°•13

548 33 11
                                    

Lekuk tubuh yang indah, paras nan jelita, postur tubuh tinggi. Masih banyak alasan yang bisa Farel berikan mengapa ia menyebut wanita ini sempurna. Sepintas ia memang sempat terkagum, namun tidak jadi ketika melihat perut wanita itu sedikit buncit.

"Siapa Lo?!" Farel setengah ketakutan ketika Adele menampilkan taring atasnya. Ia juga  memberontak ketika mengetahui tali tambang mengikat kedua tangannya. Walau lecet, lelaki itu tak peduli. Kalau bisa, sesegera mungkin ia pergi dari tempat aneh ini.

"Hallo tunanganku?" Sapa Adele sembari berjalan mendekati Farel.

Apa? Tunangan?

Raut wajah Farel penuh tanda tanya.

Apa maksudnya? ~ batin Farel. Jika sekalipun ia harus menikah dengan wanita cantik ini, seumur hidup ia tidak akan mau. Farel bisa menebak jika Adele sedang hamil. Menikahi istri orang?Asem dah.

Ketika Adele hendak menyentuh wajahnya, Farel segera menoleh ke kanan. Begitu seterusnya hingga kepalanya menjadi pusing. Adele memegang kedua pipinya kemudian mengunci wajah lelaki barunya. Setelah berhasil menenangkan otaknya yang turbolensi, Farel menyadari Adele yang kini sedang menatapnya sangat lekat bahkan hingga hidung mereka bersentuhan.

Ciuman? Tidak! Cukup Ecrin saja yang boleh menyentuh bibirnya. Mata Farel mendelik. Mau menolak tetapi tidak bisa. Kepalanya tidak bisa bergerak satu incipun. Tangan Adele terasa seperti borgol yang kini menahan lehernya. Kini ia bisa melihat dengan jelas jika wanita asing itu hendak mencium bibirnya.

Bangsat! Bangsat! Bangsat! Gue gak pernah jadi play mouth gini! Ecrin! Selametin gue! ~ Farel terus menerus mengumpat dalam hati hingga bibirnya benar-benar menempel sekaligus dihisap oleh wanita jalang itu.

Oh, sempurna. Kemampuan Taekwondo sabuk hitamnya tak berfungsi apa-apa sekarang. Cowok itu hanya bisa terdiam diri tidak membalas ciuman wanita aneh di dekatnya saat ini.

°•°•°•°•°

"Apa?! Werewolf?" Ecrin berujar tidak percaya. Apa lagilah yang ada di dunia ini, rasanya keunikannya tidak ada habisnya.

"Lo ngomong apa? Bukannya itu cuma ada di dongeng-dongeng ya? Vampir aja gue belum pernah lihat secara real." Amerio mengelak ucapan Rita yang terkesan mengada-ada. Ecrin dan Piko pun terlihat tidak percaya.

Syukur temen. Kalau engga udah jadi santapan deh. Amerio golongan darah O, kesukaan gue. Ecrin golongan AB dan Piko golongan B kesukaan kakak. ~Jihan membatin sembari memperhatikan leher satu persatu teman-temannya. 

Amerio yang melihat Jihan sedari tadi tidak bicara merasa sedikit aneh. Biasanya anak itu akan berperilaku sok tahu dan banyak bicara. Belum lagi kelakukan absurdnya yang kadang membuat ia pusing sendiri. Dicoleknya bahu Jihan hingga tanpa Amerio sadari cewek itu sedang menyesap liurnya yang hampir menetes. 

"Woi! Kok bengong? Tumben Lo diem?" Tanya cowok itu akhirnya.

Jihan menatap Amerio songong, "Emang kenapa? Lo kan lebih suka kalau gue diem?" Jihan balik bertanya lalu tiba-tiba matanya memicing se-menyebalkan Lucifer di film Cinderella.

"Apa jangan-jangan ...," Jihan menggantung nadanya membuat Amerio mati penasaran ingin mengetahui kelanjutan omongannya. Tanpa cowok itu sadari, dia sedang berada di mulut besar ikan yang terbuka kala gadis usil itu akan melontarkan kata-kata tidak berfaedahnya.

Asik, gue dapet mainan! ~ dan Jihan masih sempat membatin.

"Lo ... Kangen sama cerewet gue ya? Mau bahas tentang apa? Sini gue omongin banyak-banyak!" Dan Amerio segera tersadar ketika ia sudah berada di dalam mulut ikan itu. Ia memutar bola matanya lalu mendorong jidat Jihan pelan hingga gadis itu terpental ke belakang dan mundur beberapa langkah. Padahal itu cuma akting aja. Biasanya kan gitu, kayak drama queen gitu lho, yang didorong dikit langsung mental.

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now