°•35

291 15 0
                                    

"Rita!" Meri menjerit tertahan- merasa tertohok hingga menutup mulut ketakutan ketika melihat cairan hitam Rita mulai mengucur serta mengotori rantai.

"Ini salahku ..." Tangisnya dalam diam sembari memikirkan cara untuk mengeluarkan sahabatnya dari kandang serigala itu. Ia memfokuskan perhatiannya, membayangkan wajah Rita untuk mengirim telepati.

Bugh!

Mendengar suara pukulan, Meri melonjak lalu melihat sekelilingnya dan mendapati fakta seekor serigala berdiri gagah di ambang tubuhnya. "Si-siapa?!" Meri berusaha menjaga volume suaranya. Badannya gemetaran diikuti mundur perlahan menyisakan jarak juga serigala itu.

"Kami sudah memberimu kesempatan untuk hidup. Kami bahkan berbaik hati membiarkanmu untuk berkeliaran dengan bebas tanpa menganggu penghuni ... terutama tahanan,"

"Dan membiarkan aku terbunuh setelahnya? Tidak akan! Cukup kalian sudah membunuh ibu dan sekarang ayahku yang menjadi taruhannya!" Meri meraba dahan pohon belakangnya yang berukuran cukup besar. Ia ingin menghadiahkan salam pembukaannya dan membuktikan bahwa ia terlihat lemah, tetapi mampu. Mampu untuk melawan dan bersahabat ria dengan keberanian demi membela makna hidup. Tanpa basa-basi lagi ia melempar benda itu lalu berlari secepat mungkin.

"Anak sial!" maki sosok itu. Meri tersenyum dan kristal beningnya lolos begitu saja tanpa lupa berlari sekencang yang ia mampu. Sekencang-kencangnya berkat anugrah hybrid dari ayahnya. Meri tidak peduli, apapun itu yang penting paling tidak Rita tidak dalam ikatan rantai.

Ini semua salahku! ~ batinnya berteriak. Membayangkan sekian perlakuan buruk yang dilakukan serigala itu. Muak, ya, ia sudah muak sampai-sampai perutnya terasa mual.

"Meri! Meri! Ini aku Crystal, kamu di mana? Kami membutuhkan bantuanmu! Meri, apa suaraku sampai kepadamu?"

Meri hampir gagal melewati lima pohon zig-zag gara-gara suara mengejutkan itu. Tunggu, tunggu. Suaranya terdengar begitu jelas walau sedikit parau karena terkontaminasi oleh hembusan hawa. Itu artinya Crystal tidak berada jauh dari jangkauannya sekarang.
Tetapi, Meri belum bisa menjawab panggilan itu demi menjaga konsentrasi langkahnya.

Laut! Selamatkan aku begitu aku tiba! Aku mohon! ~ batin Meri berteriak ketika laut mulai terlihat. Serigala di belakangnya mulai mempercepat laju lari. Meri tahu, serigala itu akan susah menyusulnya ketika berhasil masuk ke laut.

"Bodoh! Jangan ke sana!"

Krakk!

"Waaaa!" Meri menarik ujung bajunya yang tiba-tiba digigit. Robekan cukup besar hingga kini hanya tersisa dalaman sederhana peninggalan ibunya.

"Crystall! Tunggu akuuuu! Sebentar lagi, ya!"

°°°°°

"Ke sana, pah!"

"Kamu yakin mereka ada di sarang serigala itu?"

"Yakin, yakin sembilan puluh sembilan koma sembilan persen! Aku yakin sekali Rita dalam bahaya!"

Christopher hanya mengangguk lalu kembali fokus pada jalan dengan istri tercintanya digendongannya. Jalan menuju istana tidak terlalu jauh dari pantai. Lelaki itu menghembuskan napasnya berat kala melihat wanitanya murung, entah apa yang terjadi, ia malah kehilangan kemampuan gombalnya. Iapun memutuskan untuk mencium guna memberi heroin penenang.

Ssshh!

"Suara daun, yang!" Carolina mengucapkan sesuatu membuat Christopher tersadar dari sikap diamnya kemudian menajamkan pendengaran.

"Ke kiri, sayang!" Ucap Carolina, namun Christopher menggeleng kuat-kuat.

"Mungkin aja itu pancingan! Kamu masih menanamkan kebiasaan cerobohmu ya? Persis Jihan!" Carolina malah mengelus rahang suaminya dengan gerakan menggoda.

The Most Wanted Vampire In HighschoolМесто, где живут истории. Откройте их для себя