°•29

316 17 0
                                    

Ffffffiiitttttt!

"Jihann! Balik, Jih."

"Aaaa! Bangsat!" Umpat Jihan yang tiba-tiba ambruk sembari menutup kedua telinganya. Riska tahu penyebabnya tetapi ia tidak bisa mendengar siapa pengirimnya.

Farel melepaskan Riska perlahan kemudian merendahkan tubuhnya—menatap Jihan dengan sorot khawatir, "Lo gak apa-apa?" Tanyanya, dan ketika hendak membantu berdiri dengan memegang bahu gadis itu, Jihan menampik  sebelah tangannya. Dara itu berdiri sendiri tanpa berniat melirik Farel sedikitpun.

"Jalan!" Ujarnya dan keduanya membisu membuat Riska yang berada di tengah-tengah merasa canggung.

Mereka bertiga jalan terus dan sampailah di depan pertigaan jalan yang sangat sepi. Riska tersenyum tulus lalu berterima kasih pada Farel juga Jihan yang hanya memberi tepukan pada pundak sahabatnya. Sorot matanya sangat menyedihkan membuat cowok manapun ingin sekali memeluk gadis itu. Farel mengangguk dua kali sebagai persetujuan.

"Jaga diri kalian, gue tunggu di hotel yang sama. Cepetan balik, inget!" Ucapan Farel yang terkesan friendly membuat kedua vampir itu tersenyum.

Di saat akan menaiki atap untuk melesat, suara seorang gadis mengejutkan mereka termasuk Farel yang mengusap-usap dada. Itu Ecrin dan Ascher yang kini dari belakang menatap dua saudaranya dengan tatapan tajam.

"Kalian, ya ampun! Gue bener-bener kangen kalian!" Teriaknya diikuti berlari sekencang mungkin kemudian memeluk Jihan, Riska dan yang terakhir Farel.

"Farel... Maafin gue! Kali ini jangan tinggalin gue! Ajak gue ke mana aja lo pergi, lo boleh minta apa aja sama gue asalkan jangan tinggalin gue! Gue takut ga bisa jaga lo!" Ecrin berkata dengan suara seraknya diikuti Farel mengelus puncak kepala gadis itu sebagai penenang. Ya, walau kata 'jaga' yang berulang kali diucapkan Ecrin cukup membuat tembok pembatas antara anak Bos dengan pekerja semakin tebal saja. Farel cukup sedih untuk itu, tetapi seperti biasa di detik berikutnya ia pasti langsung tersenyum seolah tidak terjadi apapun.

"Iya! Sekarang gue laper! Temenin gue ke kafe ya?" Tanya Farel yang langsung dibalas anggukan setuju dari Ecrin. Gadis itu cukup lama memeluk Farel hingga tersadar dengan orang-orang di sekitarnya yang kini sedang menonton sikapnya. Ecrin melepaskan pelukannya lalu menghampiri Jihan dan Riska.

"Kalian ... Mau ke mana? Apa perlu gue, Farel atau Ascher bantu?" Tanya Ecrin pada detik berikutnya.

Ascher, Riska dan Jihan malah saling lirik. "Engga kok, gue pinjem Ascher sekalian ya soalnya Riska harus pergi ke..." Jihan malah terlihat bingung.

"Harus pergi ke bandara. Papanya gue mendadak sakit, jadi Jihan harus ikut juga. Jadi, mohon bantuannya untuk tiga hari ke depan. Apa ada masalah?" dengan cepat Ascher menyambar omongan.

"Rita gimana?"

"Tenang aja, kita bakal diskusi sama paman. Dia punya beberapa senjata yang bisa membantu. Mending lo berdua istirahat dan gak usah pesan kamar baru. Pakai yang ada aja,"

"Beneran gak apa-apa?" Ecrin memastikan.

"Tenang aja. Pastikan hybrid yang kita tahan engga kabur ya!"

"Oke!"

°•°•°•°•°•°

"Nah begitu alasannya, Rit!" Meri mengacungkan jempolnya masih dengan senyum manisnya.

"Lalu, kamu gak khawatir nunjukin sisi duyung kamu? Apa kamu engga takut?" Pertanyaan Rita malah membuat anak itu tertawa. Ia jadi salah tingkah dan hanya bisa membisu menunggu jawaban.

The Most Wanted Vampire In HighschoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang