°•6

1K 43 12
                                    

"Ck, elu ya! Ga usah pegang-pegang! Rame ini, Koko Crunch!" Jihan mengumpat ketika Piko terus menerus ingin menggapai jemarinya untuk digandeng.

"Tangan gue karatan nih. Punya pacar tangan sehalus sutra pelit dipegang-pegang."  Balas Piko ketus kemudian kembali mengapit jemari Jihan tanpa ingin melepaskannya.

Tetapi Jihan tetaplah Jihan. Keras kepala. Gadis itu melepaskan apitan jemari Piko. "Don't sentuh-sentuh my jemari. Wait biar arrived dulu!" Ucapnya sengaja diawur dan hal itu berhasil memikat perhatian Amerio yang menggeleng-gelengkan kepalanya. Pikopun mengulum senyum lalu mengelus puncak kepala Jihan hingga akhirnya memilih tidak bergandengan.

Mereka berempat kini sedang berada di ruangan yang sangat luas di mana ada banyak sekali alat musik yang beragam. Mulai dari gitar yang terpajang dengan berbagai bentuk, ada seruling dengan berbagai merek, harmonika, harpa, piano, dan masih banyak lagi. Keempatnya terus menyusuri ruangan hingga ada sebuah persimpangan dan harus berbelok kiri. Di ujung ruangan, mereka melihat seorang laki-laki berambut ungu nyentrik dengan potongan mohawk.

Jihan lalu menyenggol lengan Piko sembari memicingkan mata, "Eh, Lo dipotong kayak gitu keren, Lo, Crunch!" Tutur Jihan sembari menatap rambut pacarnya juga pria tadi secara bergilir, berikutnya mata gadis itu memicing, "gue yang tatain, pasti keren!" Sambung Jihan dan seketika mendapat pelototan dari Piko. Gadis itu cengengesan.

"Jangan coba-coba. Gue keritingin nanti rambut Lo nanti!" Ancaman Piko terlihat sungguh-sungguh namun ditanggapi lelucon oleh Jihan.

"Ada penawaran khusus elah. Potong kayak gitu Lo boleh ciuman sama gue!" Sontak Piko menoleh dan langsung mengangguk setuju, "tapi cuma joke!" Dan seketika cowok itu memalingkan wajahnya.  Jihan berhasil membuat pacarnya ngambek kali ini. Piko bergeser beberapa senti menjauh. Jihan mengikutinya.

"Sensinya, Koko Crunch, cokelat terlezat yang pernah ada, boboho aku! Uwu!" Jihan malah menggoda dan Piko menepis tangan Jihan walau bukan dengan cara yang kasar. Kini, ia malah ikut-ikutan geser. Piko melirik melalui ekor matanya namun tetap kembali ke sedia kala. Mempertahankan egonya.

"Gue cuari couwok lauin ajua, deah. Buanyak yuang ngantuari, tuah!" Jihan sengaja memonyongkan bibirnya. Hal itu belum menarik perhatian Piko. Sampai akhirnya Jihan mengapit lengan seorang pria random di sampingnya, barulah Piko maju dan menarik Jihan begitu saja.

"Kenapa? Udah selesai ngambeknya? Ya—" Ucapan Jihan terpotong ketika Rita meneriakinya dari jauh.

"Kambing, Lo ngapain sih? Niat ikut apa ga?!" Jihan celingukan hingga Piko memegang kedua sisi kepalanya dan membelokkannya ke depan.

"Oh, aje! Jadilah! Yok, Ko!" Jihan menarik jemari pacarnya lalu berjalan sedikit cepat untuk menyusul keberadaan kakaknya.

°•°•°•°•

"Woi! Apa kabar, bro? Lama banget kita gak ketemu?" Sapa Amerio lalu bertos ria dengan pria berambut mohawk itu.

"Gue lebih dari kata 'baik'. Elo sendiri gimana? Dan, wooo, cantik bener," tatapan pria itu beralih pada Rita yang sedang tersenyum ramah. Amerio ikutan menatap Rita lalu menarik gadis itu untuk lebih mendekat.

"Gue baik-baik aja. Oh ya, ini partner kita yang bakal kontes besok malam!" Jawab Amerio sembari merangkul pundak Rita dan yang dirangkulpun menilik jemari Amerio lewat ujung matanya, khawatir. Karena yang ia pasangkan penghangat hanya jemarinya hingga ke siku.

Lelaki itupun mengulurkan tangannya, "Gue Dorian, panggil aja gue Rian—"

"Jangan panggil Rian, tapi Dori a.k.a ikan Dori!" Potong Amerio masih mempertahankan rangkulannya namun kali ini lebih santai tidak seerat tadi.

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now