³². tigapuluh dua

14.5K 2.6K 1K
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~



Sejak dua jam lalu Hana harus merelakan dirinya menjadi boneka barbie Bitna. Baru pulang dari sekolah, Mamanya itu langsung menyeretnya ke kamar, menyuruhnya membersihkan diri kemudian menghiasi dirinya dengan antusias.

Katanya, mereka menerima undangan tak terduga dari keluar besar Mr. J. Park Bahkan Hana yang baru berpisah dari Jay sepulang sekolah tadi tidak tahu kabar itu.

"Ma, ini berlebihan banget," ringisnya, menyentuh mahkota permata yang baru dipasangkan ke atas rambutnya.

"Eh, enggak sayang. Kamu mau ketemu keluarga besar Mr. J. Park. Harus totalitas dong penampilannya."

"Ini terlalu berlebihan." Dia melepas bundaran permata tersebut. Bitna langsung memakaikannya lagi.

"Siapa bilang? Kamu cantik, sayang."

"Lebih cantik kalau sederhana, Ma. Jangan kayak gini." Gadis itu kini melirik gaun yang dia kenakan. Gaun putih panjang dengan hiasan renda di setiap rajutannya. Sarung tangan pengantin. Dan juga pita besar yang terikat di pinggang belakangnya. Yang membuatnya seperti tokoh ratu di sebuah kerajaan besar.

"Ini acara spesial sayang, keluarga besar mereka berkumpul, dan kamu diundang."

"Tapi ini bukan acara pertunangan, Mama." Jangan kayak gini, Hana gak mau."

"First impression itu perlu, my heart. Kalau kesan pertama mereka baik tentang kamu, kamu punya peluang besar untuk jadi anggota keluarga mereka."

"Tapi gak kayak gini. Pokoknya Hana gak mau pergi kalau bajunya gini." Dia melepas mahkota itu lagi, bangkit berdiri, lalu menghempaskan tubuh ke kasur dengan posisi tengkurap.

Bayangkan kalian pergi ke acara keluarga orang lain dengan model baju seperti itu? Lebih baik Hana tenggelam di dasar lautan dibanding melakukan itu.

"Y-ya udah. Mama ngalah. Terus kamu mau pake gaun yang mana? Dresscode mereka yang anggun dan menawan. Jangan sampe kamu salah berpenampilan."

Hana melirik Mamanya kemudian bangkit dari posisi tengkurapnya itu, dia mulai mencari gaun kesukaannya di dalam lemari.

Senyumnya terbit begitu menemukan apa yang dicari. "Hana pake yang ini."

Bitna menahan napas dan menggeleng-geleng. "Itu gaun Mama dulu, sayang."

"Hana suka yang ini."

"Itu terlalu kuno dan polos. Emangnya kamu mau dikira Pelayan dari Ratu Romawi Ke-9?"

"Enggak sekuno itu, Ma. Lagian kemarin Papa udah desain ini jadi lebih modern. Dan Hana bener-bener suka."

Bitna tahu akan sia-sia bila dia menentang keputusan anaknya, alhasil dia mengangguk walau kurang setuju.

Mereka kembali melanjutkan aktivitas berdandan. Tentu saja kali ini Hana memberi saran agar polesan makeup-nya tidak seperti wanita berkepala tiga.

°°°

Tidak hentinya senyum terlengkung di wajah cantik Hana, dia memilin ujung gaun yang dia kenakan sejengkal di bawah lututnya. Sesekali dia melirik sepatu kaca yang menghiasi kedua kakinya dengan sangat indah.

"Liat, ada Cinderella di rumah kita." Sang Mama menarik lengan Papa yang baru pulang kerja.

Hannes membelalakkan matanya. "Loh? Dia siapa, Ma? Putri Papa nggak mungkin secantik itu."

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang