¹⁹. sembilanbelas

21.2K 3.2K 837
                                    

Karna udah 300 komen, aku langsung update. Makasih semuanya🌻

Vote sebelum membaca, karna itu sangat dibutuhkan 🦅✨

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~




"Na, sumpah gue nyesel banget. Gue minta maaf sebanget-bangetnya. Jangan marah ke gue lagi. Ya? Please?"

"Mending lo diem deh, Ron. Berisik banget. Sampe kapan pun Hana nggak akan maafin lo," celetuk Jeslyn sambil menikmati permen yupi kesukaannya. Dia menyandarkan punggung ke kursi sambil memandang Rona kasihan.

Rona menggoyangi pundak Hana dengan wajah memelas. "Bundaa, please? Maafin gue, ya?"

Jengah, Hana membola malas, meletakkan pulpen yang dia pegang ke meja. Dia sedang sibuk mendata murid-murid di kelasnya yang remedial, tidak ada semenit pun dia dibiarkan tenang melaksanakan tugasnya.

"Bunda Hana yang cantik, gue janji nggak akan sok asik lagi, tapi maafin gue. Yes? beautie?"

"Agak jauh coba." Tanpa menggubris permintaan maafnya, Hana mendorong bahu Rona. Membuat Jeslyn tertawa.

"Na! Maafin gue, jangan blacklist gue dari daftar temen lo huaa. Tega lo."

Tanpa memedulikannya, dia lanjut menulis. Rona bersikeras membujuknya lagi, membelikan banyak makanan serta minuman. Namun Hana tetap acuh. Orang-orang mungkin mengenal Hana sebagai gadis kalem yang selalu mengalah. Nyatanya tidak, Hana memang orang yang cukup pendendam menyangkut urusan pribadinya. Dia tidak jahat, hanya saja akan hilang respect pada orang-orang yang sudah membuatnya malu.

"Masaan nih ya, cewek gue belakangan ini posesif banget. Gue putusin aja kali, ya? Risih banget njir."

Komplotan cowok berjalan melewati kelas Hana. Orang-orang di kelas langsung menyebut nama Hana berulang kali karena salah satu di antaranya adalah Jay. Namun tidak seperti kemarin, mereka cuma melintas saja. Bahkan Jay tidak meliriknya.

Berbagai pertanyaan berbondong menyiksa Hana lagi dan lagi yang mengganggunya konsentrasinya saat menulis.

"Lo marahan sama Kak Jay?"

Salah satu pertanyaan dari ribuan pertanyaan. Sebelum mereka bertambah 'ikut campur', Hana bergegas pindah tempat duduk ke bagian terdepan, yakni di sebelah Minhee. Tujuannya ke situ hanyalah, orang-orang tidak berani lagi meracaunya. Minhee cowok tulen yang pendiam, tapi dia adalah anak dari kepala sekolah.

"Gue duduk sini, ya?"

Memahami situasi, cowok itu mengangguk. "Oke."

Hampir lima menit akhirnya Hana kembali merasakan udara bebas, tanpa ada yang mengusik atau merecokinya. Dia pun dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan benar.

"Lo punya hubungan sama Jay?" Tiba-tiba sebuah pertanyaan dilayangkan. Membuyarkan konsentrasi Hana yang sedang mengoreksi jawaban di buku tugasnya.

"Gimana?"

"Belakangan ini lo dikenal sebagai pacar Jay. Itu benar?"

"Emangnya kenapa?"

Dia mengemas kotak pensilnya, berisi pulpen serta pensil yang begitu banyak. Setelah itu dia membenarkan letak kacamatanya yang lumayan melorot.

"Jay sepupunya gue. Aneh aja ada yang mau sama dia. Atau lo belum tahu yang sebenarnya?"

Sepupu?

"Sepupu jauh," tambah Minhee menyadari Hana yang termenung. "Tapi tetep gue tahu kekurangannya."

"Terus hubungannya sama gue apa?"

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang