°•2

2.5K 99 9
                                    

"Mamaaaaaa! Kak Rita ma, dia mau nampol aku pake pemukul penggorengan!" Jihan berlari sekencang yang ia bisa. Tak perlu khawatir jatuh karena selain lincah, rumah kediaman Roust memiliki jangkauan yang lumayan luas. Sebenarnya ia lari bukan karena takut.

Lalu?

Ya, karena bosan. Siang ini ia tak ada kerjaan lantaran Piko, pacarnya sedang pergi acara keluarga. Melihat kakaknya sedang mandi, ide cemerlang muncul untuk mengusir rasa bosannya. Sedangkan Carolina sedang sibuk dengan kanvasnya mematri sesuatu di sana.

"Balikin cede gue, balikin beha gue dan balikin mangsa gue yang kemarin lo ambil!" Rita semakin ngebut mengejar adik bandelnya itu. Jihan pun menambah kecepatannya pula. Ia ingin tertawa hari ini karena dalaman yang ia sembunyikan adalah dalaman terakhir kakaknya. Rita lupa menjemur waktu itu, jadilah sekarang ia masih menggunakan kimono mandinya.

"Mangsa kemarin gue ga ambil bego! Kan Lo yang telantarin dia, bukan salah gue kalau duluan gue comot!" Ucap Jihan sembari melewati gunung (tiga sofa), menginjak lembah (keset beludru) dan menyebrangi sungai (apa ya?). Btw, ini yang paling sulit. Apalagi kalau bukan pelukan papanya, Christopher.

Mampus!! ~batin Rita dan Jihan bersamaan. Yang satu panik dan yang satu menyeringai puas seolah mendapat mangsa untuk dicacah.

"Pa, selametin aku!" Jihan merunduk di pelukan Christopher. Kemudian tersenyum lebar melihat amukan anak sulungnya yang sangat mirip istri tersayangnya. Baru saja hendak memukul sutil tepat di pantat Jihan, Christopher mengulurkan tangannya. Rita menahan serangannya kemudian menatap Christopher sebal.

"Cede kamu ada di bawah guling papa, beha kamu ada di lemari mama," Christopher berucap kemudian Rita terdiam. Ia merasa ada yang kurang. Aha! Mangsa.

"Ada mangsa pa? Nanti aku panggilin mama lho kalau papa ga berhasil desak momongan papa itu," Rita memang sedikit mengancam tetapi sebenarnya tidak melakukannya. Namun, tetap saja ia puas dengan ekspresi Christopher yang berubah drastis.

"Jihan sayang, tanggung jawab ya sama perilaku kamu," Christopher berbisik di telinga Jihan membuat Rita kepo. Entah mengapa ia merasa semakin sebal. Jihan adalah keturunan Christopher, hampir 90 persen gen lelaki itu menurun pada Jihan. Tingkat kejahilan, kecerdikan dan kepandaian juga mungkin?

"Oke pa! Siap!" Christopher  tersenyum senang sekaligus lega. Jihan melesat pergi dan tinggal mereka berdua disitu.

Christopher menarik lengan Rita dan mengajak gadis itu duduk di sampingnya. Wajahnya berubah serius lalu mencium pipi Rita sekali—sebelum menunjukkan sebuah kertas hasil arsiran Carolina yang merupakan gambar keping darah manusia.

"Ini hasil penelitianku bersama mamamu dari sampel darah yang kamu ambil. Disini kita menyimpulkan bahwa tingkat kesehatan yang  paling tinggi ada pada golongan darah B. Aku ingin kamu mencari manusia sebanyak dua orang yang bergolongan darah jenis ini. Kau bisa?"

"Iya Rita bisa, pa. Tapi aku ga bisa mastiin waktunya untuk dapetin manusia kali ini. Sepertinya agen IOVD makin cekatan memburu vampir. Aku tidak ingin nyawaku berakhir tragis hanya karena sebuah snipper!" Ucap Rita sekaligus mendamprat setelah mendengar berita dari Ecrin tadi bahwa agensi baru saja memproduksi snipper berbahan metal yang jika terkena jantung vampir—dalam sekejap dapat berujung kematian. Metal itu mengandung racun mematikan.

"Benarkah? Ya, sepertinya aku harus mengantisipasi hal itu nanti. Baiklah kau boleh pergi."

Setelah Christopher berkata demikian, Rita langsung menuju kamarnya lalu mengapit ponsel di antara jemari lentiknya. Sepuluh balon pesan dari aplikasi WhatsApp. Oh, dia sudah mengantipati hal itu sebelumnya dengan memblokir setiap nomor yang ia ketahui pemiliknya tak lain makhluk buaya. Siapa lagi jika bukan makhluk pemilik batang.

+6281609xxxxxxx
Rita, ni gue Raymon. Ketua OSIS ganteng sejagat raya. Malam ini ada kerjaan gak? Jalan sama gue?
P
P
P

+6264628xxxxxxx

Rit, maaf chat. Ni gue Shogun. Lo ga baca apa chat gue? Perasaan online mulu. Gue mau mintol nih.
Oy..
P
P

Rita terus menelusuri pesan-pesan aneh itu hingga layar handphonenya terisi oleh sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Tetapi ia kenal dengan picture profil penelpon itu. Dijawab? Tentu saja tidak!

Baru saja hendak mematikan ponsel tiba-tiba orang tadi menelpon lagi. Dengan santai ia mengusap lambang merah pada sisi kiri. Kejadian itu berulang hingga lima kali. Rita berdecak kesal. Ia beralih menuju kontak Ecrin. Tak bisakah gadis itu mengurus pacarnya dengan baik? Begitu pikir Rita.

Dugong sambel merah
P
P
P
Oy!!
URUSIN NOH PACAR ELO. DIA NELPON GUE TERUS ELAH..

Gadis itu sengaja menggunakan caps lock agar sahabatnya itu cepat membaca. Karena Ecrin sangat sensi terhadap orang-orang yang menggunakan caps lock kecuali urgent.

Tiba-tiba saja panggilan itu berhenti. Rita tersenyum puas dan baru saja hendak membuka aplikasi lain sebuah panggilan video masuk membuatnya menggeram. Tanpa pikir perempuan itu menggeser tombol hijau lalu mengumpat dengan bagian kamera selfie menghadap belakang alias tidak pada wajahnya.

"ADA APA SIH?! KALAU LO MAU CARI ECRIN YA UDAH SANA TELPON DIA AJA BEGO!" Dengan cepat ia mematikan panggilan itu. Dan sebuah chat masuk membuat ia mendelikkan netranya panik.

Itu adalah Amerio a.k.a ketua organisasinya. Bukan OSIS kok, tetapi ketua grup musik. Amerio terkenal akan kesadisannya. Rita tidak takut jika harus melawan—namun manusia jelas bukan tandingannya. Di dunia manusia tugasnya adalah penelitian dan menimba ilmu bukan untuk mencari gara-gara. Rita lantas memutar bola matanya. Ia sedikit cemas karena nilainya ada di tangan cowok itu. Lagian sudah peraturan di grup musik untuk mematuhi ketua. Mengapa disebut organisasi? Itu karena Rita merupakan vocalis dan sudah dikenal oleh Dunia.

Amerio Preka 
Gue bukan makhluk aneh itu.
Akel, Lo di mana?

Risterita R.
Maaf gue ada masalah. Gue di rumah.

Amerio Preka
Bisa dateng ke Hall sekarang? Gue butuh lo untuk tanda tangan. Gue daftarin Lo ke sebuah audisi.

Risterita R.
Kenapa ga izin dulu?

Amerio Preka
Karena gue tau Lo bakal nolak. Lo bakal ketemu di AS nanti sama artis terkenal. Starts Won bakal dapet banyak banget subsidi kalo kita mau menyetujuinya.

Rita tampak berpikir sejenak. Dan dia baru ingat jika di sana dekat dengan kerajaan Griquett, yaitu musuhnya para vampir, siapa lagi jika bukan Werewolf. Blake, si muka beruang kutub, menyebalkan dan tidak peduli kecuali salah satu inti kerajaan vampir mengusik ketenangannya hanya dengan berjarak sekitar 3 km dari kerajaannya. Selain sebagai pemimpin clan, lelaki itu juga pandai dalam mengatur militer.

Gue males ribut, anying! ~ batin Rita.

Dengan alis yang sukses menyatu, gadis itu mengetik sesuatu untuk Amerio. Terkadang ia kesal juga karena Amerio tipe lelaki yang tidak mau tahu dan seluruh keinginannya harus dipatuhi. Bukannya Rita tak ingin mematuhinya. Masalahnya ada pada lelaki itu yang terlalu mengandalkannya seolah ia adalah gadis terbaik. Padahal Rita sama sekali tak merasa seperti itu. Yang terakhir, Amerio suka memutuskan sesuatu secara tiba-tiba dan mendaftarkan seseorang yang menurutnya pas tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Risterita R.
Maaf, gue izin dulu. Lagian biaya ditanggung gue kan?

Amerio Preka
Keuangan udah gue yang urus. Lo cukup pikirin lagu rilisan Lo aja. Gue mau besok Lo udah siap dan langsung berangkat. Event berlangsung lusa.

3 huruf beribu arti. WTF!

Risterita R.
Ya. Terserah.

The Most Wanted Vampire In HighschoolWhere stories live. Discover now