¹⁷. tujuhbelas

23.5K 3.2K 711
                                    

Buat kalian semua yang belum follow aku gak akan bisa baca chapter selanjutnya soalnya aku privat. Jadi silakan follow aku dulu biar gak acak-acakan chapternya. Terimakasih🌹🌻

Maaf banget buat kalian yang terganggu.

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~




"Sori kemarin gue gak jadi dateng ke rumah lo."

Pagi ini matahari bersinar begitu terik, Hana harus menyipitkan matanya untuk melihat seorang cowok yang berdiri menjulang di hadapannya.

Tadi Hana bangun telat hingga terlambat ke sekolah, alhasil dirinya sedang dihukum mengumpulkan dedaunan taman. Tapi tiba-tiba cowok itu datang menghampirinya.

"Iya nggak papa," jawab Hana berintonasi rendah, kemudian melanjutkan kegiatannya mengumpul dedaunan kering.

Soal kemarin, Hana tidak marah, dia cuma kesal karena cowok itu mengingkari perkataannya.

Yang paling membuatnya kesal, Jay baru meminta maaf sekarang, padahal semalam weekend, harusnya cowok itu bisa memberi pesan atau datang ke rumahnya sekadar mengatakan sesuatu. Tapi dia tak melakukannya. Persepsi Hana tentang kebrengsekan cowok itu semakin besar.

Jay ikut duduk berlutut di sebelah Hana, hal yang membuat kening Hana mengernyit ketika cowok itu membantunya mengumpulkan daun.

"Ngapain?" Refleks Hana bertanya.

"Menurut lo?" Dia memasukkan daun-daun kering itu ke kresek besar.

Kening Hana semakin berkerut, dia terus memperhatikan Jay sampai tidak melanjutkan kegiatannya.

"Buruan, biar cepat selesai," tukasnya, menyadarkan Hana dari dunia.

Sedikit kaku Hana mengumpulkan daun-daun itu lagi. Lima menit kemudian Jay menyuruhnya menepi ke pinggir, setelah itu Jay yang melanjutkan pekerjaan Hana sampai selesai. Bahkan saat Hana berniat mengangkat kresek besar berisi dedaunan tersebut, Jay langsung menghardiknya menyuruhnya untuk tetap berdiri di bawah pohon. Hal yang jelas-jelas membuat Hana kebingungan.

Apa dia ingin memperbaiki imejnya karena sudah mengingkari ucapan? Dia sedang menebus kesalahannya? Atau sebenarnya dia ingin mencari perhatian agar terlihat baik?

Jay masih berkutat dengan daun-daun itu, selang beberapa menit dia mengangkat kreseknya ke tempat sampah terdekat.

"Sini," panggil Jay pada Hana.

Dengan kikuk Hana mendekati Jay, lengannya ditarik ke tempat pencucian tangan.

Yang menambah keterperangahan Hana saat Jay mencuci tangannya. Maksudnya cowok itu yang mencucikan tangan Hana, dia membasuh lengan Hana, memberi sabun, dan menggosoknya. Seolah Hana adalah anak kecil yang tidak tahu cara mencuci tangan sehingga harus dicucikan.

Jay mengambil tisu lalu mengusap lengan Hana yang baru selesai dibasuh. Baru lah setelah itu dia mencuci tangannya sendiri.

Hana sungguh dibuat speechless. Sekaligus bingung tujuh keliling. Baru saja kemarin dia beranggapan Jay adalah cowok brengsek yang bisa seenaknya. Sekarang anggapannya itu seperti mengambang di udara.

"Ayo." Dia menggenggam lengan Hana, membawanya memasuki lobi sekolah.

Bahkan, dia mengantar Hana ke depan kelas dimana sudah ada guru yang mengajar. Dia juga yang menjelaskan kepada guru itu tentang keterlambatan Hana. Lalu Hana dibiarkan masuk, Jay meliriknya sekilas lalu pergi meninggalkannya yang terus diserbu tanda tanya.

Apa praduga Hana sebelumnya benar? Tentang Jay yang memiliki gangguan jiwa sehingga tindakannya berubah-ubah?

°°°

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang