itu belum terpikirkan. Mengenai benda aneh pemberian Anemone, setelah dipikir-pikir, sepertinya tidak mungkin ikan licik seperti itu mau membagi kejujuran. Sejujurnya, setelah melihat kedalaman masa lalu Aleena, Anemone jelas-jelas hanya ingin memanfaatkan paus baik hati itu atas penawaran ratu Griquett.

Lalu sekarang? Bisa jadi ratu itu ingin jantung Aleena lagi. Ia juga mendengar bahwa Adele hamil, jadi sudah pasti itulah tujuannya. Sebab, dengan protein jantung Aleena, ia bisa memperkuat bayi-bayinya. Ya, kenapa hal ini baru terpikirkan olehnya? Atau, salah satu dari teman vampirnya ada yang memang sudah merencanakan hal ini? Memang, mengambil jantung Aleena tidak akan membuat temannya itu mati, karena kelangsungan hidup paus bergantung pada kadar darah di dalam tubuhnya.

Berarti? Sebelum Jihan mencemari darah Aleena dan jantung paus itu malah mengering, ia harus menghentikan Jihan. Meri cepat-cepat mendekati Ascher lalu membisiki sesuatu. Cowok itu mengangguk paham kemudian melesat ke arah paus tersebut lalu memanggil Yasmin dan Motty untuk menahan Jihan.

"Jihan, Meri punya alasannya kenapa Lo harus berhenti! Gue rasa lo harus mendengarkan dia!"

"Tapi-" belum selesai berbicara, Motty lebih dulu membuat Jihan terkejut dengan shock kick-nya. Sebelum gadis itu bergerak, dua vampir itu bergerak dengan gesit memegangi kedua tangan dan kaki Jihan.

Ascher langsung menggigit tubuh Aleena untuk menetralisir racun dari sepupunya tadi sesuai permintaan Meri. Berikutnya, ia mengelus bagian bawah tubuh Aleena sebagai bentuk penenangan walau cowok itu sedikit kesulitan karena Aleena terus memberontak. Matanya berwarna merah.

"Terusin kak, sampai dia sedikit tenang. Aku akan mencari ikan kecil itu ke darat!" Meri membisiki kepala Ascher sedangkan cowok itu hanya diam dan terus melaksanakan tugasnya.

The Most Wanted Vampire In HighschoolDonde viven las historias. Descúbrelo ahora