°•43

229 12 0
                                    

"Hari ini aku hendak merayakan kemenanganku. Apa kau sebagai calon suami tidak ingin mengucapkan sesuatu?" Adele menelisik tiap inci tubuh Farel tanpa bosan. Wanita itu juga sama sekali tidak mengikat, tidak menyakiti yang ia sebut sebagai 'tunangannya', malahan cowok itu kini hanya diam saja dengan tatapan kosong ke bawah seolah-olah tidak terjadi apapun. Menganggap Adele ada di dekatnya saja tidak.

Ya, mungkin ini memang saatnya untuk menyerah. Farel tahu apa arti sebuah kata itu. Ketika putus asa, itu berarti secara pasti ia menyerahkan seluruh hidupnya untuk menjadi suami orang yang bahkan belum ia ketahui sama sekali, meninggalkan seluruh kepunyaannya, terutama keluarga dan teman-temannya. Farel termenung, menahan isak tangis yang selama ini hampir 7 tahun tidak ia pernah ia keluarkan.

Merasa tidak dihiraukan, Adele tersenyum kecut lalu mengajukan sebuah kotak besar berwarna hitam yang isinya entah apa

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Merasa tidak dihiraukan, Adele tersenyum kecut lalu mengajukan sebuah kotak besar berwarna hitam yang isinya entah apa. Tanpa menjawab, cowok itu menerimanya lalu memeluk pemberian tersebut bersama dengan mukanya yang ia selipkan di antara kedua lututnya. Satu detik, dua detik, tiga detik, cowok itu menangis dalam diam a.k.a tidak bersuara.

"Calon suami yang baik!" Adele membelai kepala Farel lalu mencium rambut pendek tunangannya yang masih saja harum walau belum mandi selama kurang lebih dua hari.  Lantas wanita itu memanggil kedua pengawal terbaiknya untuk membawa Farel menuju kamarnya yang berada di lantai paling atas.

"Kita akan tetap berada di kamarku sampe dua hari ke depan. Berhubungan intim sebelum nikah, itulah tradisi kami."

°•°•°•°

Tak butuh waktu lama bagi Yasmin dan Motty untuk mencarikan tempat bagi Cornelius hingga mereka kini sudah berada di tempat semula. Mereka berdua juga mendapat senjata dari Markson walau memegangnya dengan ragu-ragu.

"Markson?" Jihan menangkap pemberian hybrid itu yang berupa senjata air penuh dengan tanda tanya besar. Lebih-lebih Motty dan Yasmin yang sama sekali tidak tahu apa-apa.

"Nanti saja bertanyanya—" omongannya terjeda sejenak—sibuk menghalau serangan dari belakang yang berasal tak lain dua serigala. Mereka ingin mengambil senjata bapak-bapak itu, namun berhasil dipukul mundur oleh Markson. Iapun menatap Jihan sesaat untuk menghubungkan pikiran mereka. "Bawa mereka ke tengah lalu hancurkan tabung udaranya dan mulailah untuk menghabisi ketika mereka harus bersusah payah mencari napas di permukaan!"

Namun, Jihan sama sekali tidak melihat ada tabung oksigen. Markson mengerti, iapun menunjuk-nunjuk perutnya. Jihan memberi jempol kemudian menyampaikan hal itu pada yang lainnya kemudian berpencar untuk melaksanakan apa yang diberitahukan, sembari menunggu kepastian dari Meri kapan waktunya bisa merogoh jantung Aleena dengan mudah.

"Ayah!" Meri berteriak yang lalu mengalihkan perhatian seluruhnya terutama vampir-vampir yang benar-benar kebingungan atas sebutan itu.

"Meri, jangan ke sini, nak! Bahaya!" Markson berteriak kemudian menahan beberapa serigala yang hendak menyerang putri satu-satunya.

The Most Wanted Vampire In HighschoolDove le storie prendono vita. Scoprilo ora