°•60

100 8 0
                                    

"PENJAGA—Mpmmhh!" Amerio tahu Ascher adalah sepupu Rita dan tentu saja cowok itu bukan sepupu Ellios.

"Rio, kan Mama udah bilang bisa aja peluit itu engga cuma manggil Ellios, tapi manggil vampir lainnya." Gea berteriak lantang yang kemudian dibuat pingsan seketika oleh Ascher. Menurutnya, wanita yang berteriak berlebihan sangat menyebalkan.

Amerio mengeluarkan bawang putih dan bawang bombai persediaan senjatanya. Kemudian ia mengeluarkan sebuah belati perak pemberian Ellios, katanya gunakan itu pada saat ada vampir yang berbahaya. Ascher hanya tersenyum tanda meremehkan. Apa-apaan, belati perak, bawang putih atau bawang bombai? Memangnya dia ini dracula yang ada di film-film. Enak saja, dia tidak takut sama sekali. Ascher memang tidak suka sama sekali dengan bawang tetapi bukan berarti bawang bisa melumpuhkannya.

Ascher mengambil bawang-bawang itu kemudian mengusapkannya pada lengan. Ia tertawa lucu ketika dianggap ketakutan dengan sebongkah umbi lapis. Sangat bodoh. "Bawang? Vampir takut dengan bawang?" Ascher mendekati Amerio perlahan. Dia senang sekali melihat wajah pucat manusia yang telah membuat keluarga besarnya menderita. Harus mati, orang yang mengadu domba hanyalah sampah dunia.

Greb!

"Kubunuh kau sebelum membuat kekacauan lagi!" Ascher berhasil mencekik Amerio.

"Wow, ada keributan apa di sini? Menyenangkan sekali, baru kutinggal dua jam dan sudah seperti ini." Ellios tiba-tiba muncul di dekat pintu. Ia mendekati Ascher dengan tatapan meremehkannya.

"Bocah, mencoba membunuh bawahanku!" Ellios meninju Ascher hingga terpental keluar bangunan lewat jendela pecah.

Rita, Riska dan Jihan seketika muncul di tengah-tengah ruangan Amerio. Di kasur, cowok itu sedang bersusah payah untuk mengatur pernapasan lehernya yang membiru karena cekikan Ascher. Ia malah merasa ada urat nadinya yang hampir putus. Ia tidak mau mati muda, tentu saja tidak.

Melihat tiga vampir datang, Ellios menunjukkan ekspresi pura-pura terkejut. "Tidak mengherankan kalian membawa sekutu. Mana bisa kalian mengalahkanku one by one. Tidak apa-apa, tikus seperti kalian ini harus sedikit diberi pelajaran berupa kematian agar berhenti mengganggu cita-cita ayahku, Curious."

"Mati aja kacung kayak Lo!" Riska menatap lelaki itu dengan sinis penuh dendam. Ia sangat berharap bulan purnama merah di mana jasad ibunya bisa dibangkitkan kembali melalui ritual.

"Bacot!"

Riska mengeluarkan pedang kuno kesayangan yang selalu ia andalkan dalam banyak pertempuran. Rita memberikan tatapan maut dan Jihan mengeluarkan cakar-cakarnya yang legendaris. Ellios hanya tersenyum, rasanya ini akan seru sekali.

"Bantuin ayah aja, As. Lo kembali ke dunia manusia."

°•°•°•°•°•°

"Aku perintahkan kalian untuk mengerahkan banyak sekali pesawat mini untuk mengelilingi kota mencari Amerio." Ecrin memerintah seperti biasanya dan ia menunjuk dua orang untuk ikut bersamanya. "Kalian berdua bantu aku nemuin Rita sama Jihan."

"Baik, nona. Akan kami laksanakan!"

Brak!

"Bo!" Ecrin buru-buru mendekati asistennya karena lelaki itu tampak penuh luka.

"Bunuh Rita dan Jihan juga Riska dan Ascher. Mereka bukan temen kita lagi. Mereka... Musuh yang harus dimusnahkan." Bo berkata kemudian memuntahkan darah cukup banyak. Ecrin menatap nya tidak percaya, sahabatnya tidak mungkin seperti itu. Walaupun cukup banyak keanehan dari mereka, tapi ia masih belum percaya ketika tidak melihatnya.

"Lo gak bohong kan?" Ecrin sangat tidak percaya.

"Kenapa gue bohong? Amerio yang membuat satu kota dalam peperangan ketidakadilan. Vampir dan manusia. Adalah tantangan untuk teknologi."

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now