²⁵. duapuluh lima

17.5K 2.9K 818
                                    

Kirain gak bakalan tembus 1k, atau tembusnya besok, ternyata hari ini juga hikd🙃 makasi buat semua yang udah komen❤️💛🌻 jangan khawatir, semua aku baca❤️ dan aku seneng banget, bahkan aku hapal banget mana yang sering komen dan selalu komen. Terimakasih kalian🍉🧡

Jangan lupa vote sebelum membaca🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~




Kak Heeseung☃️
| Gue udah di depan rumah

Hana buru-buru mencepol asal rambutnya, berlari keluar kamar menuruni tangga.

"Awas jatoh qaqa," ujar Riki selagi melewati tangga sembari memeluk beragam jenis camilan yang dia curi dari dalam kulkas.

Hana berlari mencapai pintu, dia langsung membukanya sehingga menampakkan sesosok cowok bertubuh tinggi yang berdiri satu meter sambil menenteng paperbag, tidak lupa senyum tipis yang terlengkung di wajahnya.

Tenggorokan Hana sampai tercekat bisa memandang cowok itu secara leluasa setelah sekian lama, namun dia berusaha menutupinya. "A-ayo, masuk Kak." Dia membuka pintu lebih lebar.

Heeseung masih tersenyum, mulai berjalan memasuki rumah mengikuti Hana yang menuntunnya ke ruang tamu.

"Ha apa?!" Riki yang sedang melahap kentang goreng sampai menjatuhkan bungkus kentang gorengnya hingga semua isinya tumpah berserakan di karpet. Bola matanya bisa saja menggelinding keluar bila Hana tidak menarik lengannya.

"Riki, ayo bantuin Kakak buat minum untuk Kak Heeseung."

Mulut Riki terbuka lebar, alisnya berkerut melirik Heeseung terus-menerus.

Lengannya ditarik menuju dapur sedangkan pandangannya tidak terputus dari cowok berperawakan tinggi yang juga membalas tatapannya dengan ramah.

Sesampai di dapur, Riki langsung mengguncang kedua bahu Hana. "Kakak ini kenapa, sih?! Kenapa cowok itu bisa ke sini lagi?!"

"Ssst!" Hana meletakkan telunjuknya di bibir, tatapannya berubah serius. "Gak boleh gitu."

"Tapi dia ilang tanpa kabar! Waktu itu kita-"

"Sekarang dia bakal jelasin semuanya," potongnya sebelum Riki menyelesaikan ucapan. Lalu mengimbuhkan. "Jangan buat Kak Hee gak nyaman, Ki. Kita denger sama-sama alasannya."

"Kalau Kak Ojun tahu, dia-"

"Kakak udah nanya Kak Ojun, dia juga setuju Kakak bicara sama Kak Hee."

"Tapi Riki gak setuju! Dia yang bikin Kak Hana nangis berbulan-bulan!"

"Denger Kakak, ini bukan masalah apa-apa. Kita harus denger semua alasannya. Gak baik ngebenci orang sebelum tahu latarbelakangnya."

"Tapi-"

"Udah, jangan dibahas lagi. Sekarang bantuin Kakak ngebuat minum." Hana membuka kulkas, mengambil beberapa buah untuk dijadikan jus. "Ambilin gelasnya!" pintanya pada Riki. Dengan sebal Riki menuruti perintah tersebut.

Hampir tujuh menit berkutat, Hana dan Riki kembali muncul di ruang tamu. Hana meletakkan nampan berisi tiga gelas jus ke atas meja. Satu dia berikan pada Heeseung yang masih tersenyum di tempat duduknya.

Dua menit saling berdiam diri, Heeseung akhirnya membuka suara. "Gimana kabar kalian?"

Riki yang duduk di sebelah Hana langsung menatapnya sinis. "Kita gak terlalu dekat buat lo nanya kabar gue dan Kak Hana."

"Riki," tegur Hana.

"Apa? Riki salah apa? Dan buat lo." Cowok itu menunjuk Heeseung. "Gak usah sok basa-basi. Jelasin! Sebelum gue ngusir lo dari rumah ini."

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang