⁰⁹. sembilan

29.5K 3.7K 319
                                    

Makasi buat dukungannya💛 kalau kalian suka, kasih vote dan komennya ya🌟

Berbekal keberanian yang semakin menipis, Hana memperhatikan kumpulan cowok di hadapannya. Kira-kira berjumlah lima, sedang memperbincangkan sesuatu. Anehnya, sedang apa Hana berada di antara mereka?!

Setelah berjalan beberapa meter menjauhi sekolah, Hana dan dua cowok yang bertemu dengannya tadi berhenti di pinggir jalan simpang sekolah, di sana ternyata sudah ada tiga cowok yang menunggu di atas motornya. Mereka pun langsung membicarakan sesuatu yang tampaknya begitu 'penting', terlihat dari sorot wajah mereka yang lumayan kalut.

Perbincangan tersebut masih terus berlanjut, entah apa yang dibicarakan, Hana disuruh menjadi patung sejauh tiga meter dari mereka tanpa diperbolehkan mendekat. Hana frustasi memikirkan kini dia terjebak oleh mereka semua.

Hana membasahi bibir, berusaha menenangkan diri. Dia memastikan kelima cowok itu larut dalam perbincangan, sedikit demi sedikit dia berjalan mundur, sebisa mungkin tak menimbulkan suara apapun. Baru tiga langkah, Jay langsung berbalik menghadap ke arahnya sambil menatap tajam.

"Selangkah lagi lo mundur, jangan nangis kalau gue ngelakuin sesuatu ke lo!"

Lantas apa gunanya Hana dibawa kemari?!!

Rasa-rasanya Hana ingin menangis. Bayangkan, dibawa pergi dari sekolah, menemui kumpulan cowok yang bahkan tidak Hana ketahui baik atau tidak, berada di pinggir jalan padahal seharusnya jam pelajaran sedang berlangsung. Hana ketakutan.

"Apaan sih lo nangis?" sentak Jay selang dua menit menghening.

Hana yang tengah merunduk sontak mengusap kedua pipinya yang basah. Dia memang menangis, sebagai pelampiasan rasa takutnya.

"Miris banget hidupnya pfft," ejek salah satu dari mereka. Membuat Hana meliriknya sekilas. Kelima cowok itu berbincang lagi, kali ini hanya memakan waktu 2 menit, kemudian mereka saling mengangguk.

"Sini!" titah Jay pada Hana. Bukannya mulai mendekat, gadis itu mematung dengan tenggorokan tercekat. Jay mengulang. "Sini!"

Perlahan Hana mendekat diliputi rasa takut dan waswas. Tapi karena langkahnya begitu lamban, Jay langsung mencekal pergelangan tangannya hingga dia tertarik ke depan. Wajah Hana berubah tegang berdiri bersebelahan dengan cowok menyeramkan itu, apalagi bahunya sempat bersentuhan dengan bahu Jay.

"Kita duluan ya, bos," pamit 3 cowok yang duduk di atas motornya, melambaikan tangan menyisakan asap motor.

Tersisa dua cowok tadi dan Hana.

"Taksi yang gue pesan belum nyampe juga, aish. Nyasar kemana tuh taksi." Cowok berkuncir mungil itu mendumel memeriksa ponselnya.

"Kalau lima menit lagi belum nyampe, lo cancel aja. Kerja kok nggak bener," timpal Jay dengan suara khasnya, tajam. Membuat bulu kuduk Hana meremang mendengar dari jarak yang begitu dekat. Belum lagi pergelangan tangannya masih dicekal erat.

Selang tiga menit, sebuah mobil terparkir di hadapan mereka.

"Nah ini, kok lama banget sih, Pak?" Cowok imut bernama Sunoo itu bertanya saat membuka pintu depan lalu masuk ke dalam.

"Wah, maaf ya. Tadi ada masalah dikit."

Jay membuka pintu belakang, menghempaskan lengan Hana ke dalam. "Masuk!"

"H-ha? Gue mau dibawa kemana?"

Tanpa menjawab Jay memasukkan Hana paksa.

"Gue mau dibawa kemana?!" Gadis itu memberontak. Naas, Jay sudah memasukkannya ke dalam, menutup pintu rapat-rapat. Sunoo di jok depan menekan tombol Lock sehingga semua pintu kini terkunci. Hana terus memberontak, berusaha membuka pintu itu atau mengetok-ngetok berharap ada yang menolong.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang