°•11

622 36 16
                                    

"Ada apa ini?!"

"Gue takut gelap! Senter, mana senter?!"

"Apa seseorang lupa membayar listrik?"

"Untuk pertama kalinya stadium Black and white mengalami padam gini!"

Ribuan bisikan lain yang serupa terus membanjiri stadium hingga akhirnya Rita berteriak memberi tahu agar penonton harap tenang. Namun sepertinya tidak berpengaruh. Bahkan ada yang keluar dari stadium. Seisi ruangan kini semakin riuh hingga beberapa menit kemudian satu lampu menyala disusul lampu-lampu lainnya. Stadium kembali terang dan di samping Rita muncul seorang laki-laki gendut dengan raut wajah penuh penyesalan.

"Saya minta maaf untuk kesalahan kali ini. Kali pertama dan kali terakhir. Sebagai gantinya akan ada sesi foto-foto bareng artis. Kirim g-mail anda maka akan diundi untuk lima puluh orang terpilih. Thank you..." Ucapnya lalu pergi dari panggung digantikan oleh seorang pembawa acara.

Rita tersenyum manis menatap orang-orang di sekelilingnya. Cinta mereka begitu besar pada suaranya. Ia jadi bernostalgia singkat. Waktu itu, dirinya dan Amerio berkenalan dengan kisah yang cukup unik. Saat jam istirahat dan Rita kala itu sedang mengikuti pelajaran tambahan memanah di halaman belakang. Ya, Rita merupakan pemanah unggul yang selalu dipanggil untuk mengikuti lomba. Pandangan Rita sangat tajam dan ia selalu menusukkan panah tepat di tengah-tengah, walau terkadang melenceng paling banyak dua garis putih. Kebetulan Amerio sedang terburu-buru berlari, tepat ketika dirinya meluncurkan panahnya, benda itu justru mengenai lengan Amerio.

Jelas ia panik karena waktu itu hanya berduaan. Amerio kejang-kejang hingga merintih tak tertahankan. Seandainya ini dunia vampir, mungkin ia akan sangat mudah untuk menyembuhkan luka Amerio. Tetapi peraturan tetap peraturan. Ia tidak boleh menampakkan jati diri di depan manusia atau hal itu akan menimbulkan masalah untuk kerajaannya.

Jadilah ia hanya bisa menelpon penjaga UKS terdekat untuk meminta pertolongan. Segera setelah menghubungi, beberapa petugas datang dan Amerio dibawa ke Rumah sakit besar guna mendapatkan perawatan medis. Panahnya tidak menyangkut tetapi meleset dan menimbulkan luka robek yang luar biasa besar.

"Baiklah... Tuan-tuan dan nona-nona yang masih bertahan hingga akhir. Ada yang tahu judul lagi tadi? Kita memang sengaja tidak memberi tahu, karena untuk satu orang beruntung yang bisa menjawab akan maju ke depan dan melakukan sambutan ria bersama artis kita yang satu ini." Ucap lelaki itu sembari tertawa kecil. Satu stadium kembali ricuh namun tentu saja kali ini dengan nada yang positif. Banyak dari mereka yang tersenyum lebar.

"Baiklah... Demi keadilan,  Rita akan melempar sebatang cokelat sebagai undiannya. Bagi yang mendapatkannya silahkan langsung naik ke panggung. Saya harap tidak ada perkelahian karena disetiap sisi ada kru yang akan menjaga ketenangan." Tuturnya lalu menyerahkan sebatang cokelat itu pada Rita.

"Satu... Dua... Tiga!"

Rita melemparnya cukup jauh hingga ditangkap oleh seorang laki-laki tinggi berparas lumayan tampan. Lelaki itu langsung menaiki panggung tanpa ragu-ragu.

"Woah! Laki-laki tampan. Dia sungguh beruntung!"

°•°•°•°•°

"Jih, Me, Ko.. sempat lihat Farel gak?" Tanya Ecrin pada  ketiga sahabatnya. Entah kenapa ia merasa ada yang janggal ketika pemadaman lampu yang memakan waktu lima menit itu. Masalahnya, sebelum mati lampu, Farel masih berada di sebelahnya. Sekarang menghilang begitu saja.

"Engga tahu. Gue fokus ke depan aja soalnya." Jawab Jihan sekenanya.

"Gue juga..." Ucap Amerio karena sedari tadi ia hanya fokus pada konser.

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now