⁰⁸. delapan

31.9K 3.7K 243
                                    

Aku minta maaf yang sebesar-besarnya kalau ada yang ngga suka ceritanya. Maaf banget ya, kalau kalian ngerasa ceritanya ngga pantes, kalian bisa bilang di sini, aku bakal nge-unpub ceritanya. Maaf semuanya🙏

Aku juga mementingkan orang lain, kalau ada yang terganggu bilang aja.



"Na, ternyata cowok lo punya cewek selain lo." Ujaran Jeslyn yang setengah berbisik sedikit mencuri perhatian Hana yang sedang membaca ulang nama-nama siswa di kelasnya yang tidak mengumpulkan tugas.

Pandangan Hana bertemu langsung dengan dua insan di ujung lobi, berjalan bersisian. Sang cewek dengan tubuh nyaris sempurna menempel rapat dengan cowok di sebelahnya—yang semalam meminta hal aneh pada Hana—sedang bergelayut manja sambil memeluk lengan cowok tersebut.

"Cewek keduanya cantik parah gila, beda jauh sama lo yang rata!" Suara ember Rona berkumandang nyaring tak kenal tempat.

"Dia bukan cowok gue." Hana menghela napas, menyingkirkan anak rambut yang menghalangi kening. Dengan tidak peduli Hana lanjut memeriksa nama yang kurang dia catat. Usai memastikan semua lengkap, dia mengajak kedua temannya itu menemaninya ke ruang guru untuk menyerahkan catatan itu.

Selama di perjalanan, Hana teringat lagi kejadian semalam. Setelah cowok menyeramkan itu melempar botol padanya, bertepatan Hajoon—supirnya—datang menjemputnya. Semalaman Hana mengucapkan terimakasih kepada Pak Hajoon karena menolongnya dari malaikat maut. Bila Pak Hajoon tidak datang tepat waktu, mungkin dirinya hanya tinggal nama sekarang, Mamanya akan menangis di pojok dapur karena rumah mereka menjadi rumah pemakaman.

Tapi yang menjadi pertanyaan, apakah benar cowok itu meminta 'itu' padanya? Tidak pernah sedetik pun Hana abaikan untuk tidak memikirkannya. Menjadi tanda tanya besar dalam benaknya yang selalu berputar-putar layaknya gasing kesukaan Riki.

Tapi—masa iya?! Lagipula tahu darimana dia kalau Hana memberikan sesuatu kepada Aera? Yang bersarang dalam otak Hana adalah cowok itu stalker handal yang selalu menguntitnya kemana saja, bisa jadi dia seorang psycho yang sedang mencari target bunuhan. Itu sebabnya dia mengetahui semua tentang Hana.

Hana begitu takut jika cowok itu terus mengganggunya sampai tidak mau terlepas darinya. Dari buku-buku yang dia baca, psikopat begitu ambis kepada targetnya.

"Woi! Mulai congek, ya? Ini nih kebanyakan makan sosis pake mayonaise." Pekikan Rona mengganggu konsentrasi Hana melamun. Hana menoleh sambil menyipitkan mata. Rona melanjutkan. "Lo tuh, keseringan ngelamun tau, nggak? Gue nanya, gimana sih Kak Jay bisa suka sama lo? Terus gimana caranya kalian pacaran? Apa jangan-jangan lo duluan yang godain?"

"Aduh, Ron. Ngomong yang bener dikit." Hana capek menghadapi teman satunya itu. Yang sanggup dia hadapi hanya Jeslyn, tapi kini Jeslyn ikut-ikutan mendesaknya menggunakan pertanyaan yang sama.

"Bener juga, Na. Lo kan anti banget tuh sama cowok. Ngeliat kalian deket aja gue nggak pernah, kok mendadak pacaran?"

Harus berapa kali Hana bilang?

"Dia bukan pacar gue! Gue nggak kenal sama dia! Dia sendiri yang tiba-tiba gangguin gue!"

"Ah, lo boong. Apa-apa disembunyiin. Sampe kata sandi ponsel aja lo sembunyiin. Lagian kalau soal Kak Jay, lo nggak bisa ngelak lagi, sejak kejadian di parkiran, muka lo viral di mading. Ada rumor sih, kalian dijodohin."

Hana sudah tidak tahan merespons perbincangan tak berguna itu lagi, daripada mengurusinya Hana masuk ke ruang guru, menyerahkan catatan nama di genggamannya kepada seorang guru. Hanya butuh waktu lima menit karena berbincang lagi, Hana keluar dari ruang guru. Dari situ dia tahu kedua temannya tidak setia, mereka raib entah kemana, meninggalkan Hana yang berdesis sebal.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang