°•32

317 17 0
                                    

"Kamu ... Aleena?" Rita menatap sekujur tubuh hewan laut berukuran jumbo itu yang berada tepat di hadapannya. Tampaknya, hewan itu sedang tertidur lelap. Meri pelan-pelan berenang ke dekat Rita lalu mengapit jari temannya itu kemudian membawanya buru-buru ke sebelah gua.

"Kamu jangan langsung nengok gitu! Kamu enggak tahu kalau paus itu terkejut kamu bisa dihisap masuk ke dalam mulutnya!" Walau pelan sekali, Rita bisa mendengar dengan jelas nada peringatan yang keluar dari mulut Meri.

Rita berdecak sebal, "Lalu apa? Tunggu dia sampai bangun? Bisa satu abad, Mer!"

"Tadi kamu lihat kan Oceana terpelanting jauh. Kamu mau kayak dia? Itu tadi gara-gara paus itu menguap terus buang napasnya," Ucapan Meri membuat kening Rita mengerut. Baginya, hal itu sedikit terdengar tidak masuk akal.

"Ya sudah, aku menurut padamu!" Rita memilih diam karena dari awal ia memang tidak tahu apa-apa. Maksud Meri saja tidak tahu.
Tiba-tiba ia mengetahui fakta anak kecil di hadapannya ada duyung. Kedua, gadis itu membawanya ke laut untuk menemui Aleena. Baiklah, untuk yang kedua ia paham, dan sekarang ketika sudah ketemu, malah beralasan yang aneh-aneh.

"Aku ke sana dulu! Kamu tunggu di sini, jangan ke mana-mana!" Rita mengangguk sambil melihat Meri dengan berani mendekati kerumunan kepiting menyeramkan itu—tepat berada di depan gua. Mereka seperti berkomunikasi, tetapi Rita tidak tahu apa yang mereka omongkan.

"Teman-teman, tolong beri tahu pada Aleena untuk menuju ke belakang gua. Ada tamu yang ingin menemuinya. Bisakah?"

Sepuluh ekor kepiting menoleh, "Bisa. Tapi mungkin butuh waktu sedikit lebih lama. Tidak masalah?" Crystal mengangguk.

"Tetapi, mungkin juga tidak bisa sebab ada seekor ikan kecil bernama Anemone yang selalu memberi pengaruh padanya. Aku hanya malas mendengar ceramahnya juga Aleena yang mau melakukan apa saja demi hewan itu!"

"Iya, hewan itu penipu! Dia bilang di tengah laut ada banyak plankton, tapi kenyataannya ada ikan besar penyuka kepiting! Syukur aku bisa pulang dengan selamat." Tutur yang lebih kecil di sampingnya.

Meri tersenyum, "Aku tunggu ya!"

°•°•°•°•°•°

"Waaaa!"

Bugh! Syuutt! Dung!

Ascher menabrak tumpukan koral, kepala Jihan menabrak seekor megalodon dan kembali terpelanting entah ke mana, Crystal ditangkap oleh seekor ikan pari berwarna biru muda. Hanya Cornelius dan pasangan pasutri yang berhasil menyeimbangkan badan. Motty dan Yasmin juga entah berada di mana sekarang.

"Cepat, cepat. Nanti aku tak dapat istri ... " Christopher malah bernyanyi dengan nada dangdut lalu berhenti ketika Carolina mencubit pinggangnya.

Cornelius memejamkan matanya. Ternyata anak-anaknya belum mahir menyesuaikan diri terhadap serangan tiba-tiba, terutama putranya sendiri yang telah dididik oleh guru profesional lebih dari 15 tahun. Sepertinya ada yang salah, dan nanti ia akan menanyakannya.

"Akhh! An**asjsksksn!" Jihan bangun dari posisinya tengkurapnya. Ternyata, bodi goals yang selama ini ia banggakan telah berjasa merusak terumbu karang cantik. Seketika ratusan hewan kecil berlari ketakutan sebab rumah mereka telah hancur. Jihan mendengus kesal kemudian bangun dan berenang dengan susah payah menuju yang lain.

Kenapa gue gak berhasil berdiri sempurna, sih? Mampus dah habis ini. ~Ascher menggeram lalu menopang tubuhnya untuk berdiri dengan batu karang yang sebelumnya dia tabrak. Kepalanya nyut-nyutan karena bagian itu yang terlebih dahulu menabrak. Ascher bahkan tidak peduli ketika melihat darah hitam yang terlihat larut di air berasal dari ubun-ubunnya.

The Most Wanted Vampire In HighschoolOù les histoires vivent. Découvrez maintenant