³⁷. tigapuluh tujuh

11.1K 2.2K 949
                                    

Votenya uda nyampe 1k lebih tapi komennya belum🤗 ngga papa, makasi many many karena kalian ngga lupa vote 💛🌻 sayang kalian banyak-banyak💛 termasuk siders😁❤️🌹

Jangan lupa vote sebelum membaca 🌻

~𝙝𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙧𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜~




Alunan lagu Run To You menemani Hana mengemas barang-barangnya untuk acara kemah yang selalu dilakukan sebelum libur semester. Baru kali ini kemah dilakukan oleh setiap kelas, biasanya tiap tahun hanya dikhususkan kelas 12 saja, sekarang semua kelas ikut serta. Namun untuk besok, kelas Hana dan beberapa kelas lainnya yang akan berangkat. Malam ini Hana sedang packing menyiapkan barang-barang yang sudah pasti dibutuhkan.

Satu backpack berukuran sedang sekiranya cukup memuat barang yang dia perlukan. Hana tidak ingin kewalahan membawa barang-barang yang merepotkannya. Dia hanya membawa beberapa pakaian, camilan, dan keperluan kemah seperti tenda, selimut, dan lainnya. Karena dia yang bertanggung jawab, dia akan datang pagi-pagi sekali ke sekolah untuk mengatur daftar nama siswa yang akan satu bus.

Setelah mengikat tali di tasnya, Hana keluar dari kamar menghampiri Riki yang sejak tadi berteriak di lantai bawah.

"Kak Hanaaa!" Dia berteriak lagi entah yang keberapa kali. Dengan cepat Hana menuruni anak tangga.

"AAAHHH!"

Hampir saja Hana terpeleset mendengar teriakan menggelegar dari arah dapur. Tanpa babibu dia berlari ke belakang.

"Kenapa, Ki?"

"Telornya kena sendok, jadi pecah." Riki mencebikkan bibir sembari mengayunkan sendok goreng ke bawah penuh kecewa. "Padahal mau buat setengah mateng."

"Ya ampun, Riki. Kakak kira apaan ternyata cuma buat ramyeon." Hana mengusap dadanya yang berdebar kencang, seluruh tubuhnya sampai lemas mengira terjadi hal buruk pada Riki.

Dengan entengnya dia cengengesan. "Berdebar, ya? Akhirnya Riki bisa buat Kak Hana berdebar."

"Bocah satu ini sialnya gak ketulungan!" Ternyata Yeonjun ikut merasakan hal yang sama. Tadinya dia sedang tertidur pulas di kamar, mendengar teriakan Riki dia melompat dari kasur menghampiri dapur. Yang dia dapati malah cengiran lebar bocah itu. Tanpa belas kasih Yeonjun menjewer telinganya.

"Ampuun," jerit Riki sambil berusaha melepaskan diri. Ketika sudah terlepas, dia berlindung di balik tubuh Hana. "Badak jantan lepas, Kak."

Wajah Yeonjun sudah memerah, sebentar lagi dua tanduk kecil di kepalanya akan muncul saking kesal.

"Udah, Kak. Namanya Riki. Kayak gak tahu isengnya Riki." Hana menarik lengan Riki, menduduki di salah satu kursi meja makan. Kemudian berbalik ke pantry untuk melanjutkan kegiatan Riki sebelumnya yaitu memasak ramyeon. "Tadi udah Kakak bilang tunggu sebentar, kamu gak sabaran. Telurnya jadi berkurang satu."

Tersisa dua butir telur di atas meja. Padahal tadi sudah adil setiap orang mendapat satu telur.

"Ya udah, punya Riki yang pecah itu aja," tunjuknya ke panci penggorengan.

Hana menghela napas, melanjutkan aktivitas memasak. Sedangkan Yeonjun sudah duduk di sebelah Riki menjitaki kepalanya. Riki pun membalas perbuatan Yeonjun dengan cubitan kecil-kecil. Alhasil terjadi pertengkaran di meja makan. Tidak ada yang bisa memisahkan keduanya dari pertengkaran.

Selang lima menit Hana selesai menghidangkan mie tersebut di satu mangkuk lalu meletakkan ke atas meja makan. Mereka bertiga melahap di satu mangkuk yang sama menggunakan sumpit masing-masing. Perihal telur, Hana membagi tiga telur sama rata, tidak ada yang kekurangan.

Breastfeeding Prince✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang